Ternyata di
Kabupaten Lahat juga ditemukan daya tarik wisata lainnya bahkan jumlahnya juga
tergolong spektakuler yaitu air terjun atau dalam bahasa Lahat disebut dengan “cughup”.
Selama ini masih banyak yang kurang tepat menyebut air terjun dengan
sebutan curup atau cughop. Yang tepat adalah cughup.
Masih menurut data
dari Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Panoramic of Lahat bahwa di Kabupaten
Lahat terdapat 183 air terjun atau cughup yang tersebar di 20 kecamatan dari
total 24 kecamatan yang berada di Kabupaten Lahat.
Kali ini kita ke Kecamatan
Pulau Pinang yang berdekatan dengan kecamatan Lahat sebagai ibukota kabupaten.
Kecamatan Pulau Pinang merupakan kecamatan induk dari 3 kecamatan yaitu
Kecamatan Pagar Gunung, Gumay Ulu dan Pulau Pinang sendiri. Pemekaran pertama
tahun 2006 dengan terbentuknya Kecamatan Pagar Gunung kemudian terjadi
pemekaran lagi dengan terbentuknya Kecamatan Gumay Ulu pada tahun 2008. Saat
ini Kecamatan Pulau Pinang terdiri dari 10 desa yaitu: Tanjung Mulak, Pulau
Pinang, Lubuk Sepang, Tanjung Sirih, Perigi, Karang Dalam, Pagar Batu, Kuba,
Jati dan Muara Siban. Kecamatan Pulau Pinang mempunyai luas wilayah 111,67 km2
dengan ibukota kecamatan di Desa Jati.
Kecamatan Pulau Pinang dengan
kontur perbukitan dengan ketinggian berkisar 134 – 300 mdpl berada di sepanjang
sungai Lematang dengan anak sungainya seperti sungai Liem, sungai Ketapang,
sungai Asam, sungai Salak dan sungai Mulak. Dari anak-anak sungai Lematang tersebut
banyak ditemukan cughup. Saat ini di Kecamatan Pulau Pinang sudah terdata oleh
Panoramic of Lahat ada 16 cughup yang berada di desa Lubuk Sepang, Perigi,
Tanjung Mulak, Pulau Pinang dan Karang Dalam.
Dari ke-5 desa yang mempunyai
air terjun di Kecamatan Pulau Pinang, Desa Karang Dalam yang mempunyai paling
banyak air terjun. Di desa ini tidak kurang ada 8 air terjun dan 7 air terjun
berada di satu aliran sungai yaitu sungai Asam. Ke-7 air terjun di sungai Asam
adalah air terjun Sumbing, Ujan Panas, Pandak, Bidadari, Sebahak, Terlantang
dan Pegadungan. Hal ini yang sangat mengagumkan dan menjadi daya tarik
tersendiri karena tidak setiap sungai mempunyai air terjun sebanyak yang berada
di sungai Asam.
Kondisi saat ini ke-7 air
terjun tersebut masih belum tersentuh pengembangan sehingga belum menjadi
destinasi wisata padahal pada tahun 1985 hingga akhir tahun 1990an air terjun
di Desa Karang Dalam menjadi primadona kunjungan ke air terjun di Kabupaten
Lahat. Kala itu tingkat kunjungan setiap akhir pekan ke air terjun di Desa
Karang Dalam bisa dikatakan tertinggi di Kabupaten Lahat. Sebagai primadona
kunjungan adalah air terjun Bidadari. Disebut air terjun Bidadari karena di air
terjun ini yang sebelumnya bernama air terjun Rebah Lawang dijadikan syuting
film nasional berjudul Si Pahit Lidah dengan adegan bidadari mandi di air
terjun yang diperankan oleh artis nasional Ria Irawan dan Advent Bangun.
Setelah pemutaran film Si Pahit Lidah maka air terjun Bidadari dibanjiri
wisatawan dari penjuru Kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan. Hal ini tentu
membawa berkah bagi masyarakat Desa Karang Dalam sehingga tercipta destinasi
wisata kuliner Jagungan dimana wisatawan dapat menikmati jagung rebus setelah
berwisata di air terjun.
Saat ini untuk mengunjungi air
terjun Bidadari, Sebahak dan Terlatang yang merupakan air terjun ke-4, 5 dan 6
tidaklah sulit karena pemerintah telah membangun jalan setapak, sehingga untuk
mencapai air terjun Bidadari dari desa dengan sepeda motor kurang dari 5 menit
dan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 15 menit saja.
Untuk menuju ke air terjun
Sebahak dan Terlantang dari desa dengan mengunakan sepeda motor sekitar 5 menit
perjalanan dengan menyusuri jalan setapak yang telah di cor kemudian dilanjutkan
dengan berjalan kaki sekitar 15 menit untuk tiba di air terjun Sebahak.
Perjalanan selama 15 menit dengan menyusuri jalan tanah di perkebunan kopi.
Kontur jalan hanya sedikit bergelombang dan tidak banyak menguras tenaga.
Setiba di air terjun Sebahak
kita akan disajikan pemandangan yang cantik dengan air terjun berair jernih
dengan tinggi sekitar 5 meter dan lebar hingga 10 meter serta lubuk dengan luas
sekitar 10 meter berkedalaman hingga 1,5 meter. Dengan lubuk seperti ini sangat
nyaman untuk berenang dan bermain air. Di sekitar air terjun ditumbuhi banyak
pepohonan sehingga terasa sangat sejuk.
Dari air terjun Sebahak kami menuju ke air terjun Terlantang dengan cara mendaki tepi air terjun dengan berpegang dengan akar kayu dan menapaki bebatuan dinding air terjun sehingga celana dan baju kami basah. Selanjutnya dari atas air terjun Sebahak kami berjalan sekitar 20 meter menyusuri sungai Asam, disini ada satu undakan dengan ketinggian sekitar 3 meter dan dibawahnya terbentuk lubuk yang luas. Kami terus berjalan di aliran sungai Asam dengan kedalaman bervariasi dari semata kaki hingga sebatas pinggang yang membuat celana kami semakin basah.
Setelah berjalan menyusuri
sungai sejauh 150 meter dari air terjun Sebahak tibalah kami di air terjun Terlantang.
Kami duduk di bawah pohon jambu air yang tepat berada 20 meter dari depan air
terjun Terlantang. Aku sibuk dengan kamera jadulku Nikon D80 yang aku beli
tahun 2006 untuk mengambil sudut terindah dari air terjun ini sedang Ketua BPD
Desa Karang Dalam Kurni Burmansyah sedang asyik meracik kopi untuk kami minum
sembari menikmati keindahan air terjun berlubuk luas ini. Sementara lainnya
Kaur TU dan Umum Hariadi atau sering dipanggil Adi dan Ketua Karang Taruna
Nermansyah beserta 2 anggota Karang Taruna Abel dan Yudi mengambil foto dan
video dengan kamera handphone mereka. Air terjun Terlantang berada di
ketinggian 300 mdpl dengan lebar bentang dinding air terjun sekitar 15 meter,
tinggi 6 meter dan luas lubuk sekitar 20 meter dengan kedalaman air mencapai 2
meter. Di atas air terjun ini terdapat kebun kopi dengan pohon pembayang berupa
pohon durian dan jengkol. Di kawasan ini banyak ditanam pohon kopi jenis
Liberika atau masyarakat Lahat menyebutnya kopi tupak.
Setelah merasa puas berada di
air terjun Terlantang kami bergegas kembali ke desa karena hari telah siang.
Dari air terjun kami ke hilir dengan menyusuri sungai sejauh 50 meter lalu naik
ke kebun kopi dan setelah berjalan sekitar 15 menit kami tiba dimana kami
meninggalkan sepeda motor di ujung jalan setapak yang telah di cor. Sepeda
motor yang kami tinggal di tepi jalan setapak tak bergeser sedikitpun, hal ini
menunjukkan bahwa di desa ini sangat aman meninggalkan kendaraan di tengah
kebun. Kondisi ini merupakan modal besar dalam pengembangan pariwisata sesuai
dengan Sapta Pesona dengan poin pertama Aman.
Abel segera menghidupkan
motornya dan aku duduk dibelakang Abel begitu juga dengan Burmansyah dan
Nermasyah menghidupkan motor mereka masing-masing dan kami semua kembali ke
desa dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan kembali ke desa terasa sangat
singkat tak lebih dari 15 menit karena jalanan menurun dengan melalui jalan
setapak yang telah di cor beton. Setiba di desa kami langsung ke rumah Kepala
Desa Iwan Iggalasi,Spd yang telah menunggu kami. Awalnya Iwan akan ikut
bergabung ke air terjun tetapi karena ada hal penting di Kota Lahat sehingga
tidak bisa ikut. Setiba di rumah Kepala Desa aku duduk di pance (bangku terbuat
dari bambu) dan ketika melihat ke kaki ada beberapa lintah menempel di kakiku
dan setelah aku lepaskan lintah tersebut mengalir darah segar dari bekas
gigitan lintah. Hal ini sudah resiko biasa bila kita ke sungai yang masih alami
dan belum banyak tercemar bahan kimia. Tak selang berapa lama istri Iwan sudah
menyuguhkan minuman kopi untuk kami nikmati, hal ini juga terjadi ketika kami
baru tiba di desa ini juga disuguhkan minuman kopi.
Untuk menikmati 4 air terjun
lainnya yaitu air terjun Sumbing, Ujan Panas, Pandak dan Bidadari dapat
dilakukan dengan berjalan kaki dari desa ke sungai Asam. Di awal kita akan
melihat sebuah lubuk yang disebut masyarakat sebagai Gelung Nage yang konon
dahulunya sebagai tempat tinggal ular naga lalu berjalan menyusuri sungai dan
tiba di air terjun Sumbing. Disebut sumbing karena ada patahan di bagian
dinding atas air terjun yang konon sebagai jalur lintasan ular naga. Kemudian
menyusuri sungai Asam lagi untuk sampai di air terjun Ujan Panas. Air terjun
dengan ketinggian sekitar 20 meter dan dibawahnya terdapat lubuk dengan luas
sekitar 10 meter. Disebut air terjun Ujan Panas karena di air terjun ini sering
terlihat pelangi seperti ketika hujan di siang hari dan muncul pelangi.
Dari air terjun Ujan Panas
menuju air terjun Pandak dengan jarak sekitar 100 meter harus mendaki tebing
dengan berpegangan dengan akar-akar pohon karena belum ada akses jalan di tepi
sungai Asam. Setelah melewati tebing dinding di tepi air terjun dilanjutkan menyusuri
sungai asam dengan kedalaman hingga setinggi betis. Dari air terjun Pandak
sudah dapat melihat air terjun Bidadari yang berjalan kurang dari 50 meter.
Tim Panoramic of Lahat di Cughup Terlantang |
Semoga nantinya daya tarik wisata Desa Karang Dalam berupa air terjun dan situs megalit Batu Aji yang hanya berjarak 14 km dari pusat Kota Lahat dan berada di perlintasan jalur wisata Lahat – Pagaralam ini dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan Kabupaten Lahat yang akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat Desa Karang Dalam dan pendapatan asli daerah Kabupaten Lahat menuju Lahat Bercahaya. (Mario Andramartik, 14 Desember 2021).
0 komentar:
Posting Komentar