Telah beberapa kali niatku tertunda untuk berkunjung ke kampung seorang sahabat yang aku kenal dua tahun lalu. Dan akhirnya hari minggu ini aku mempunyai kesempatan untuk berkunjung walau kunjunganku hari ini tidak terencana dengan baik dan terkesan mendadak.
Setelah menempuh perjalanan 29 km ke arah barat dari Kota Lahat, maka dilanjutkan dengan menyusuri jalan kebun sepanjang satu kilometer. Perjalanan menyusuri perkebunan kopi yang berkelok dan sedikit naik turun dengan udara yang sejuk membuat perjalanan sepanjang satu kilometer menjadi terasa nyaman dan menyenangkan. Perkebunan kopi yang terletak di ketinggian sekitar 400 mdpl sangat subur dengan buah kopi yang masih hijau dan sedikit yang sudah memerah.
Kadang kala aku harus merunduk untuk menghindari dahan-dahan pohon kopi yang penuh dengan buah kopi. Aku takut akan mengganggu buah kopi tersebut atau akan membuat buah kopi berjatuhan karena aku, sebelum di panen si empunya.
Dan setelah aku berjalan sekitar 12 m dari arca-arca tadi, tepat dibawah sebuah pohon kopi terdapat sebuah batu . Aku amati batu dengan ukuran 3 kali ukuran kepala manusia itu dan ternyata adalah kepala arca. Terlihat dengan jelas bagian muka seperti mata, hidung, mulut dan telinga serta penutup kepala. Aku berkeyakinan kepala arca ini merupakan kepala dari arca manusia pertama yang aku lihat tanpa kepala. Sebelumnya aku sempat bertanya dalam hati, kemana kepala arca ini? Apakah telah dicuri orang? Dan ternyata masih terdapat tak jauh dari si empunya. Semoga dalam waktu dekat pihak-pihak yang berkompeten dapat menyambung kembali kepala arca sebelum kepala arca tersebut berpindah tangan ke orang yang tidak bertanggung jawab. Situs megalith Negeri Celeng tidak banyak diketahui masyarakat setempat bahkan masyarakat Lahat walau letaknya dekat jalan raya lintas Lahat- Pagaralam. Karena tidak adanya papan petunjuk adanya situs megalith disini. Seperti telah diketahui tinggalan prasejarah di Kabupaten Lahat telah diketahui sejak 1850 oleh L.Ullman seorang letnan infanteri Belanda dan kemudian tahun 1932 oleh Van Der Hoop yang menulis tentang megalith Pasemah dalam bukunya “Megalithic Remains in South Sumatra”. Dalam buku ini Van Der Hoop menyebut area ini dengan nama Tebat Sibentur. Sudah semestinya situs megalith Negeri Celeng atau Tebat Sibentur dan sebaran situs megalith lainnya yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Lahat mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Lahat. Apalagi Kabupaten Lahat telah mendapat penghargaan Rekor MURI sebagai Pemilik Situs Megalitik Terbanyak se Indonesia. Kalau Pemerintah Kabupaten Lahat serius tentu sangat bermanfaat bukan saja berguna untuk mengenal budaya bangsa dan ilmu pengetahuan namun juga pengembangan pariwisata yang berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lahat seperti tertera dalam UU No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya pasal 85 Bagian Keempat Pemanfaat berbunyi “Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata. (By Mario, Traveler ke 200 kota wisata dunia).
0 komentar:
Posting Komentar