Sabtu, 08 September 2012

Touring Wisata With Scooter

“ Dimana rumah Minhar “ tanyaku setelah kami berada di sebuah rumah di pinggir sawah yang merupakan rumah paling akhir di desa Tanjung Beringin. Rumah panggung dengan halaman cukup luas dan disudut depan halaman terdapat pohon kelapa dengan buahnya yang membuat tenggorokan jadi haus.. “ Ya  benar ini rumah Minhar” sahut seorang ibu yang berada dibawah rumah. “ Nah itu anaknya, tadi Minhar sudah pergi ke kebunnya” sahut ibu itu lagi. Setelah kami sampaikan maksud kedatangan kami, dua orang pemuda berumur belasan tahun mau menghantar kami ke lokasi, tapi saran mereka jangan membawa vespa karena medan perjalanannya cukup parah dan sangat susah kalau pakai vespa, tapi kami menyakinkan mereka bahwa vespa kami sanggup.
 
Untuk kesekian kali nya Lahat Scooter Club (LSC) melaku kan “Touring Wisata” dalam kegiatan mengenal lebih dekat alam Kab. Lahat yang terkenal akan keindahan panorama alamnya. Dari data yang penulis dapat, saat ini di Kabupaten Lahat ada 48 air terjun dan yang paling membanggakan adalah keberadaan peninggalan prasejarah berupa situs megalith yang merupakan terbesar se Indonesia dan Asia bahkan dapat disejajarkan dengan megalith Stonehenge di Inggris dan Easter Island di Chile seperti di beritakan TVRI Nasional pada 7 Agustus 2010 silam. Kali ini anggota LSC yang turut mengikuti touring wisata  antara lain : Deny, Efran, Muldan, Jeber, Wanto, Agus, Yudha, Dedek Toti, Giman, Iqbal, Yanu, Henreiner, Galuh, Onki, Fitri dan penulis sendiri. Total anggota yang ikut 16 orang. Touring wisata kali ini mengunjungi tiga lokasi di tiga kecamatan, yaitu Situs Megalith Batu Bute di Desa Muara Danau Kecamatan Tanjung Tebat, Situs Megalith Batu Beghamben di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Kota Agung dan Air Terjun Napalan di Desa Lawang Agung Kecamatan Mulak Ulu.

Untuk sampai di Situs Megalith Batu Bute tidak sulit. Situs ini terletak di sebuah kebun karet di tepi jalan. Dari arah Lahat menuju ke Pagar Alam setelah melewati Desa Lengkung Daun dan lokasi rencana kebun buah Tebing Panjang, akan menjumpai Desa Muara Danau. Disisi kiri jalan terdapat sebuah pertigaan dengan papan petunjuk SMPN 1 Tanjung Tebat, dipertigaan ini belok kiri setelah 300 meter kemudian akan terlihat sebuah arca manusia dan bebatu lainnya yang terletak di perkebunan karet tepat disebelah kanan jalan. Selain itu terdapat juga sebuah papan petunjuk yang menerangkan situs megalith ini. Menurut instansi yang memelihara, situs ini bernama Arca Manusia Muara Danau tapi penduduk sekitar menyebut Batu Bute. Mengapa disebut Batu Bute mungkin dari kepala arca ini yang tidak mempunyai mata atau pada bagian mukanya tidak jelas. Situs ini hanya terlindung oleh rindangnya pohon-pohon karet, belum ada upaya lain untuk melindunginya, padahal seperti tertera dipapan petunjuknya situs ini merupakan cagar budaya yang di lindungi undang-undang no.5 tahun 1992. Setelah puas mengamati dan berphoto bersama di situs megalith Batu Bute kami melanjutkan perjalanan, tapi sebelumnya kami sempat tertahan sekitar setengah jam karena salah satu vespa kami mengalami gangguan pada knalpotnya.

Memasuki jalan kearah Kecamatan Kota Agung, jalanan cukup lenggang dan beraspal mulus. Tidak ada hambatan apapun. Desa Tanjung Beringin berada di sebelah Timur Kantor Kecamatan Kota Agung berjarak sekitar 4 km. Jalan menuju desa sudah sedikit rusak disana sini tapi tidak menghambat perjalanan  kami. Setelah berada di Desa Tanjung Beringin terlihat desa ini sedang membangun infrastruktur jalan dan saluran air, jalanan masih berhampar batu yang belum diaspal.

Untuk sampai di Batu Beghamben masih membutuhkan waktu sekitar setengah jam dari Desa Tanjung Beringin karena jalan menuju kesana merupakan jalan kebun yang sempit hanya cukup untuk berjalan satu orang dan berlumpur. Beberapa kali vespa kami tergelincir dan terbenam di lumpur. Jadi perjalanan ke Batu Beghamben merupakan perjalanan “adventure”. Jalan ini pernah diaspal sebelumnya oleh program AMD (ABRI Masuk Desa) tapi karena tidak ada kendaraan roda empat khususnya yang masuk kesini maka rerumputan tumbuh subur menutup jalan ini dan hanya menyisakan jalan sempit yang cukup untuk satu orang saja. Dan untuk dapat melihat lebih dekat Batu Beghamben kami harus menembus perkebunan kopi.

Betapa takjubnya kami setelah melihat keadaan situs ini. Disini terdapat 2 arca batu, yang pertama sebuah arca manusia yang menggambarkan 3 orang yang saling beghamben (gendong dipundak belakang) sedang arca kedua yang terletak tepat di depan arca pertama menggambarkan arca manusia seperti seorang raja atau satria menunggang seekor gajah, namum arca manusia ini pada bagian kepala telah lepas dan juga posisi arca ini telah miring sekitar 45 derajat.

Situs ini dibawah pemeliharaan Minhar seorang warga Desa Tanjung Beringin yang telah ditunjuk sebagai juru pelihara. Menurut Minhar situs ini perlu perhatian pihak terkait seperti pemagaran dan pengatapan. Juga belum ada papan petunjuk yang menerangkan keberadaan situs ini.

Karena parahnya jalan untuk menuju situs megalith ini dalam perjalanan kembali ke Desa Tanjung Beringin beberapa vespa kami tergelincir di jalan berlumpur bahkan salah satu vespa kami mengalami gangguan. Kami sempat terbagi 2 kelompok, satu kelompok telah sampai di desa dan lainnya masih dalam perjalanan karena gangguan. Menurut penuturan penduduk setempat, kami yang datang kali ini merupakan rombongan terbanyak yang pernah datang ke Batu Beghamben biasanya hanya 2 atau 3 orang saja.

Dalam perjalanan ke Air Terjun Napalan di Desa Lawang Agung Kecamatan Mulak Ulu jalan beraspal sangat  baik walau terdapat sedikit tikungan, turunan dan tanjakan. Justru kondisi seperti ini sangat mengasyikan perjalanan kami. Setelah melewati Desa Air Puar salah satu vespa kami terpaksa harus berhenti sebentar karena tali gasnya putus. Selama satu vespa kami mengalami gangguan semua vespa berhenti dan menunggu sampai kami semua dapat melanjutkan perjalanan. Memang beginilah solidaritas anak-anak vespa yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan solidaritas antar mereka.

Rencana sebelumnya kami akan menemui Kades Desa Lawang Agung tapi tepat di tengah desa kami bertemu seorang sahabat bernama H.Nasmal dan sahabat kami ini berkenan membawa kami untuk melihat Air Terjun Napalan yang letaknya hanya beberapa meter dari jalan lintas Mulak Ulu – Semendo. Untuk dapat berada di air terjun kami harus menuruni tebing dengan kemiringan 45 derajat yang jarang dilalui, beberapa kali kami sempat terpeleset. Setelah sampai di lokasi segera aku siapkan kameraku dan ku arahkan ke air terjun. Tak berapa lama semua anggota LSC telah membuat barisan sejajar melebar tepat berada beberapa meter dari air terjun dan kuarahkan kameraku pada mereka. Kemudian satu persatu dari kami berpose di air terjun Napalan yang mempunyai lebar 5 m dan tinggi 30 m. Dan salah satu dari kami sempat bercengkrama tepat dibawah air terjun sedang lainnya bermain air atau membasuh muka dan kaki. Suatu suasana yang sangat membahagiakan. Walau di bulan suci Ramadhan dan tentu suatu perjalanan yang melelahkan tapi kami tetap berpuasa. Setelah bersuka ria dengan keindahan air terjun Napalan,  kamipun beranjak meninggalkan sejuta kenangan yang tiada tara. Kali ini kami harus merayap menaiki tebing dengan kemiringan 45 derajat. Sesampai di desa kamipun terengah-engah dan beberapa dari kami terbaring lemas dihalaman rumah penduduk dimana kami memarkir vespa.

Waktu telah menunjukkan 5.30 wib dan 40 menit lagi waktu berbukapun tiba, kami harus melanjutkan perjalanan ke Desa Lesung Batu karena Kadesnya telah menyiapkan makanan berbuka puasa untuk kami, tetapi salah satu vespa kami mengalami gangguan. Dan akhirnya kami berbuka puasa di Desa Lawang Agung. Sahabat kami, H.Nasmal telah menyiapkan makanan berbuka puasa untuk kami. Sekitar jam 7 malam kami baru tiba di rumah Rudi Hartono Kades Lesung Batu Kecamatan Mulak Ulu, kamipun langsung menyatap hidangan yang telah disajikannya

Alhamdulillah dalam perjalanan ke Lahat kami tidak mengalami gangguan apapun, sebelum memasuki Desa Tanjung Tebat tepatnya di restoran disimpang Kota Agung kami sempatkan untuk minum kopi dan santai sesaat sambil menikmati beberapa alunan music reggae bahkan beberapa dari kami berjoget ria. Suatu touring wisata yang sangat mengesankan. Semoga Touring Wisata seperti ini bukan saja sekedar hiburan tapi mengenal lebih dekat Kabupaten Lahat yang kita sayangi, kalo kita sebagai masyarakat Lahat tidak tahu daerah sendiri bagaimana orang lain hendak kenal daerah kita. Harapan kami kegiatan seperti dapat didukung semua pihak. Create : By Mario

0 komentar:

Posting Komentar