"Awas hati-hati”, demikian kawan yang berada dibelakangku setengah
berteriak melihat aku terjatuh karena jalan yang licin dan terjal dengan kemiringan 45 derajat. Aku segera berdiri dan melanjutkan perjalanan. Aku dan kelima kawanku baru saja berjalan kurang dari 1
km dari desa, kami melewati kebun kopi dengan buah kopi yang telah merah dan siap untuk dipanen. Lalu perjalanan
harus menuruni jalanan terjal kebun durian. Beberapa kali aku harus
berpegang erat pada ranting atau akar pohon agar aku tak terjatuh lagi.
Beberapa saat kemudian aku terhenti oleh suara
seorang kawan yang berada di depanku. “Nah ada burung rajawali di pohon durian”,
dan segera aku berhenti memperhatikan seeokor burung yang bertengger di sebuah dahan pohon durian. Aku ambil kameraku
dan setelah aku lihat lebih dekat dengan kameraku ternyata seekor burung hantu.
Tanpa ekpresi dan rasa takut burung hantu ketika kami berada di wilayah mereka
atau mungkin dia sedang tidur. Kedatangan kami di pagi nan cerah dihiasi langit
biru dan awan seputih kapas dan sang
burung hantu yang menyambut kami menambah indahnya suasana pagi di kebun durian
desa Muara Danau.
Kebun durian penuh semak belukar dan hanya di datangi si empunya setika musim
durian saja maka tidak mengherankan ketika tidak masa musim buah kebun durian
di sesaki semak belukar dan terkesan tak terpelihara. Di bagian barat kebun durian terdapat sungai Jambat Akar
dimana pada bagian hulunya terdapat air terjun. Karena terdapat di sungai
jambat akar maka air terjun ini disebut
Air Terjun Jambat Akar. Dengan ketinggian sekitar 35 m dan bertingkat di bagian
atasnya, air terjun jambat akar terlihat
lebih indah, terlebih disekitarnya pepohonan nan hijau masih terpelihara dengan
baik. Dibagian bawah tepat jatuhnya air terbentuklah sebuah lubuk akibat
derasnya air yang jatuh.
Ketika pertama kali sampai di lokasi ini hanya
terdengar gemuruhnya air tanpa terlihat air terjun karena rimbunnya pepohonan
di sekitarnya. Untuk dapat melihatnya maka kami harus turun ke sungai dan berjalan
menyusuri sungai ke hulu dan keindahan air terjun jambat akar baru dapat di
nikmati.
Air terjun jambat akar masih sangat alami dan terlihat
sangat jarang pengunjung datang ke sini. Air terjun ini belum pernah
terpublikasi bahkan hanya diketahui oleh penduduk sekitar dan hanya sedikit
saja yang pernah mengunjunginya. Tidak mengherankan bila keindahan air terjun
ini belum di ketahui oleh masyarakat kabupaten Lahat walau letaknya tak jauh
dari jalan lintas Lahat Pagaralam dan hanya berjarak 34 km dari Kota Lahat.
Dari jarak sekitar 20 m aku berdiri menatap
indahnya air terjun dengan hijaunya dedaunan disekitar dan ketika aku mencoba
untuk mengabadikan keindahan air terjun, dedaunan disekitarnya sedikit
menghalangi, aku terus mencari angle terbaik. Akupun harus menyeberangi sungai
yang tak begitu lebar dan dalam tapi aku tetap hati-hati agar tak jatuh, sedang
kawan-kawanku dengan asyiknya berphoto ria di bawah air terjun bahkan satu di
antaranya berjalan ke belakang air terjun. Oh....betapa indahnya suasana di
sini.Puas sudah rasanya menikmati air terjun jambat akar
yang merupakan air terjun pertama yang aku kunjungi di kecamatan Tanjung Tebat
atau merupakan air terjun ke 24 di kabupaten Lahat yang aku singgahi dan tak
jauh dari sini atau sekitar 2 km ke arah barat aku akan melihat sebuah air
terjun lagi yang di yakini lebih besar dari air terjun jambat akar.Kami akhirnya sampai juga di perkebunan kopi di
atas air terjun dengan napas yang terengah-engah, segera kuteguk air putih
pengobat rasa dahaga dan menyusun tenaga agar aku dapat melanjutkan perjalanan
berikutnya. Satu kawanku terbaring di atas tanah tanpa alas dan tak
menghiraukan tubuhnya kotor oleh tanah kebun.Lima belas menit melepas rasa lelah sudah cukup
untuk menuju destinasi selanjutnya. Kami menyusuri rimbunya pepohonan kopi
dengan buahnya yang memerah dan telah siap di panen. Dan 10 menit kemudian kami
mendengar gemuruh suara air yang kami yakini suara air terjun tetapi kami belum
dapat melihatnya kecuali sebuah air terjun di kejauhan yang berasal dari sungai
selangis menuju sungai lematang. Memang tepat dihadapanku terbentang jurang yang
sangat terjal dimana mengalir sungai lematang, sedang disebelah kiriku mengalir
sungai kesik yang menjadi destinasi kami. Jadi di radius 1 km dari tempat kami
berdiri terdapat 4 air terjun dengan ketinggian dan keindahan yang berbeda. Pertama
air terjun jambat akar yang baru saja kami kunjungi, kedua air terjun yang
berada agak jauh di depan kami berada saat ini yang berasal dari sungai
selangis dan dua air terjun lainnya yang berada di sungai kesik yang sedang
kami cari keberadaannya.Kami tak mungkin turun dari sini menuju air terjun
di sungai kesik karena jurang yang sangat terjal maka kami putuskan untuk
berjalan ke arah utara dan mencari jalan terbaik menuju air terjun. Kami masih
menyusuri kebun kopi dan suara gemuruh air semakin jelas terdengar tapi kami
belum menemukan jalan turun ke air terjun. Kami terus mencoba mencari dan
mencari jalan yang tidak terjal tapi kami harus menyusuri tebing terjal yang
ditumbuhi pohon bambu dan semak belukar. Kami harus berjalan sedikit merayap
dan extra hati-hati karena tepat dibawah adalah jurang dengan batu-batu sungai
yang besar. Sebelum sampai di tepi sungai kami harus bergelantungan di
akar-akar pohon. Alhamdulillah, demikian kata pertama yang terucap ketika
sampai di sungai kesik dan melihat air terjun dengan suaranya yang bergemuruh.
Kami masih harus menyusuri sungai untuk dapat melihat lebih dekat keindahan air
terjun kesik dan aku harus berjalan menyeberangi sungai dengan mencari aliran
sungai yang tak begitu dalam. Dengan berjalan sangat hati-hati aku menyeberangi
sungai kecik dengan arus yang cukup deras.>Air terjun kesik dengan ketinggian sekitar 40 m
dengan airnya yang cukup deras dan membasahi bagian dinding sebelah selatan air
terjun sehingga dinding terjal ini ditumbuhi pepohonan nan hijau yang selalu
basah sedang bagian utara air terjun dinding terjal kecoklatan tanpa pepohonan
dengan tektur bebatuan tampak jelas dan bekas reruntuhan yang membentuk gunung
batu dibawahnya. Bilamana dinding bagian utara tidak runtuh tentu air terjun
ini akan tampak lebih tinggi dan lubuknya lebih luas dan dalamAir berwarna kecoklatan mengalir dengan derasnya.
Warna coklat tersebut kemungkinan disebabkan dari lumpur yang terbawa arus air
dari kebun kopi diatas air terjun. Memang di daerah ini masyarakat hidup dengan
bertanam kopi yang telah turun menurun selama puluhan tahun silam dan menjadi
sumber penghasilan utama mereka. Kebun kopi mereka pelihara secara baik dengan
selalu membersihkan rerumputan yang tumbuh di kebun mereka, bahkan beberapa
kebun kopi mereka tanam pula dengan lada hitam di sela-sela pohon kopi.Masyarakat hidup sangat tentram dan damai tanpa adanya
gejolak sosial. Mereka hidup berdampingan dan saling membantu seperti membuat
irigasi di kebun-kebun mereka dan bilamana satu keluarga mendapat musibah tanpa
suatu komando mereka dengan sukarela saling membantu. Maka tidak mengherankan
keberadaan air terjun nan indah di desa mereka tidak dimanfaatkan sebagai obyek
wisata karena kebutuhan mereka telah terpenuhi dengan hasil kebun kopi dan lada
merekaDi sungai kesik terdapat air terjun kesik besar dan
air terjun kesik kecil tapi karena medan yang sangat berat sehingga keindahan
air terjun kesik kecik tidak dapat kami nikmati. Jarak antar kedua air terjun
ini sekitar 200 m dengan arus yang deras. Sedang jarak airPesona keindahan Muara Danau dengan sejumlah air
terjun dengan ketinggian yang berbeda, tebing, jurang, pebukitan dengan kebun
kopi, kebun lada dan kebun durian terhampar hijau menyejukkan mata, sejumlah
aneka fauna seperti burung hantu, monyet ekor panjang, babi dan lainya serta
peninggalan prasejarah berupa Arca Manusia Muara Danau atau masyarakat setempat
menyebutnya Batu Bute (Buta) akan menjadi daya tarik tersendiri. (By Mario,
Traveler ke 200 kota wisata dunia di 100 negara).
Bagus
BalasHapusOh ternyata begitu.
BalasHapuspemandangan yang indah.
BalasHapusmau ke bali klik aja
www.rbelltour.com