Minggu, 27 Januari 2013

Keindahan Dibalik Semak Belukar

    "Awas hati-hati”, demikian   kawan yang berada dibelakangku setengah berteriak  melihat aku terjatuh karena jalan yang  licin dan  terjal dengan kemiringan 45 derajat. Aku segera berdiri dan melanjutkan perjalanan. Aku dan kelima kawanku baru saja berjalan kurang dari 1 km dari desa, kami melewati kebun kopi dengan buah kopi yang telah  merah dan siap untuk dipanen. Lalu perjalanan harus menuruni jalanan terjal kebun durian. Beberapa kali aku harus berpegang erat pada ranting atau akar pohon agar aku tak terjatuh lagi.
Beberapa saat kemudian aku terhenti oleh suara seorang kawan yang berada di depanku. “Nah ada burung rajawali di pohon durian”, dan segera aku berhenti memperhatikan seeokor burung yang bertengger di  sebuah dahan pohon durian. Aku ambil kameraku dan setelah aku lihat lebih dekat dengan kameraku ternyata seekor burung hantu. Tanpa ekpresi dan rasa takut burung hantu ketika kami berada di wilayah mereka atau mungkin dia sedang tidur. Kedatangan kami di pagi nan cerah dihiasi langit biru dan awan seputih kapas dan  sang burung hantu yang menyambut kami menambah indahnya suasana pagi di kebun durian desa Muara Danau.
Kebun durian penuh semak belukar dan  hanya di datangi si empunya setika musim durian saja maka tidak mengherankan ketika tidak masa musim buah kebun durian di sesaki semak belukar dan terkesan tak terpelihara. Di bagian barat  kebun durian terdapat sungai Jambat Akar dimana pada bagian hulunya terdapat air terjun. Karena terdapat di sungai jambat akar maka air terjun  ini disebut Air Terjun Jambat Akar. Dengan ketinggian sekitar 35 m dan bertingkat di bagian atasnya,  air terjun jambat akar terlihat lebih indah, terlebih disekitarnya pepohonan nan hijau masih terpelihara dengan baik. Dibagian bawah tepat jatuhnya air terbentuklah sebuah lubuk akibat derasnya air yang jatuh.
Ketika pertama kali sampai di lokasi ini hanya terdengar gemuruhnya air tanpa terlihat air terjun karena rimbunnya pepohonan di sekitarnya. Untuk dapat melihatnya maka kami harus turun ke sungai dan berjalan menyusuri sungai ke hulu dan keindahan air terjun jambat akar baru dapat di nikmati.
Air terjun jambat akar masih sangat alami dan terlihat sangat jarang pengunjung datang ke sini. Air terjun ini belum pernah terpublikasi bahkan hanya diketahui oleh penduduk sekitar dan hanya sedikit saja yang pernah mengunjunginya. Tidak mengherankan bila keindahan air terjun ini belum di ketahui oleh masyarakat kabupaten Lahat walau letaknya tak jauh dari jalan lintas Lahat Pagaralam dan hanya berjarak 34 km dari Kota Lahat.
Dari jarak sekitar 20 m aku berdiri menatap indahnya air terjun dengan hijaunya dedaunan disekitar dan ketika aku mencoba untuk mengabadikan keindahan air terjun, dedaunan disekitarnya sedikit menghalangi, aku terus mencari angle terbaik. Akupun harus menyeberangi sungai yang tak begitu lebar dan dalam tapi aku tetap hati-hati agar tak jatuh, sedang kawan-kawanku dengan asyiknya berphoto ria di bawah air terjun bahkan satu di antaranya berjalan ke belakang air terjun. Oh....betapa indahnya suasana di sini.Puas sudah rasanya menikmati air terjun jambat akar yang merupakan air terjun pertama yang aku kunjungi di kecamatan Tanjung Tebat atau merupakan air terjun ke 24 di kabupaten Lahat yang aku singgahi dan tak jauh dari sini atau sekitar 2 km ke arah barat aku akan melihat sebuah air terjun lagi yang di yakini lebih besar dari air terjun jambat akar.Kami akhirnya sampai juga di perkebunan kopi di atas air terjun dengan napas yang terengah-engah, segera kuteguk air putih pengobat rasa dahaga dan menyusun tenaga agar aku dapat melanjutkan perjalanan berikutnya. Satu kawanku terbaring di atas tanah tanpa alas dan tak menghiraukan tubuhnya kotor oleh tanah kebun.Lima belas menit melepas rasa lelah sudah cukup untuk menuju destinasi selanjutnya. Kami menyusuri rimbunya pepohonan kopi dengan buahnya yang memerah dan telah siap di panen. Dan 10 menit kemudian kami mendengar gemuruh suara air yang kami yakini suara air terjun tetapi kami belum dapat melihatnya kecuali sebuah air terjun di kejauhan yang berasal dari sungai selangis menuju sungai lematang. Memang tepat dihadapanku terbentang jurang yang sangat terjal dimana mengalir sungai lematang, sedang disebelah kiriku mengalir sungai kesik yang menjadi destinasi kami. Jadi di radius 1 km dari tempat kami berdiri terdapat 4 air terjun dengan ketinggian dan keindahan yang berbeda. Pertama air terjun jambat akar yang baru saja kami kunjungi, kedua air terjun yang berada agak jauh di depan kami berada saat ini yang berasal dari sungai selangis dan dua air terjun lainnya yang berada di sungai kesik yang sedang kami cari keberadaannya.Kami tak mungkin turun dari sini menuju air terjun di sungai kesik karena jurang yang sangat terjal maka kami putuskan untuk berjalan ke arah utara dan mencari jalan terbaik menuju air terjun. Kami masih menyusuri kebun kopi dan suara gemuruh air semakin jelas terdengar tapi kami belum menemukan jalan turun ke air terjun. Kami terus mencoba mencari dan mencari jalan yang tidak terjal tapi kami harus menyusuri tebing terjal yang ditumbuhi pohon bambu dan semak belukar. Kami harus berjalan sedikit merayap dan extra hati-hati karena tepat dibawah adalah jurang dengan batu-batu sungai yang besar. Sebelum sampai di tepi sungai kami harus bergelantungan di akar-akar pohon. Alhamdulillah, demikian kata pertama yang terucap ketika sampai di sungai kesik dan melihat air terjun dengan suaranya yang bergemuruh. Kami masih harus menyusuri sungai untuk dapat melihat lebih dekat keindahan air terjun kesik dan aku harus berjalan menyeberangi sungai dengan mencari aliran sungai yang tak begitu dalam. Dengan berjalan sangat hati-hati aku menyeberangi sungai kecik dengan arus yang cukup deras.>Air terjun kesik dengan ketinggian sekitar 40 m dengan airnya yang cukup deras dan membasahi bagian dinding sebelah selatan air terjun sehingga dinding terjal ini ditumbuhi pepohonan nan hijau yang selalu basah sedang bagian utara air terjun dinding terjal kecoklatan tanpa pepohonan dengan tektur bebatuan tampak jelas dan bekas reruntuhan yang membentuk gunung batu dibawahnya. Bilamana dinding bagian utara tidak runtuh tentu air terjun ini akan tampak lebih tinggi dan lubuknya lebih luas dan dalamAir berwarna kecoklatan mengalir dengan derasnya. Warna coklat tersebut kemungkinan disebabkan dari lumpur yang terbawa arus air dari kebun kopi diatas air terjun. Memang di daerah ini masyarakat hidup dengan bertanam kopi yang telah turun menurun selama puluhan tahun silam dan menjadi sumber penghasilan utama mereka. Kebun kopi mereka pelihara secara baik dengan selalu membersihkan rerumputan yang tumbuh di kebun mereka, bahkan beberapa kebun kopi mereka tanam pula dengan lada hitam di sela-sela pohon kopi.Masyarakat hidup sangat tentram dan damai tanpa adanya gejolak sosial. Mereka hidup berdampingan dan saling membantu seperti membuat irigasi di kebun-kebun mereka dan bilamana satu keluarga mendapat musibah tanpa suatu komando mereka dengan sukarela saling membantu. Maka tidak mengherankan keberadaan air terjun nan indah di desa mereka tidak dimanfaatkan sebagai obyek wisata karena kebutuhan mereka telah terpenuhi dengan hasil kebun kopi dan lada merekaDi sungai kesik terdapat air terjun kesik besar dan air terjun kesik kecil tapi karena medan yang sangat berat sehingga keindahan air terjun kesik kecik tidak dapat kami nikmati. Jarak antar kedua air terjun ini sekitar 200 m dengan arus yang deras. Sedang jarak airPesona keindahan Muara Danau dengan sejumlah air terjun dengan ketinggian yang berbeda, tebing, jurang, pebukitan dengan kebun kopi, kebun lada dan kebun durian terhampar hijau menyejukkan mata, sejumlah aneka fauna seperti burung hantu, monyet ekor panjang, babi dan lainya serta peninggalan prasejarah berupa Arca Manusia Muara Danau atau masyarakat setempat menyebutnya Batu Bute (Buta) akan menjadi daya tarik tersendiri. (By Mario, Traveler ke 200 kota wisata dunia di 100 negara).

3 komentar: