“Panoramic of Lahat”
sebuah Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Lahat bekerja sama dengan FORSISLA
(Forum Komunikasi OSIS SMP Kabupaten Lahat) mengadakan Lahat City Tour dalam
upaya pengenalan sejarah Kota Lahat kepada generasi muda Lahat. Kegiatan ini
diikuti oleh siswa dari 15 SMP se Kota Lahat yang didampingi oleh Salmi (Waka
SMPN 5 Lahat), Yulianti (Guru SMPN 5 Lahat), Mario (Ketua Panoramic of Lahat) Yudha Hendriko (Sekretaris
Panoramic of Lahat), Dedek, Rian, Bayu, Wahyu dan Fachri (team Panoramic of
Lahat).
Kegiatan ini diadakan
untuk yang pertama kalinya di Lahat. Hal ini dilakukan karena kami menyadari
bahwa masih banyak masyarakat Lahat yang tidak mengenal sejarah Lahat dan apa
saja yang telah terjadi di Lahat sejak berdirinya Lahat hingga kini.
Lahat City Tour mengambil rute perjalanan dari Bengkel kereta api Balai Yasa menuju bangunan gedung W1 sampai dengan W13 yang merupakan rumah dinas para petinggi bengkel kereta api Balai Yasa sejak masa awal berdirinya pada tahun 1931. Kemudian berjalan menuju komplek perumahan karyawan bengkel kereta api Balai Yasa. Komplek ini dibangun untuk para karyawan yang didatangkan oleh Belanda dari daerah Purworejo Jawa Tengah. Lalu berjalan menuju terowongan kereta api yang dibangun pada tahun 1924-1925 oleh seorang arsitek Belanda bernama Willem sehingga terowongan ini bernama Willem Synja Tunnel. Terowongan ini berada di Kelurahan Gunung Gajah sehingga masyarakat Lahat lebih mengenalnya dengan sebutan Terowongan Gunung Gajah. Terowongan ini sempat ditutup dan dibuka kembali pada tahun 1952. Terowongan Gunung Gajah merupakan terowongan terpanjang ke-10 di Indonesia dengan panjang 368 meter.
Dari terowongan Gunung
Gajah berjalan menuju Balai Pengobatan MULO. Balai ini dibangun bersama dengan
sekolah setingkat SMP yang dalam bahasa Belanda disebut MULO pada tahun 1938.
Lalu berjalan ke komplek sekolah Santo Yosef. SD Santo Yosef yang masih berdiri
kokoh di bangun pada tahun 1936 oleh 4 orang suster yang didatangkan dari
Belanda.
Dilanjutkan berjalan ke
Lapangan PJKA. Di lokasi ini terdapat beberapa bangunan masa kolonial Belanda
yang dibangun sekitar tahun 1930an. Bangunan masih berdiri dengan kokoh walau
sudah terdapat beberapa perbaikan.
Kemudian menuju Kantor
CPM, disini terdapat 2 bangunan berbahan kayu yang masih berdiri kokoh dengan
gaya masa tahun 30an. Diteruskan dengan melihat beberapa megalit di komplek
pemakaman Puyang Raja Api. Disini terdapat 1 arca manusia tanpa kepala,
beberapa menhir, batu datar dan 1 lumpang batu berlubang 2 di halaman rumah
penduduk.
Lalu berjalan menyusuri
jalan Amir Hamzah dan stop di rumah Bu Janna, sebuah rumah batu bergaya Indis
yang masih kokoh dan terawat dengan warna dinding putih serta dinding batu kali
dengan warna hitam putih khas warna masa itu.
Kami melanjutkan
berjalan kaki menuju Wisma Lematang, rumah ini pada masa awalnya merupakan
rumah kediaman assistant residen Lematang Ulu dan dimasa kemerdekaan rumah ini
menjadi rumah dinas Bupati Lahat sebelum mediami rumah dinas Bupati yang
sekarang terletak di Bandar Jaya. Di samping Wisma Lematang juga ada 2 bangunan
kayu yang merupakan heritage masa kolonial Belanda. Begitu juga dengan komplek
Kompi Zipur.
Tepat di depan rumah
sakit umum Lahat terdapat Gereja Santa Maria yang masih berdiri kokoh dan
berfungsi. Gereja ini berdiri pada tahun 1931.
Sedangkan rumah sakit umum Lahat berdiri pada tahun 1919 tapi sayang bangunannya sudah berganti dengan yang sekarang berdiri maka tidak menyisakan bangunan asli tahun 1919, begitu juga dengan gedung BRI Cabang Lahat. Bangunan ini dulunya adalah bangunan bercorak Indis seperti bangunan yang ada disebelahnya yang dihuni oleh GM PLN Cabang Lahat. Dan heritage yang juga hilang adalah kuburan Belanda yang sekarang menjadi pertokoan di seberang Benglap.
Sedangkan rumah sakit umum Lahat berdiri pada tahun 1919 tapi sayang bangunannya sudah berganti dengan yang sekarang berdiri maka tidak menyisakan bangunan asli tahun 1919, begitu juga dengan gedung BRI Cabang Lahat. Bangunan ini dulunya adalah bangunan bercorak Indis seperti bangunan yang ada disebelahnya yang dihuni oleh GM PLN Cabang Lahat. Dan heritage yang juga hilang adalah kuburan Belanda yang sekarang menjadi pertokoan di seberang Benglap.
Terakhir
kegiatan Lahat City Tour kembali ke lokasi awal di bengkel kereta api Balai
Yasa. Bengkel ini berdiri tahun 1931. Bengkel ini mempunyai luas area 95.582,30 m2
dan luas bangunan 47.754,64 m2. Saat ini bengkel kereta api Balai Yasa Lahat
merupakan bengkel kereta api terbesar di Indonesia, di sini dilakukan
pengerjaan untuk kereta penumpang, barang, batubara, tangki minyak dan
lokomotif. Juga di bengkel ini terdapat menara air dengan tinggi 40 meter yang
menjadi penyuplai air bersih Kota Lahat pada awalnya. Menara air ini masih
berdiri kokoh dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Semoga kegiatan
seperti ini dapat bermanfaat untuk generasi muda Lahat dan masyarakat Lahat pada
umumnya. Dan harapan kami dari pengiat budaya dan wisata “Panoramic of Lahat”
agar semua pihak dapat mendukung kegiatan ini sebagai upaya menumbuhkan rasa
cinta tanah air, bangsa dan negara. Mari mengenal dan mencintai negeri sendiri.
Salam Lestari Panoramic of Lahat.(Mario Andramartik).
lanjutkan
BalasHapusTerima kasih @Kamil Bayu Purwanto
BalasHapus