Selasa, 03 November 2020

TEBING SIALANG NAN MENANTANG (Jelajah Negeri Mengenal Alam)


Kecamatan Tanjung Sakti Pumi Kabupaten Lahat terletak tepat di kaki gunung Dempo yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau Sumatera. Dengan letak geografis seperti ini maka kontur alam kecamatan Tanjung Sakti Pumi berupa perbukitan, hutan, ngarai, tebing, sungai, jalan yang berliku dan naik turun. Dengan kontur seperti ini maka mayoritas masyarakat Tanjung Sakti banyak berkebun berupa kebun kopi, kayu manis dan sayur mayur seperti wortel, kubis, daun bawang, tomat, terong, sawi dan cabe. Hasil dari perkebunan ini banyak dibawa ke Kota Pagaralam atau langsung ke Palembang.

Kecamatan Tanjung Sakti Pumi merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Tanjung Sakti yang sebelumnya satu kecamatan Tanjung Sakti kemudian dilakukan pemekaran menjadi Tanjung Sakti Pumi dan Tanjung Sakti Pumu. Saat ini Kecamatan Tanjung Sakti Pumi terbagi menjadi 18 desa dengan ibukota di Pajar Bulan.

Dengan kontur alam Tanjung Sakti Pumi perbukitan sehingga daerah ini menyimpang banyak potensi wisata alam seperti sungai, air terjun dan sumber air panas. Tepat di desa Pajar Bulan terdapat sumber air panas yang berada di bawah jembatan. Sumber air panas ini telah ada penataan oleh desa Pajar Bulan dengan pembuatan kolam penampungan air panas. Di desa Sindang Panjang telah berkembang Agrowisata Tanjung Sakti yang sempat viral dengan jumlah kunjungan wisatawan pada waktu akhir pekan mencapai lebih dari 1.000 orang dan membuat jalan lintas Pagaralam – Tanjung Sakti macet total. Di desa Pulau Panas juga sudah ada destinasi wisata Teladas Bahrun yang telah menyedot wisatawan dari berbagai kota untuk menikmati air terjun dan taman Teladas Bahrun.

Selain destinasi wisata Teladas Bahrun  desa Pulau Panas masih menyimpang potensi atau daya tarik wisata lain berupa beberapa air terjun. Kali ini kita melihat air terjun atau cughup Tebing Sialang. Lokasi cughup ini tidak begitu jauh dari desa ke arah gunung Dempo. Cughup ini masih sangat alami dan belum ada sentuhan apapun.


Untuk melihat langsung cughup Tebing Sialang dari desa Pulau Panas dengan berjalan kaki menyusuri jalan menuju perkebunan kopi masyarakat atau dengan bersepeda motor yang telah dirancang untuk melintas jalan menanjak, sempit dan becek ketika hujan. Jarak dari desa ke cughup sekitar 2 km atau 1 jam perjalanan kaki ketika pergi sedang ketika balek ke desa perjalanan lebih cepat karena jalanan menurun sehingga waktu tempuh lebih cepat.

Dari jalan lintas Pagaralam – Tanjung Sakti di awal desa Pulau Panas setelah destinasi wisata Teladas Bahru pas di tikungan, tepatnya ada jembatan gantung di belakang. Setelah menyeberangi jembatan gantung belok ke kanan berupa jalan cor beton yang merupakan jalan usaha tani untuk ke perkebunan kopi. Kemudian jalan setapak yang kami lalui mulai menanjak dan menanjak sehingga satu dari tim kami tertinggal jauh. Kami berhenti sebentar untuk menunggu rekan kami yang tertinggal cukup jauh.

Dalam perjalanan ke cughup Tebing Sialang kami Panoramic of Lahat sebuah lembaga kebudayaan dan pariwisata yang telah bergerak di dua bidang ini sejak 2010, kami  terdiri dari Mario, Bayu, Yandi, Syaiful dan dari Karang Taruna desa Pulau Panas ada Aris dan Anggara sedang dari pemuda sadar wisata Tanjung Sakti ada Harun, Evan dan Aldo.

Perjalanan setelah menyeberangi jembatan gantung desa Pulau Panas hingga Talang Luang Ganal nyaris 90 % jalanan menanjak akan tetapi tanjakan masih relative mudah. Setiba di Talang Luang Ganal kami istirahat sejenak. Disini ada beberapa pondok yang berbahan kayu dan beratap seng. Ketika kami berada di Talang kami tidak berjumpa dengan penghuni Talang karena saat ini baru selesai waktu panen kopi. Talang ini dan hampir semua Talang akan ramai dengan penghuninya ketika musim panen kopi tiba.

Sejenak duduk di sebuah pondok di Talang Ganal lalu kami lanjutkan perjalanan ke cughup Tebing Sialan. Jalanan sedikit turun menyusurin pepohonan kopi dan baru berjalan selama 3 menit kami belok ke kiri dan jalanan langsung turun terjal dengan kemiringan lebih dari 45% menyusuri pepohonan kopi dan kami harus merunduk sembari berpegang dengan pohon-pohon kopi karena jalan turun sangat terjal.

Kemudian kami bertemu dengan aliran sungai dengan lebar sekitar 3 meter dengan kedalaman hanya semata kaki. Setelah menyeberangi aliran sungai ini, jalan mulai terhalang dengan banyaknya pohon bunga kecubung sehingga Aldo yang berjalan paling depan harus mengeluarkan parang dan menebar beberapa pohon untuk membuka jalan. Setelah berjalan kurang dari 10 menit kami sudah melihat dengan jelas cughup Tebing Sialang. Aku dengan suka cita menyebut asma Allah ketika melihat keindahan cughup ini.

Cughup Tebing Sialang dengan ketinggian sekitar 30 meter dengan airnya nan jernih dan dingin jatuh lurus ke bawah dan membentuk lubuk tetapi tidak dalam. Dinding tebing ait terjun dipenuhi tumbuhan hijau yang merambat di dinding belakang air terjun. Kawasan cughup dipenuhi pepohonan dan mayoritas adalah pohon bunga kecubung sehingga kawasan cughup ini sangat hijau, rindang dan sejuk. Suara air yang jatuh dari dari ketinggian sekitar 30 meter menjadi suara dominan yang kami dengar. Ingin rasanya mandi dan bermain air di bawah air terjun tetapi karena airnya begitu dingin dan cuaca mendung dengan menyelimuti kawasan ini maka kami nikmati suasana air terjun dengan makan siang bersama, berfoto dan membuat kontek video.

Di sebut Air Terjun Tebing Sialang karena di kawasan ini terutama di bagian dinding sekitar air terjun banyak lebah madu yang bergelantungan berjenis madu sialang sehingga air terjun ini disebut Air Terjun Tebing Sialang.


Air terjun ini sebelumnya pernah dikelola oleh karang taruna desa dan banyak mendatangkan wisatawan terutama wisatawan kaum milineal. Akan tetapi sekarang kondisinya seperti tidak pernah di jamah manusia sehingga untuk masuk kawasan ini perlu menbuka jalan.

Dengan potensi air terjun ini dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata minimal untuk wisatawan milineal yang hoby berpetualang ke alam bebas. Untuk menjadi destinasi wisata yang dapat dikunjungi banyak wisatawan seperti air terjun Grojogan Sewu di Karang Anyar, Jawa Tengah, air terjun Bedegung di Muara Enim dan air terjun Temam di Lubuklinggau maka perlu adanya pembangunan dan pengembangan. Pengembangannya seperti pembangunan jalan menuju ke air terjun berupa jalan yang dapat di akses kendaraan roda empat yang mencapai Talang Ganal, lalu pembangunan jalan dan tangga menuju air terjun, tempat istirahat/gazebo/tempat duduk, toilet dan tempat ganti pakaian. Bila akses dan amenitis ini telah terbangun tidak mustahil akan banyak mendatangkan wisatawan ke air terjun Tebing Sialang.

Pembangunan akses dan amenitis ini diperlukan dukungan semua pihak yang disebut dengan Pentahelix Pariwisata yaitu Akademisi, Bisnis (Pengusaha), Pemerintah, Komunitas (masyarakat) dan Media. Kelima komponen ini bersatu padu bersama-sama untuk merencanakan dan membangun akses dan amenitis yang dibutuhkan bagi wisatawan. Maka dengan adanya pembangunan dan pengembangan dari daya tarik wisata atau potensi wisata menjadi destinasi wisata atau tujuan wisata tentu akan banyak memberikan manfaat khususnya untuk masyarakat di desa Pulau Panas. Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja, mengurangi penggangguran, membuat usaha ekonomi baru dan peningkatan perekonomian masyarakat desa.

Semoga suatu saat air terjun Tebing Sialang akan menjadi destinasi wisata yang akan mengangkat dan promosikan nama desa Pulau Panas dan menjadi destinasi wisata kebangggan masyarakat desa Pulau Panas Kecamatan Tanjung Sakti Pumi. (28 Oktober 2020, Mario Andramartik)

0 komentar:

Posting Komentar