Sabtu, 08 September 2012

Putriku Ditengah Sawah

Mentari masih bersembunyi di balik awan seolah malu menampakkan dirinya. Gunung Dempo nan gagah perkasa juga bersembunyi seolah tak mau menyapa hadirku. Oh,,, pagi nan gelap. Kemana mentariku pergi? Di suasana pagi yg dingin dan gelap tertutup awan, aku langkahkan kakiku menuju komplek batu megalith yg konon merupakan kampung megalith. Sejak puluhan tahun yg lalu beberapa peneliti asing dari berbagai negara telah datang kesini untuk melakukan riset dan sampai saat inipun beberapa peneliti masih kerap datang untuk menyempur nakan hasil penelitian sebelumnya.

Aku tidak mengerti  tentang megalith tapi kecintaan dan kepedulian membawa aku sering keluar masuk melihat megalith yang ada di dataran tinggi Pasemah apalagi pada suatu kesempatan aku sempat melihat batu megalith yang ada di Easter Island, Chile (Amerika). Disana megalithnya telah tertata dengan sangat baik sehingga sangat menarik sebagai obyek wisata. Tidak mengherankan bila pulau ini kebanjiran turis dari berbagai negara. Akupun sempat berpikir kalau saja megalith di tanah Pasemah dapat ditata dengan baik maka akan jauh lebih baik daripada megalith dimanapun di dunia.

Embun pagi masih membasahi pepohonan kopi yang berbuah hijau dan menetes jatuh ke bumi, air jernih terlihat segar di sepanjang parit sawah yang aku lewati dan aku terus menyusuri parit menuju batu-batu megalith yang terletak tepat di persawahan penduduk. Aku sempat terhenyak ketika melihat seonggok batu tepat di tengah sawah. Mengapa kondisinya seperti ini???  Sangat jauh berbeda dengan batu megalith yang berada di Easter Island, tertata dengan baik di dalam pagar besi yang kokoh dan jauh dari jangkauan tangan jahil pengunjung serta dijaga dengan sangat ketat oleh ranger atau securitynya. Pengunjung hanya boleh melihat dari luar pagar setinggi dada dan bebas memotret. Hal ini dirasa sangat nyaman oleh pengunjung. Selain itu masyarakat setempat berdandan pakaian tradisional menyapa dan mengajak pengunjung photo bersama, semua menambah suasana di lingkungan megalith sangat menyenangkan.

Setelah beberapa saat aku tertegun dan kulangkahkan kakiku memasuki sawah berdaun padi yang masih hijau. Tak kuhiraukan beceknya tanah sawah, tak kupedulikan kaki dan celanaku kotor, aku terus mendekat guna melihat lebih jelas batu megalith ini. Untuk beberapa saat aku mengamati batu megalith dari semua sudut dan ternyata batu megalith ditengah sawah  ini menggambarkan seorang manusia. Kameraku telah memotret semua sudut batu ini dan akan bercerita betapa menyedihkannya kondisi batu megalith di tengah sawah yang hanya di lindungi oleh tembok semen berukuran kurang dari satu meter dan tinggi sama rata dengan tanah sawah. Dari keterangan yang aku dapat, batu megalith ini bernama Batu Putri.
Tak jauh dari Batu Putri terdapat satu lumpang batu berlubang dua yang bernasib sama dengan Batu Putri. Lumpang batu dengan posisi miring menghadap Batu Putri atau membelakangi Gunung Dempo. Letak lumpang batu berlubang dua di tengah sawah,  berjarak sekitar 3 meter dari Batu Putri dan tanpa pengamanan sama sekali.

Kulangkahkan kakiku keluar dari beceknya tanah sawah berwarna hitam yang subur di kaki Gunung Dempo. Aku menyusuri pematang sawah menuju sebuah arca manusia. Di sebidang tanah berukuran 4 meter persegi terdapat satu dolmen dan satu arca. Arca setinggi hampir 160 cm menggambarkan seorang satria berparas bundar, bibir tebal, hidung pesek, mata besar, memakai anting-anting dengan sebuah pedang di punggungnya dan memakai ikat pingang sedang berada di atas seekor gajah. Seekor gajah dalam posisi terlentang dengan belalai melilit tangan sang satria yang berada diatasnya. Masyarakat sekitar menyebut batu megalith ini dengan nama Baturang, mungkin singkatan dari batu orang atau arca orang. Kondisi Baturang cukup baik walau tanpa pengamanan sama sekali, tidak terdapat vandalis dan kerusakan lainnya. Mungkin yang menyebabkan Baturang terlihat baik karena jarangnya pengunjung dan adanya kearifan lokal yang tetap menjaga keutuhan Baturang. Baturang yang terlihat gagah dan kokoh tepat menghadap ke arah Gunung Dempo seolah berkata ” hai Gunung Dempo aku seorang satria yang gagah perkasa berhasil menaklukkan  seekor gajah dan akan aku persembahkan padamu”.

Dua puluh meter dari Baturang terdapat sebuah lumpang batu yang lebih besar dari lumpang batu di tengah sawah dekat Batu Putri. Lumpang Batu dengan tinggi sepinggang orang dewasa berada di tengah kebun ubi rambat dengan daun berwarna hijau, terlihat kontras dengan warna batu lumpang berwarna hitam kecoklatan. Batu lumpang ini mempunyai lubang 4 dengan kedalaman dan diameter lubang yang sama serta mempunyai 2 garis horizontal tepat di tengah. Disini telah terlihat dimana pada masa itu masyarakat Pasemah telah mengenal alat ukur. Batu lumpang berdiri miring dengan lubang berada di sisi samping, hal ini terjadi kemungkinan karena perubahan alam. Batu lumpang masih terlihat utuh tanpa adanya vandalis dan kerusakan lainnya.

Suatu penggambaran kehidupan masa lalu dimana adanya kehidupan manusia, fauna dan alam yang saling bertautan dan  telah berkembang di dataran tinggi Pasemah tepatnya yang berada di desa Gunung Megang kecamatan Jarai kabupaten Lahat. Terlihat budaya yang maha agung telah ada disini. Pemahat masa lalu dengan tangan-tangan terampil mereka telah menghasilkan karya yang sangat mengagumkan. Batu-batu andesit yang sangat kerasnya mereka pahat dan berdiri dengan kokohnya sampai saat ini.

Di desa yang terletak tepat di kaki Gunung Dempo ini juga terdapat sebuah kubur batu atau bilik batu. Lempengan batu-batu andesit mereka susun dengan sangat rapinya membentuk dinding, atap dan lantai dengan sebuah pintu yang akan membuat mereka nyaman berada di dalamnya. Dengan teknologi yang sangat terbatas tetapi mereka mampu membangun sebuah karya yang maha agung dan monumental. Bukan itu saja nenek moyang kita masa itupun telah mengenal seni rupa berupa lukisan-lukisan yang tergambar dalam bilik batu dengan warna-warni yang mereka dapat di alam sekitar mereka.

Desa yang masih alami, bebas dari segala polusi, jauh dari hiruk pikuk dan kemacetan kota. Sangat nyaman untuk melepas lelah dan kepenatan dari segala aktivitas harian. Selain alamnya yang indah dengan pemandangan gunung dempo yang berdiri kokoh, udara yang sejuk dengan suhu sekitar 20 derajat di siang hari, perkebunan kopi yang tertata rapi yang merupakan penghasilan andalan masyarakat desa dan persawahan yang menambah indahnya suasana desa. Suatu perpaduan yang sangat serasi ditambah dengan masyarakatnya yang ramah dan sopan. Create : By Mario

1 komentar:

  1. Memang malang nasibmu putri,,mereka yang kuat tak peduli sama sekali bagaimana nasibmu

    BalasHapus