Rabu, 20 Mei 2020

GERABAH KEBUR PERLAHAN KABUR

Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di Indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan penguburan. Temuan gerabah di Kabupaten Lahat yang merupakan peninggalan masa megalitik berupa tempayan sebagai keperluan religius yang ditemukan di desa Gunung Kaya Kecamatan Jarai pada tahun 2010 oleh tim Balai Arkeologi Sumatera Selatan. 
Saat ini pengrajin gerabah di Kabupaten masih ada dan tetap eksis walau keberadaannya tergerus jaman. Tepatnya di desa Kebur Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat masih aktif kelompok yang menjadi pengrajin gerabah walaupun jumlah cuma sedikit dan nyaris tidak ada atau punah. Gerabah atau tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunakan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang tidak simetris. selain dibuat dengan teknik tangan, tembikar yang lebih modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar. 
Cara pembuatan gerabah atau tembikar dengan cara menggali tanah secara langsung ke dalam tanah yang mengandung banyak tanah liat yang baik. Tanah liat yang baik berwarna merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang telah digali kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk proses selanjutnya. Tanah liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah merata kemudian didiamkan selama satu hingga dua hari. Setelah itu, kemudian tanah liat digiling agar lebih rekat dan liat. Setelah melewati proses penggilingan, maka tanah liat siap dibentuk sesuai dengan keinginan. Aneka bentuk dan disain dapat dihasilkan dari tanah liat. Seberapa banyak tanah liat dan berapa lama waktu yang diperlukan tergantung pada seberapa besar gerabah yang akan dihasilkan, bentuk dan disainnya. Setelah bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan penjemuran. Sebelum dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah agak mengeras dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api. Setelah itu baru dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan dengan cuaca dan panas matahari. Setelah gerabah menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian gerabah dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran. Gerabah-gerabah tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar keras. Proses ini dilakukan agar gerabah benar-benar keras dan tidak mudah pecah. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah jerami kering, daun kelapa kering ataupun kayu bakar. Dalam proses penyempurnaan, gerabah jadi dapat dicat dengan cat khusus atau diglasir sehingga terlihat indah dan menarik sehingga bernilai jual tinggi
Pengrajin gerabah di desa Kebur salah satunya adalah Erni yang mendapatkan ilmu membuat gerabah dari ibunya yang hingga kini juga masih ikut mengerjakan dengan tangan tuanya yang terampil menghasilkan berbagai jenis gerabah. Ketika kami mengunjungi rumah Erni yang juga menjadi workshop atau tempat bekerja Erni dalam mengerjakan gerabah, kami melihat etalase yang memajang berbagai jenis gerabah yang berada di halaman depan rumahnya. Rumah Erni merupakan rumah panggung yang merupakan rumah kebanyakan masyarakat Kabupaten Lahat yang terbuat dari kayu kadang kala dikombinasi dengan tiang beton dan tangga beton. 
Pertama kali kami melihat ibunya Erni yang duduk di bawah rumah sedang mengerjakan kendi kecil dengan tangan kiri masuk ke dalam kendi sedang tangan kanan memukul-mukul bagian luar kendi. Kemudian kami menuju ke bagian samping rumah dimana Erni dan dua ibu paruh baya sedang merapikan anglo. Aku menyapa Erni dan langsung Erni membalas sapaanku dengan menyebut namaku “assalamu’alaikum pak Mario”, padahal aku memakai topi dan marker beda dengan keadaan keseharianku apalagi aku sudah sangat lama tidak bertemu Erni. Kedatanganku kali ini adalah selain bersilaturahmi juga ingin membuat dokumentasi dengan membuat sebuah video tentang proses pembuatan gerabah. Erni bercerita tentang pembuatan gerabah di desa Kebur, “dahulu hampir seluruh penduduk desa Kebur menjadi pengrajin gerabah dan hasil gerabah di bawah dengan perahu menuju dermaga di hilir desa yang bernama Ribang Gayau, tetapi seiring dengan berjalannya waktu makin berkurang masyarakat yang menjadi pengrajin gerabah” tutur Erni. Tanah yang digunakan untuk dijadikan gerabah merupakan tanah yang di ambil dekat desa Kebur yang berwarna hitam keabuan berbeda dengan pembuatan gerabah di daerah lain yang menggunakan tanah liat yang berwarna merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah yang di ambil dengan cara menggali dan menyisahkan sebuah lubang tetapi ketika para pengrajin ingin mengambil tanah kembali untuk dijadikan gerabah lubang yang mereka tinggalkan sudah rata kembali. Hal ini yang membuat kami heran dan aneh. Erni juga bercerita bahwa tanah yang biasa dia ambil untuk membuat gerabah sering di minta orang untuk dijadikan obat bahkan yang meminta orang dari luar Kabupaten Lahat. “Yo mereka minta tanah ini untuk dijadikan obat, seminggu kemudian mereka balik ke sini dan cerita bahwa sakitnya sembuh dengan diolesin tanah ini” demikian cerita Erni tentang tanah yang dijadikan obat. Kerajinan gerabah yang dikelola Erni telah berlangsung lebih dari empat generasi hinga kini, walaupun ditengah derasnya pemakaian perkakas dengan bahan plastik dan aluminium Erni tetap setia mengerjakan gerabah yang merupakan peninggalan leluhurnya. Erni masih bersyukur hingga kini masih terus mendapat orderan gerabah bukan saja dari dalam Kabupaten Lahat tetapi juga dari luar Kabupaten Lahat bahkan Erni dengan semangat ingin terus mengembangkan kerajinan gerabahnya dengan menambah jenis dan motif design gerabah apalagi tahun lalu sudah mengikuti pelatihan di Yogyakarta. Saat ini gerabah yang dihasilkan Erni dan kelompoknya berupa perendangan, belange, periuk, cuwek, kendi air minum, kendi cangak rumah, kendi ziarah, asbak, anglo, tungku, celengan, guci, dupa menyan dan tempayan wudhu. 
Semoga kerajinan gerabah di desa Kebur tidak perlahan kabur dan hilang ditelan jaman. Tentu hal ini perlu dukungan banyak pihak mulai dari masyarakat dan perangkat desa Kebur, perangkat kecamatan Merapi Barat hingga Pemerintah Kabupaten Lahat dan juga pihak-pihak lainnya seperti swasta, BUMD dan BUMN bersatu padu, bergotong royong membantu pengembangan dan pemasaran gerabah Kebur.

0 komentar:

Posting Komentar