“Itu dio megalitnyo
“ demikian kata Novi sambil menunjuk ke arah kanan dari dalam mobil ketika
melihat seonggok batu di dalam semak belukar. Lalu mobil yang aku kendarai
dalam kecepatan lambat berhenti karena kami memang sedang mencari arca
megalitik di daerah ini. Mobil aku arahkan mundur sekitar 5 meter dan parkir di
tengah jalan karena tidak ada lagi lokasi untuk parkir dan juga tidak ada
kendaraan lain atau orang yang lewat. Kemudian kami berjalan ke arah batu
sejauh sekitar 20 meter tetapi dari jarak ini belum begitu jelas bagaimana
bentuk dari batu ini.
Awalnya kami tim
Panoramic of Lahat sebuah lembaga kebudayaan dan pariwisata yang terdiri Mario,
Bayu, Fachri, Deri dan Novi berkunjung dan ingin bertemu dengan tim dari Balai
Arkeologi Sumatera Selatan yang sedang melakukan penelitian di kecamatan Pajar
Bulan Kabupaten Lahat. Kami berlima bertemu dengan tim di lokasi penelitian di
kebun kopi desa Pajar Bulan kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat. Tim ini
terdiri dari Kristantina, Armadi, Nike,
Amrun dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Mubarak dari BPCB Jambi, Qois
dosen Udayana dan Ronald dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pagar Alam. Penelitian
di kebun kopi ini ditemukan dolmen dan beberapa monolith. Kami ngobrol dan
sambil melihat tim bekerja mendata tinggalan megalitik yang ada. Sekitar dua
jam di lokasi ini kami pamit untuk melanjutkan melihat megalitik yang baru saja
diceritakan oleh Kristantina dan Ronald tentang baru ditemukannya arca
megalitik di desa Talang Padang Tinggi kecamatan Pajar Bulan.
Setelah makan siang
di Kota Pagar Alam kami melanjutkan perjalanan ke arca megalitik seperti yang
telah diceritakan oleh Kristantina dan Arnold. Kami berlima belum pernah ke
lokasi yang diceritakan tetapi kami tahu kemana arahnya. Dari Kota Pagar Alam
ke simpang Bacang belok ke kiri dan terus menelusuri jalan ini. Sekitar
perjalanan 5 km kami menemukan gapura di sebelah kiri jalan dengan tulisan
selamat datang di desa Talang Padang Tinggi berwarna merah dan putih yang
terlihat belum lama dibuat. Kami masuk jalan aspal ini dan sekitar perjalanan
500 meter kami melihat sebuah talang dengan beberapa pondok dan hamparan kopi
berwarna kecoklatan yang di jemur di bawah terik matahari. Di talang ini kami
bertanya kemana arah Tebat Serut dan kami diarahkan, ketika kami bertanya
apakah tahu ada megalitik atau batu jeme maka 2 warga yang kami tanya menjawab
tidak tahu.
Setelah melewati talang
ini di kanan dan kiri jalan semua tanaman kopi dan jalan aspal telah berganti menjadi
jalan tanah berbatu. Lalu setelah menempuh perjalanan 4 km dari simpang gapura
desa kami memasuki Talang Gelung Sakti, talang ini lebih ramai di banding
dengan talang sebelumnya bahkan di sini sudah ada bangunan sekolah SD. Di depan
setiap pondok terdapat hamparan kopi yang sedang di jemur dan terlihat juga
warga mendorong kopi yang sedang dijemur dengan menggunakan pendorong dari
kayu. Cara ini untuk memastikan semua biji kopi terkena sinar matahari dan
kulit kopi menjadi kering. Di sini kami bertanya dengan seorang warna tentang
keberadaan arca megalitik. Kami mendapat informasi lokasi arca megalitik berada
di Talang Mugio sebelum Talang Sekendal.
Lalu kami
melanjutkan perjalanan menuju arah sesuai dengan informasi yang kami dapat.
Dalam perjalanan dari Talang Gelung Sakti kami tidak menemukan pondok dan warga
yang beraktifitas bahkan kami tidak bertemu dengan kendaraan apapun hingga kami
memasuki Talang Tampaan. Warga di Talang Tampaan lebih sedikit di banding
dengan warga di Talang Gelung Sakti. Di talang ini kamipun bertanya lagi untuk
memastikan perjalanan kami menuju arca tidak salah.
Atas petunjuk warga
nanti ada pertigaan kami di minta ke jalan sebelah arah kiri. Dan kami ikuti jalan yang kami yakini seperti
yang di sebut warga Talang Tampaan tadi. Dan kami terus menerusuri jalan tanah
dengan rumput yang tumbuh di tengah jalan yang membuat bagian mobilku berbunyi
terkena ranting-ranting. Di sebelah kanan dan kiri jalan dipenuhi pepohonan
kopi dan sejauh mata memandang semua pohon kopi. Di jalan inipun kami tidak
menemukan pondok atau kendaraan atau warga yang beraktifitas. Terus kami ikuti
jalan tanah ini dan akhirnya kami bertemu dengan sebuah talang dan di sini kami
bertanya lagi dengan seorang warga. Talang ini bernama Talang Sekendal dengan
jumlah pondok lebih sedikit dari Talang Tampaan. Dari keterangan warga ternyata
kami salah jalan. Kami di minta untuk putar balik dan nanti ada pertigaan jalan
masuk kea rah kanan. Kemudian kami putar balik dan mencari tahu arah yang
ditunjukan, kali ini kami lebih hati-hati untuk menentukan kemana kami harus
pergi jangan sampai salah arah karena tidak ada seorangpun yang dapat kami
tanyai.
Dengan keyakinan
kami masuk ke arah kanan jalan yang lebih sempit dari jalan sebelumnya, jalan
hanya pas dileawti satu mobil dengan pepohonan kopi di kanan dan kiri jalan.
Setelah melaju sekitar 1 km kami melihat beberapa batu di kanan dan kiri jalan.
Kami berlima turun dari mobil dan melihat semua batu yang ada, ternyata hanya
batu monolith saja dan kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan mencari arca
megalitik.
Dan baru sekitar
100 meter mobil melaju terdengar Novi dengan sedikit berteriak menyebut “Itu
dio megalitnyo “. Akhirnya kami menemukan arca megalitik yang ciri-cirinya
disebutkan oleh Kristantina dan Arnold.
Arca megalitik ini
berada di perkebunan kopi berjarak sekitar 20 meter dari jalan. Arca
menggambarkan seorang ibu dalam posisi duduk sedang mengendong seorang anak
disebelah kanan, terlihat dengan jelas tangan kanan si ibu memegang bagian dada
samping si anak dan kepala si anak menempel di pundak si ibu sedang jari kanan
dan kiri si ibu memegang lutut. Si ibu memakai gelang tangan dan berbaju
seperti jubah berlengan pendek.
Selain 1 arca di sekitar
sini hanya ada 3 batu datar. Komplek situs ini berada tak jauh dari tebat atau
danau yang di sebut dengan Tebat Serut. Akan tetapi tebat ini tidak dapat kami
lihat dengan jelas karena tertutup semak belukar. Situs ini berada di Tebat
Serut Talang Mugio desa Talang Padang Tinggi kecamatan Pajar Bulan kabupaten
Lahat. Dari Kota Lahat berjarak sekitar
50 km atau dari Kota Pagar Alam sekitar 20 km.
Dengan penemuan
arca megalitik ini maka menambah jumlah artefak dan situs megalitik yang ada di
kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan. Dan semakin mengukuhkan Lahat sebagai
pemilik situs megalitik terbanyak se Indonesia yang pernah disematkan oleh MURI
pada tahun 2012. Juga semakin wajar bila kabupaten Lahat berjuluk Bumi Seribu
Megalitik. Akan tetapi dari torehan nama baik tersebut belum diimbangi dengan
upaya pelestarian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat, misalnya
dengan mengangkat juru pelihara situs oleh Pemda Kabupaten Lahat karena masih
cukup banyak situs-situs yang belum memiliki juru pelihara, pembebasan lahan
situs agar menjadi destinasi wisata dan mengangkat minimal 1 orang arkeolog
untuk ditugaskan di Dinas Kebudayaan dan Pendidikan Kabupaten Lahat sehingga
upaya pelestarian dari dan untuk Kabupaten Lahat lebih maksimal apalagi
peninggalan arkeologi di Kabupaten Lahat sangat melimpah bukan saja megalitik
tetapi juga ada banyak rumah adat bahkan terbanyak se Sumatera Selatan,
bangunan heritage dan seni budaya daerah. Jadi kebutuhan minimal seorang
arkeolog di Kabupaten Lahat sangat mendesak.
Semoga keberadaan
situs megalitik di kabupaten Lahat akan memberikan manfaat dan sumbangsih yang
besar untuk masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat. (Mario, Pajar Bulan, 29 juni 2019)
0 komentar:
Posting Komentar