 |
Jupel Situs Batu Tiang Taufik bersama tim peneliti
|
Waktu sudah
menunjukkan pukul 12.15 wib sudah waktunya untuk istirahat dan makan siang
tetapi kami tidak melakukan hal itu. Kami terus menelusuri jalan ke kebun kopi
dengan berjalan kaki. Sang Juru Pelihara atau Jupel yang bernama Taufik Hidayat
dan dipanggil Taufik berada di depan kami dengan mengendarai sepeda motor dan
berboncengan dengan Indra. Hari dan Wahyu dengan mobil mereka yang dibawa dari
Jakarta sedang aku dengan Bambang di mobil satunya.
Setelah menelusuri
jalan desa yang telah di cor beton sejauh lebih kurang 800 meter lalu mobil
kami berhenti dan parkir kemudian kami berjalan menyusuri jalan tanah dengan kebun
kopi di kiri dan kanan. Perjalanan berjalan kaki kami tempuh sejauh 600 meter
dan akhirnya kami tiba di kebun kopi milik Taufik. Kami langsung di ajak ke
pondok milik Taufik. Kami berteduh di dalam pondok menghindar dari teriknya
matahari, Taufik langsung sibuk untuk menyiapkan minuman kopi, katanya kopi
luwak asli dari kebun kopi miliknya.
Ketika Taufik sedang
menyiapkan air panas untuk kopi luwak dan kawan-kawanku lainnya duduk santai
sembari bercerita, aku seorang diri keliling kebun kopi. Aku tak sabar untuk
melihat kembali batu-batu pahatan leluhur masa prasejarah yang bertebaran di
kebun kopi ini. Aku sudah pernah kesini tahun 2013, kala itu aku bersama
kawan-kawan yang tergabung di Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Panoramic of
Lahat dipandu oleh sang Kades kala itu Mahmud. Kondisi saat itu masih belum ada
pemeliharaan dan belum ada juru pelihara sehingga keadaanya tidak terawat.
 |
Tetralith di Situs Batu Tiang |
Aku sudah keliling
kebun kopi, melihat dan memotret 1
lumpang batu lubang 4 dengan pelipit/pembatas pada setiap lubang, ukuran
diameter ke-4 lubang nyaris sama sekitar 15 cm dengan panjang lumpang batu 180
cm dan lebar 97 cm. Terlihat jelas lumpang batu ini sangat bersih, terpelihara dan
jauh berbeda dengan keadaan ketika pertama kali aku kesini. Di sekitar lumpang
batu tak ada tumbuh sebatang rumput, di sekitar lumpang sangat bersih dan bebas
dari rerumputan, jamur dan lainnya. Kemudian aku terus berjalan melihat deretan
batu tegak memanjang. Batu Tegak membentuk 4 bujur sangkar dan berderet lurus
seperti benteng mungkin karena batu-batu ini area atau ataran ini disebut
dengan Batu Tiang. Empat batu tegak yang membentuk bujur sangkar ini sering
disebut dengan Tetralit yang berasal dari bahasa Yunani, Tetra berarti 4 dan
lith berarti batu. Jadi Tetralit berarti batu susun empat. Aku melihat ada 4
tetralit berjajar lurus sehingga ada total 16 batu tegak yang berderet lurus
yang terbagi menjadi 2 barisan masing-masing 8 batu tegak yang berada di dalam
kebun kopi.
Ketika aku akan
melanjutkan untuk melihat batuan lainnya dari pondok Wahyu memanggil aku untuk
kembali ke pondok dan menikmati kopi luwak racikan Taufik. Dan akupun kembali
ke pondok menerobos ranting-ranting pondok kopi robusta yang tumbuh subur di
kawasan Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu. Dari kawasan ini kita akan melihat
hamparan hijau kebun kopi dan gugusan Bukit Barisan.
Kunjungan
aku ke Batu Tiang yang merupakan situs megalitik kali ini adalah mendampingi
tim penelitian yang dipimpin oleh Harry Octavianus
Sofian,S.S,M.Sc seorang arkeolog lulusan S2 di Museum National d'Histoire
Naturelle (MNHN) Paris tahun 2015 dan sekarang sedang menjadi mahasiswa candidat Doktor di Paris Nanterre
University. Fokus penelitian saat ini di peninggalan megalitik yang ada di
Kabupaten Lahat adalah focus pada logam kuno
dan perdagangan. Selain Situs Batu Tiang juga mengunjungi situs-situs
lainya di Kabupaten lahat yaitu Situs Tinggi Hari IV di Desa Tinggi Hari, Situs
Muara Dua dan Situs Batu Tigas di
Kecamatan Gumay Ulu, Situs Batu Tatahan di Desa Air Puar, Situs Batu Kerbau di
Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu. Juga 2 situs megalitik di Kota Pagaralam
yaitu Situs Belumai dan Tegur Wangi. Penelitian ini juga didampingi oleh Wahyu
Rizky Andhifani,S.S,M.M, Riri Fahlen S.Sos dan Bambang Aprianto, SH,M.M.
Waktu
telah menunjukkan pukul 14.15 kami sudah selesai minum kopi luwak yang nikmat
nian karena di minum di pondok di kebun kopi yang alami, asri, damai, tentram
tanpa hirik pikuk dan polusinya udara kota. Kami melanjutkan kegiatan sesuai
dengan rencana kedatangan ke situs Batu Tiang. Hari, Wahyu dan Indra pergi ke
arah arca manusia. Arca ini menggambarkan seorang figure manusia menunggang seekor
hewan seperti kerbau tetapi bagian kepala telah lepas dan kemudian ditemukan
oleh Taufik kepala arca berada sekitar 2 meter di depan arca yang sebelumnya
terkubur tanah. Hari dan Indra terus mengamati setiap sudut arca dan
mendokumentasi dengan foto dan video. Aku dengan Riri, Bambang dan Taufik pergi
ke arah dimana ditemukan 2 lumpang baru oleh Taufik. Lumpang batu pertama yang
ditunjukkan oleh Taufik adalah lumpang batu berbentuk bulat dengan ukuran
diameter lumpang 50 cm sedang diameter dalam lumpang 36 cm lalu di bagian
tengah terdapat lubang dengan diameter 13 cm. Lumpang batu berwarna keputihan
ini memiliki tinggi sekitar 6 cm. Lokasi penemuan lumpang sekitar 100 meter
dari pondok di lahan yang lebih rendah. Selanjutnya Taufik membawa kami ke lumpang
kedua yang berjarak sekitar 50 meter dari lumpang pertama yang kami datangi.
Lumpang ini berbahan berbeda dari lumpang sebelumnya dengan warna batu hitam
dan ukuran lebih besar sedikit, lumpang kedua ini berukuran 60 x 60 cm dengan
lubang 39 cm dan tinggi lumpang 17 cm. Selain pohon kopi di area lumpang ini
juga banyak pohon durian, jadi the best time berkunjung ke situs megalitik Batu
Tiang adalah di musim durian. Dan tak begitu jauh dari situs Batu Tiang juga
ada 2 air terjun yaitu air terjun jernih dan air terjun deghian badas. Kedua
air terjun sangat indah selain bentuknya yang bertingkat juga berair jernih dan
rimbunnya pepohonan di sekitar air terjun.
Di
situs megalitik Batu Tiang ini secara keseluruhan saat ini telah ditemukan 26
tinggalan benda megalitik yang terdiri dari 1 arca manusia, 4 batu datar, 9
lumpang batu dan 12 tetralith. Akan tetapi melihat banyaknya onggokan batu-batu
di kebun kopi ini bisa jadi masih ada benda megalitik lainnya karena sebelumnya
Taufik menemukan kepala arca dan lumpang batu juga secara tidak sengaja ketika
sedang meggali lubang untuk menanam bibit kopi.
Di
Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu yang berjarak sekitar 48 km dari pusat Kota
Lahat menyimpan banyak daya tarik wisata. Dari data yang dihimpun oleh
Panoramic of Lahat tercatat ada 2 situs megalitik yaitu Situs Megalitik Batu
Tiang dan Batu Kerbau, 2 air terjun yaitu Air Terjun Jernih dan Air Terjun
Deghian Badas, 9 Ghumah Baghi yang telah berusia ratusan tahun (saat ini hanya
Desa Geramat yang masih memiliki rumah adat paling banyak di Kecamatan Mulak
Ulu), tebat, persawahan dan perkebunan yang semua daya tarik tersebut dapat
dijadikan dan dikemas menjadi destinasi wisata.
Semoga kelak nanti ada
upaya dari masyarakat desa atau pihak lain yang dapat mengembangkan daya tarik
ini sehingga dapat menciptakan ekonomi baru yang akan berdampak terhadap
kesejahteraan masyarakat desa dan pendapatan asli desa. (Mario Andramartik,
Geramat, 02 Oktober 2021)
Mantap kak👍🙏
BalasHapusTerima kasih
Hapuskantap nian
BalasHapusCerita perjalanan yg menarik... Semoga hasil penelitian dapat mengungkapkan situs2 di kabupaten Lahat
BalasHapusTerima kasih smoga catatan ini bermanfaat utk kita semua
BalasHapus