Sabtu, 11 Maret 2017

"CAMBAI NAN MENAWAN" Jelajah Negeri Mengenal Alam


Pagi nan cerah di awal tahun 2017 mengawali perjalananku untuk jelajah negeri mengenal alam. Tepat pukul 07.30 wib aku meninggalkan rumah menuju ke hotel Grand Zuri Lahat untuk menjemput Chef Jams yang berasal dari Aceh. Pria yang sudah ½ tahun ini bekerja di hotel Grand Zuri Lahat sebagai Executive Chef dan tertarik ketika aku tawarkan untuk ikut aku mengunjungi air terjun dan megalit yang berada di kecamatan Pajar Bulan yang berjarak sekitar 70an km dari Kota Lahat.

Satu setengah jam kemudia kami sudah berada di Kota Pagaralam dan terus menuju kecamatan Pajar Bulan yang berjarak sekitar 3 km dari Kota Pagaralam. Aku stop di desa Sumur dan menghubungi Wanhar anggota DPRD Lahat. Karena beberapa waktu sebelumnya aku telah melakukan komunikasi dengan Wanhar untuk melihat air terjun dan batu megalit di wilayah ini. Hal ini menjadi perjalanan pertamaku jelajah alam Lahat dengan seorang anggota DPRD Lahat dan aku sangat apresiasi atas kesediaannya untuk jelajah alam di daerahnya.
Dari desa Sumur kami melanjutkan perjalanan ke desa Bantunan bersama 8 warga desa Sumur yang menjadi pemandu kami . Jarak antara dua desa ini sekitar 4 km. Dari desa Bantunan inilah kami akan mulai pertualangan yang sebenarnya. Wanhar, Chef Jams dan aku masing-masing di bonceng sepeda motor oleh pemandu kami dengan sepeda motor yang khusus di design untuk melintasi jalan tanah berlumpur yang biasa di pakai petani setiap hari untuk berkebun. Sepeda motor yang telah diganti ban trail atau ban yang di balut dengan rantai melaju dari desa Bantunan menyusuri jalan aspal hasil swadaya masyarakat sejauh 4 km lalu masuk ke jalan tanah merah setelah menyeberangi jembatan sungai Lukok.
Dari sini jalan tanah yang pernah di doser beberapa tahun lalu membentuk jalur-jalur parit lintasan air ketika hujan dan kami mencari jalan yang bisa di lalui oleh sepeda motor. Kebetulan ketika kami kesini belum turun hujan maka jalan tanah ini masih sangat bersahabat tetapi ketika di musim hujan maka akan sangat sulit melintasi jalan ini. Jalan ini dapat menghubungkan desa Bantunan kecamatan Pajar Bulan dengan desa Sinjar Bulan kecamatan Gumay Ulu. Panjang jalan ini sekitar 18 km dan sekitar 4 km yang telah di aspal sedang sisanya masih jalan tanah dan belum ada pengerasan dan pengaspalan. Di jalan ini ada sekitar 9 talang (dusun kecil di kebun). Kalau saja jalan ini di buka sebagai  jalan lintas dengan lebar min 6 meter maka akan menghubungkan kecamatan Gumay Ulu dan kecamatan Pajar Bulan tanpa harus masuk ke Kota Pagaralam seperti yang terjadi selama ini.  Karena selama ini  terkesan bahwa kabupaten Lahat terbelah oleh kota Pagaralam. Selain itu jalan ini juga akan menjadi jalur ekonomi dan pengembangan daerah kedua kecamatan dan kabupaten Lahat secara umum.
Dari Talang Tengah yang terdiri dari beberapa pondok kami belok kanan menyusuri jalan kebun dengan lebar hanya 1,5 meter dan tak jarang harus merunduk untuk menghindari ranting pohon kopi. Yach…. Jalan menuju ke air terjun Cambai merupakan jalan kebun. Awalnya jalan sedikit menurun akan tetapi selanjutnya jalan makin terjal dan terpaksa sepeda motor kami parkir di kebun kopi. Kemudian kami menyusuri jalan kebun dan sering harus merunduk menghindari pohon kopi yang sudah mulai berbuah dan akan panen 3 bulan ke depan.
Lalu jalan semakin terjal setelah tidak ada lagi pohon kopi dan kami harus menuruni tebing terjal dengan kemiringan hampir 70 derajat. Kami harus berpegang dengan ranting-ranting pohon. Sungguh suatu adventure yang menguji adrenalin akan tetapi setelah turun sejauh 20 meter terlihat sudah keindahan air terjun Cambai yang mempunyai air nan jernih dengan ketinggian sekitar 40 meter yang membentuk danau kecil di bagian bawahnya dan mengalir menuju sungai Lukok yang menjarak sekitar 100 meter membentuk muara sungai. Gemericik air dan keindahan air terjun Cambai telah mengobati rasa lelah dan tegang karena jalan yang terjal.
Keindahan air terjun Cambai yang terletak di desa Sumur Lama kecamatan Pajar Bulan kabupaten Lahat terlihat lebih indah dari muara sungai Lukok. Dan dalam catatan kami Panoramic of Lahat (Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Lahat) air terjun Cambai sebagai air terjun ke 129 yang ada di kabupaten Lahat dan tak salah kalau kabupaten Lahat menasbihkan diri sebagai Bumi Seratus Air Terjun selain sebagai Bumi Seribu Megalit.
Dari muara sungai Lukok lalu kami menyusuri sungai Lukok menuju ke air terjun Penggantungan yang berada di tepi jurang dan airnya jatuh ke sungai Lukok. Dari awal penelusuran sungai ini kami harus meloncat dari satu batu ke batu lainnya dan tidak jarang harus masuk ke air sungai dan menyeberanginya. Perjalanan dari muara sungai Lukok ke air terjun Penggantungan sekitar 1 km akan tetapi perjalanan ini bukan pejalanan biasa, penuh dengan tantangan dan petualangan. Aku mendapat pengalaman minum air dari pohon sepit yang merampat di tepi sungai. Cara minumnya dengan memotong ranting pohon dan dari potongannya akan mengalir air dan langsung di minum. Rasanya seperti air putih biasa dan khasiatnya selain melepas dahaga juga dapat mengobati rematik.
Setelah menempuh 1 km perjalanan yang melelahkan dan penuh tantangan akhirnya kami tiba di air terjun Penggantungan. Tapi sayang air terjun Penggantungan debit airnya sangat kecil karena sudah lama tidak turun hujan dan kalau saja sedang musim hujan tentu pemandangan air terjun ini sangat menakjubkan. Air terjun ini mempunyai ketinggian sekitar 70an meter. Dengan ditemukannya air terjun Penggantungan maka kami catat di Panoramic of Lahat sebagai air terjun ke 130 di kabupaten Lahat. Disini kami makan siang dengan nasi bungkus yang telah kami bawa. Kami makan dengan lahap sambil duduk di bebatuan sungai.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sungai Lukok menuju muara sungai Selangis. Medan yang kami lalui tak jauh beda dengan sebelumnya. Setiba di muara sungai Selangis kami lanjutnya dengan mendaki dan menyusuri hutan bambu. Jalan menanjak dengan kemiringan hampir 45 derajat sangat menguras tenaga. Kami beberapa kali harus berhenti melepas lelah. Terlihat hutan ini masih sangat jarang dilalui manusia dan nyaris belum dijamah manusia. Kami harus menembus semak belukar dan membuka jalan dengan parang.
Setengah jam kemudian kami berada di sebuah sungai tepat di atas air terjun Penggantungan lalu kami menyusuri sungai ini kearah atas sejauh 500 meter dan kami temukan satu lagi air terjun dan kami sebut sebagai air terjun Penggantungan Atas. Dan kami catatkan sebagai air terjun ke 131 di kabupaten Lahat. Air terjun inipun mempunyai debit air yang kecil namum sangat indah dengan ketinggian sekitar 40 meter. Bebatuan di air terjun dan sungainya tertutup lumut hijau dan terkesan jarang dikunjungi manusia. Setelah mengambil gambar dan video kamipun bergegas kembali kearah dimana kami memarkirkan sepeda motor.
Setelah berjalan menyusuri hutan selama 30 menit dan tibalah kami di kebun kopi, lalu kami melanjutkan perjalanan pulang dengan sepeda motor menuju talang terdekat dan beristirahat sebentar. Di Talang ini yang terdiri dari sekitar 8 pondok, kami disuguhi kopi hangat, pisang dan sirsak. Wooouuuu…… betapa nikmatnya suasana ini setelah melewati perjuangan panjang dan melelahkan  menembus hutan, menyusuri sungai dan mendaki bukit. Suatu petuangan yang sangat berkesan.
Awalnya kamipun akan melihat megalit akan tetapi karena waktu yang tidak memungkinkan maka kami kembali ke kota Lahat dengan membawa suatu kenangan yang tak pernah terlupakan berpetuangan di hutan Pajar Bulan bersama anggota DPRD Lahat. Semoga lain waktu kita dapat melanjutkan petuangan seperti ini Jelajah Negeri Mengenal Alam dan Budaya. (Mario Andramartik).

0 komentar:

Posting Komentar