Jumat, 22 April 2016

PERILAKU MASYARAKAT DAN PERANAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULAGI SAMPAH

 
Sudah menjadi suatu kejadian rutin setiap musim hujan datang hampir setiap daerah di Indonesia terjadi banjir. Di sebut suatu kejadian rutin karena terjadi setiap tahun. Hal ini sebenarnya sangat ironis karena banjir adalah bencana alam, tetapi mengapa harus terjadi setiap tahun ? Adakah usaha supaya tidak terjadi banjir baik yang dilakukan oleh pemerintah atau oleh masyarakat? Sejauh mana usaha ini telah dilakukan? Apakah segala upaya telah menyentuh akar masalahnya?

Penulis melihat usaha oleh pemerintah dan peranserta dari masyarakat belum maksimal, misalnya maraknya penebangan liar,hilangnya green area/ lahan serapan air, minimnya taman kota. Semua ini sebenarnya tempat dimana air bisa terserap dan tersimpan di bumi. Ditambah lagi oleh masalah sungai, parit, selokan yang menyempit, dangkal dan kotor oleh sampah yang di buang oleh masyarakat. Hal ini terjadi dimana-mana dari kota sampai pelosok desa.

Secara umum di Kota Lahat banjir tidak terjadi seperti yang kita lihat di TV terjadi banjir di banyak kota di Indonesia, dimana banjir memenuhi hampir seluruh kota. Tetapi di beberapa wilayah di kota Lahat seperti di wilayah Talang Jawa, RD PJKA, Perumnas 2, Perumnas 3 dan Bandar Jaya blok AA masih sering terjadi banjir. Ini bisa dimaklumi karena di wilayah ini kondisi parit dan selokan sempit, dangkal, tidak tertata dengan baik, belum lagi kebiasaan warga yang membuang sampah di parit, selokan dan sungai apul. Volume air yang banyak tidak dapat di tampung oleh sempit dan dangkalnya parit dan selokan di wilayah ini.

Sampah tidak hanya menjadi penyebab utama terjadinya banjir, tetapi sampah juga menggambarkan perilaku masyarakat dan peranan pemerintah di sebuah wilayah untuk menangani sampah secara baik. Pemerintah dan masyarakat yang peduli sampah tentu menjadikan wilayahnya bersih dan indah untuk dikenang.

Dan untuk Kota Lahat kita tercinta, penulis telah melakukan penelusuran di sepanjang sungai Lematang dari jembatan di depan SMPN 2 sampai dengan jembatan gantung. Sepanjang tepi sungai sampah plastik, kertas, botol dan kaleng berserakan bahkan dibawah jembatan gantung penulis temukan beberapa karung plastik sampah dalam ukuran besar, sehingga jembatan gantung yang seharusnya dapat menjadi daya tarik wisata malah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah.

Sungai apul yang mengalir dari kelurahan Talang Jawa sampai Talang Kapuk semakin sempit dan dangkal dipenuhi sampah. Begitu juga ayek apul yang mengalir dari RD PJKA dekat rel kereta api. Ayek apul di wilayah ini tepat di atas ayek apul telah berdiri berbagai rumah tinggal, rumah makan, salon dan bengkel. Sungai yang seharusnya untuk mengalirkan air digunakan untuk membuang sampah.

Belum lagi kondisi berbagai pasar yang tersebar di kota Lahat, pasar sore gang sengol contohnya, terkesan kumuh dan kotor apalagi setelah malam tiba sampah berserakan dimana-mana yang sangat mengganggu pengguna jalan yang melalui jalan ini. Disini satu contoh dimana peran pemerintah dan masyarakat belum maksimal atau tidak ada sama sekali.


Bisakah kita membuang sampah pada tempatnya? Misalnya membuang sampah di tong atau kotak sampah di rumah kita bukan di selokan atau parit. Maukah kita membiasakan diri untuk membuang sampah di kotak sampah yang tersedia di mobil, bis atau kereta api bukan membuangnya kejalanan yang kita lalui. Apakah terlalu berat rasanya membuang sampah ke dalam tong atau kotak sampah yang tersedia di pasar-pasar dan bukan membuangnya di lantai, jalan dan trotoar. Peranan pemerintah dan kesadaran masyarakat memegang peranan penting dalam mensosialisasikan larangan membuang sampah sembarangan berikut denda dan hukumannya agar terjadi efek jera bagi pelanggarnya berikut dengan pengawasannya seperti yang di lakukan negara Singapore. Pemerintah memiliki wewenang untuk memberikan denda dan hukuman, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk menyediakan tempat – tempat pembuangan sampah yang mudah untuk di akses oleh masyarakat.

Penulis telah menelusuri jalan-jalan di Kota Lahat, khususnya jalan-jalan utama terlihat bahwa kotak/tong sampah hanya ada beberapa saja. Kalau Pemerintah bisa menyiapkan cukup tempat sampah yang memadai, sehingga masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Pemerintahpun seharusnya menyiapkan armada mobil sampah yang cukup sehingga bisa mengangkut sampah dari setiap pelosok kota Lahat.

Dari pengalaman penulis mengunjungi berbagai kota seperti di Singapore, Malaysia , China, Korea, Jepang, Amerika, Kanada, juga berbagai kota di Eropa, Selandia Baru dan Australia sampah bukan menjadi penyebab terjadinya banjir karena pemerintah dan masyarakatnya bersama-sama menyelesaikan/mengatur/menangani sampah. Misalnya pemerintah menyiapkan infrastrukturnya dari mobil sampah yang memadai dan modern, tempat sampah yang cukup dan terawat, tenaga yang terlatih dan berdedikasi. Masyarakatnyapun telah sadar betapa pentingnya kebersihan untuk rumah, sekolah, kantor, pasar dan kota secara keseluruhan.

Kalau satu keluarga sudah membuang sampah pada tempatnya. Kalau satu sekolah siswa dan guru membuang sampah pada tempatnya, Kalau satu kantor karyawan dan manager membuang sampah pada tempatnya, kalau satu kota dari anak-anak sampai orang tua membuang sampah pada tempatnya maka tak ada lagi tukang sapu di jalanan, tak ada lagi selokan dan parit yang tersumbat sampah, tak ada lagi sungai apul yang menyempit dan dangkal karena sampah dan tak ada lagi banjir yang di sebabkan oleh sampah.

Kita bisa jadikan sampah barang yang berguna bukan menjadi bencana setiap musim hujan. Misalnya sebagai pupuk kompos atau barang daur ulang. Sekarang kita bisa mulai membuang sampah pada tempatnya dari lingkungan terkecil yakni diri kita sendiri dan keluarga kita. Bukankah dalam agama di sebutkan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman. Mari kita jaga kebersihan rumah, sekolah, kantor dan kota kita dengan tidak membuang sampah sembarangan. (Mario traveler ke 200 kota wisata di 100 negara)

0 komentar:

Posting Komentar