Sabtu, 16 Februari 2019

SEJENGKAL TANAH LANGKA, JELAJAH NEGERI MENGENAL ALAM


Udara terasa sejuk walau mentari bersinar terang, siang hari yang panas tak membuat rasa panas dan rasa haus, malah membuat hati tenang dan nyaman.
Di belakang rumah batu yang bentuknya berbeda dari kebanyakan rumah di pedesaan di kabupaten Lahat terdapat sebuah kebun. Kebun ini sangat berbeda dengan kebun kebanyakan di pekarangan rumah di pedesaan. Biasanya pekarangan rumah di pedesaan ditanami sayuran atau buah - buahan yang hasilnya untuk mencukupi kebutuhan harian si pemilik kebun. Akan tetapi kebun di pekarangan rumah Arsyan sangat berbeda.
Asyan Djatoha seorang warga desa Bintuhan kecamatan Kota Agung kabupaten Lahat yang telah pensiun dari PTPN 7. Setelah tidak lagi bekerja di perusahaan negara tersebut Arsyan habiskan waktu pensiunnya dengan menanam berbagai macam tanaman di pekarangan rumahnya seluas sekitar 1 ha.
Dengan pengalamannya bekerja di PTPN maka Arsyan sangat mengenal baik berbagai macam tanaman baik tanaman buah, tanaman obat dan tanaman langka. Maka dari itu Arsyan menanam berbagai macam tanaman. Ketika Arsyan kembali ke kampung halamannya pada tahun 1994, Arsyan sedih dan merasa miris melihat kampungnya yang subur banyak ditumbuhi semak belukar dan masyarakat desa membeli sayuran yang di tanam di Pagar Alam maka Arsyan bersama sang istri menanam berbagai macam sayuran untuk kebutuhan keluarganya dan akhirnya hal ini dapat menular ke beberapa tetangga di desanya.
Arsyanpun melihat banyak tanaman keras dan buah-buahan juga sudah sulit ditemukan maka dari itu Arsyan menananm berbagai macam tanaman. Arsyan ingin mewariskan kepada generasi berikutnya agar tetap dapat melihat tanaman-tanaman yang tumbuh di Lahat dan sekitarnya. Apalagi tanaman endemik daerah Pasemah kalau tidak ada lagi yang menanam maka akan punah.
Arsyan mengklasifikasinya berbagai macam tanaman yang ditanam di pekarangan rumahnya misal tanaman obat atau rempah ada kayu manis, cengkeh, salam, mengkudu, melinjo, sirih merah, sirih hijau, lada, kayu afrika, mahkota dewa, cintewali, binagul, asam, murbei dan jarak pintisilan. Tanaman palem ada kelapa, pinang, aren, palem raja dan palem tokek. Berbagai jenis tanaman bambu ada bambu mayan, bambu dabuk, bambu hitam, bambu kuning, bambu jepang, bambu china, bambu bemban dan bambu kapal.
Arsyan juga menanam berbagai tanaman keras atau kayu seperti kayu mahoni, kayu bambang, kayu ndelupang, kayu kenari juga ada kayu langka seperti kayu merbau dan gaharu. Berbagai jenis pisang juga di tanam disini seperti pisang lilin, pisang susu, pisang raja, pisang tanduk, pisang moli, pisang selawi, pisang emas dan pisang raje. Ada 3 jenis kopi ditanam di pekarangan Arsyan yaitu kopi robusta, arabika dan liberika juga ada kakoa.
Puluhan jenis buah-buahan di tanam juga di sini ada durian, manggis, mangga, alpukat, rambutan, sawo manila, sawo duren, jambu air putih, jambu air merah, jambu air hijau, jambu air madu, jambu bol, jambu jamaika, jambu Bangkok, kelengkeng, kemang, kepayang, kedui, kueni, sali, leci, cermin hijau, cermin merah, rambai, sukun, matoa, duku, getapan, sirsak, belimbing besi, nangka, petai, jeruk, jengkol, buah delima, buah naga, lidah badak, anggur dan mbacang.
Tanah di pekarangan belakang rumah Arsyan dengan tanaman berjumlah lebih dari seratus jenis tanaman bak sejengkal tanah langka di dataran tinggi perbukitan Bukit Barisan. Sementara banyak masyarakat menanam atau berkebun kopi atau karet sebagai mata pencarian tetapi Arsyan menanam berbagai macam tanaman untuk pelestarian tanaman agar anak cucu tetap dapat melihat tanaman langka.
Kami team Panoramic of Lahat yang terdiri dari Maryoto, Bayu, Herli, Egi, Yayan yang ditemani oleh sahabat kami yang berasal dari desa Kebun Jati kecamatan Kota Agung Rohimah dan sang suami Wasiri di terima dengan sangat ramah di rumah Arsyan. Sebuah ruamh tembok dengan arsitektur dan bentuk yang berbeda dengan rumah pada umumnya di desa Bintuhan Kota Agung. Setelah berbincang tentang maksud kedatangan kami maka Arsyan membawa kami ke pekarangannya di belakang rumah.
Pertama kali kami diperkenalkan dengan durian montong yang sedang berbuah lebat dan sebentar lagi siap untuk di panen, terus diperlihatkan pohon kedui tetapi belum ada buahnya, pohon Sali yang sedang berbuah lebat dan kami dipersilahkan untuk mencicipi buah Sali dengan cita rasa yang manis. Kami terus berjalan melihat satu per satu tanaman yang ada. “itu pohon ndelumpang “ kata Arsyan sambil menunjuk ke arah pohon yang berdiri lurus seperti pohon bambang. “Pohon ndelumpang dahulu digunakan untuk membuat kincir air karena kayu pohon ndelumpang selain lurus juga tahan air” lanjut Arsyan menjelaskan kepada kami.
“Nah pohon durian ini kulitnya terkelupas seperti ini karena di cakar-cakar beruang” kata Arsyan menjelaskan ketika saya melihat pohon durian dengan kulit terkelupas. “oh……jadi di sini masih ada beruang dan binatang liar lainya” tanyaku penasaran. Dan Arsyan menjelaskan bahwa di belakang kebunnya memang masih semak belukar dan sengaja di rimbunkan tidak di buka sama sekali.
Walau telah berusia lebih dari 70 tahun namun semangatnya untuk tetap melestarikan tanaman langka dan pelestarian lingkungan secara global wajib di apresiasi. Arsyan terus berjalan di bagian paling depan dan terus menjelaskan satu per satu pohon-pohon yang ada di pekarangannya. Kami diperlihatkan berbagai macam bambu yang sangat jarang kami lihat, juga pohon gaharu yang lumayan banyak di tanam oleh Arsyan. Kami sempat menikmati durian yang telah jatuh di tepi kolam sedang buah manggis yang sedang lebat berbuah belum dapat kami cicipi karena belum matang tetapi di pohon manggis ini kami sempat membuat video blog untuk kami posting di Instagram.
Tak terasa kami telah berkeliling kebun di pekarangan belakang rumah Arsyan  hampir satu jam lamanya. Walau di siang hari dan mentari bersinar terang tetapi di kebun Arsyan kami merasa tidak kepanasan karena banyaknya pepohonan dan sebaliknya membuat kami merasa sejuk dan nyaman sembari mendengar cerita Arsyan dan menikmati buah Sali yang masih dalam genggaman tangan kami.
Arsyan masih optimis agar di kecamatan Kota Agung dapat dikembangkan menjadi sentra buah manggis sehingga nantinya bisa menjadi penghasilan tambahan petani kopi dan karet juga dapat dikembangkan menjadi agrowisata buah manggis.
Setelah keliling kebun langka di pekarangan belakang rumah Arsyan terbesit dalam benak pikiranku untuk suatu saat dapat mewujudkan impian Arsyan dalam pelestarian lingkungan. Aku ingin suatu saat nanti dapat membuat kebun buah dimana ada berbagai macam tanaman buah khususnya tanaman buah endemik Pasemah. Dalam kebun buah ini akan ada beberapa pohon manggis, lalu pohon Sali dalam satu baris lain, pohon kedui di barisan lainnya lagi dan seterusnya setiap baris atau blok merupakan satu jenis buah-buahan.
Kebun buah ini nantinya selain menjadi agrowisata yang dapat dijadikan untuk arena berwisata juga dapat dijadikan edukasi bagi anak-anak untuk mengenal berbagai jenis tanaman buah serta dapat juga menjadi tempat penelitian pohon buah langka. Apalagi dapat dikombinasikan atau terintegrasi dengan potensi pariwisata disekitarnya seperti keberadaan rumah adat, megalit, air terjun, tebat atau danau dan kerajinan tangan masyarakat. Hal ini akan menjadi titik perekonomian masyarakat baru bagi masyarakat yang selama ini hanya mengandalkan bertanam kopi atau karet.
Sudah sewajarnya Kabupaten Lahat, Pagar Alam dan Empat Lawang yang berada di perbukitan Bukit Barisan dengan sumber daya alam yang sangat melimpah khususnya  sumber daya pariwisata dapat dikembangkan dengan semaksimal mungkin dan dikelola secara professional menjadi destinasi pariwisata unggulan Sumatera Selatan. {Maryoto}

0 komentar:

Posting Komentar