
Pada akhir minggu
atau weekend yang biasanya dipergunakan untuk berkumpul dan bersantai bersama
keluarga di rumah atau di luar rumah tetapi weekend kali ini beberapa manager
dan karyawan PLN UP3 Lahat yang dipimpin oleh Zamzami Rasyid Manager UP3 Lahat
bersama Maryoto Staf Khusus Bupati Bidang Pariwisata dan Ekraf melakukan
petualangan bersepeda atau gowes di Pegunungan Gumay Kabupaten Lahat.
Start dari Kota
Lahat tepatnya di rumah dinas Manager UP3 PLN Lahat yang merupakan rumah dengan
arsitektur Indies peninggalan masa kolonial Belanda yang masih terjaga dengan
sangat baik dan terlihat sangat megah yang berada tepat di jantung Kota Lahat.
Dan memang di masa itu kawasan ini merupakan pusat pemerintahan di masa
Belanda. Gedung BRI Cabang Lahat yang berada di sebelah Timur rumah dinas
Manager UP3 PLN Lahat dahulunya juga rumah dengan arsitektur Indies akan tetapi
sudah berubah menjadi bangunan modern sedang di sebelah Barat saat ini
merupakan rumah sakit DKT Lahat yang dahulu adalah Juliana Hospital dengan
arsitektur Indies juga walau sudah terjadi perubahan tetapi masih terlihat sisa
bangunan dengan arsitektur masa lalu berupa dinding dengan tektur batu kali.
Dari Kota Lahat
menuju desa Tinggihari kecamatan Gumay Ulu menempuh perjalanan sejauh sekitar
25 km melalui jalan lintas Lahat – Pagaralam via Gumay Ulu dengan pemandangan
perbukitan nan hijau dan menyusuri jalan berliku. Dari desa Tinggihari menuju
desa Simpur menempuh perjalanan sekitar 3 km. Di desa Simpur kami dijamu oleh
Kepala Desa Simpur dengan suguhan durian dan kopi. Durian dari desa Simpur dan
kecamatan Gumay Ulu pada umumnya berkwalitas baik apalagi jenis durian tembaga
dan durian bantal. Kedua jenis durian ini memiliki citarasa yang sama yaitu
manis legit dengan daging buah tebal dan biji yang kecil, sedikit lemak
dan tektur halus apalagi matang di pohon
yang membuat siapa saja ketagihan akan durian ini. Perbedaan durian tembaga
dengan durian bantal terletak pada warnanya kalau durian tembaga daging buah
berwarna kuning tembaga sedang durian bantal berwarna putih. Di kediaman Kepala
Desa Simpur kami menikmati durian dan kopi robusta khas Gumay Ulu serta
ramahnya penduduk desa terhadap kami sejak kami memasuki desa. Ketika kami
melintas jalan desa hampir semua penduduk desa keluar dan menyapa kedatangan
kami.
Setelah menikmati
durian dan kopi kami melanjutkan perjalanan ke air terjun Haman yang berjarak
sekitar 2 km dari desa. Jalanan menuju air terjun berupa jalan setapak yang
telah di cor beton sepanjang sekitar 400 meter dan sisanya sekitar 300 meter
masih berupa jalan tanah yang menurun dan sedikit licin karena sebelumnya hujan
membasahi desa ini. Ketika menuruni jalan tanah yang licin satu dari kami
terjatuh akan tetapi tidak mengalami luka dan tetap melanjutkan perjalanan.
Setiba di air
terjun yang berada di sungai Liem kami tak membuang waktu lagi untuk berpose di
depan air terjun yang berjarak sekitar 10 meter, kami tak bisa mendekat karena
air sedang besar dan berarus deras. Dari sini kami berfoto ria dan membuat
konten video untuk mengenalkan air terjun Haman nan indah. Selain keindahan air
terjun yang membuat kagum adalah bentuk batuan di sisi kiri dan kanan sungai
Liem bah bola batu raksasa yang berjajar sepanjang sungai.
Selanjutnya kami
kayuh sepeda kami menuju Talang Sumber Jaya sejauh sekitar 2 km dari air terjun
Hamam. Di talang ini bermukim sekitar 42 KK dan sebagian besar keturunan dari
pulau Jawa. Mereka bertanam pohon kopi dan sebagian bertanam pohon karet. Kami
bertatap muka dengan mereka didampingi Kepala Desa dan Ketua BPD Desa Simpur.
Sekali lagi kami mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat Talang Sumber
Jaya seperti waktu kami di desa Simpur tadi. Semua orang keluar dari rumah
mereka dan menyapa kedatangan kami dengan hangat.
Kemudian kami
melanjutkan perjalanan menuju situs megalitik Tinggihari 3 yang merupakan
peninggalan masa prasejarah. Dari Talang Sumber Jaya menuju situs megalitik
Tinggihari 3 hanya berjarak 100 meter saja. Setiba di situs megalitik
Tinggihari 3 kami menikmati makan siang berupa nasi bungkus yang telah kami
bawa dari Kota Lahat. Kami duduk di atas rumput hijau yang telah dipotong rata
di bawah rindangnya pepohonan menikmati nasi bungkus dan pisang ambon.
Selesai menikmati
makan siang kami mengunjungi satu per satu artefak yang berada di situs
megalitik Tinggihari 3 yaitu menhir, beberapa tetralit dan 2 arca. Arca pertama
menggambarkan sosok manusia memakai topi, kalung dan gelang tangan sedang
mengendarai seekor kerbau. Arca ini di pagar dan diberi cungkup atau atap seng.
Dan arca kedua berupa sosok manusia memakai topi dengan ornamen, wajah dengan
garis senyum, memakai baju lengan pendek, ikat pinggang, gelang kaki dan sedang
membopong seekor anak gajah. Arca ini juga di pagar dan di beri cungkup atau
atap seng. Di setiap arca kami berfoto dan membuat video sebagai tanda kenangan
dan bahan promosi sebagai bentuk kebanggaan dan kepedulian kami.
Kami terus
melanjutkan jelajah wisata menuju situs megalitik Tinggihari 2 yang berjarak
hanya 300 meter dari situs megalitik Tinggihari 3. Di situs ini ada menhir,
tetralit, lumpang batu dan arca manusia. Arca manusia menggambarkan sosok
wanita memakai tutup kepala, memakai kalung manik-manik, gelang tangan, gelang
kaki, baju dan jubah seperti ponco ala Meksiko.
Dan situs terakhir
yang akan kami kunjungi adalah situs megalitik Tinggihari 1 yang berada di desa
Pulau Pinang kecamatan Pulau Pinang sedang dua situs sebelumnya yaitu situs
megalitik Tinggihari 2 dan 3 berada di desa Simpur kecamatan Gumay Ulu. Di
situs megalitik Tinggihari 1 yang mempunyai luas area sekitar 1.000 meter
persegi terdapat 3 lumpang batu, 2 arca dan 1 arca menhir. Arca pertama
menggambarkan sosok manusia memakai gelang tangan, kalung dan baju dalam posisi
duduk sedang memegang dua sosok anak di tangan kanan dan tangan kiri. Bagian
kepala arca sedikit rusak dan kepala arca anak telah hilang. Arca kedua
menggambarkan sosok hewan babi rusa dan sosok manusia di bagian belakang babi
rusa dengan bagian kepala manusia telah hilang. Untuk arca menhir yang berada
pada bagian depan situs ini menggambarkan sosok manusia sedang berdiri dan
sosok manusia lainnya di atas pundak sosok manusia yang sedang bediri dan pada
bagian kiri sosok manusia yang berdiri
terdapat seekor buaya, terlihat jelas bagian kepala dan kedua mata buaya
serta dua kaki dan ekor buaya.
Dari situs
megalitik Tinggihari1 menuju desa Pulau Pinang dengan kontur jalan menurun dan
dapat menikmati keindahan ngarai dan sungai Liem di sebelah kiri jalan.
Menjelang masuk desa Pulau Pinang kita disajikan pemandangan sungai Lematang
dan hamparan sawah, sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan dan jangan
lewatkan untuk berfoto di lokasi ini.
Lalu masuk ke
jalan lintas Lahat – Pagaralam via Pulau Pinang kami terus mengayuh sepeda ke
desa Tanjung Sirih yang merupakan sentra pedagang lemang, ikan huas dan ikat
sepit yang menjajakan dagangannya di tepi jalan. Disini kami menikmati lemang
khas Tanjung Sirih yaitu lemang gurih, lemang pisang dan ketika musim durian
seperti sekarang ada juga lemang durian.
Kami sengaja
melakukan jelajah wisata dengan bersepeda agar dapat melihat lebih dekat budaya
dan tradisi masyarakat serta menikmati pesona keindahan alam pegunungan Gumay
yang ternyata telah dihuni manusia purba ribuan tahun silam. Pengunungan Gumay
yang subur telah dimanfaatkan manusia sejak lama dan menjadi catatan kita
bersama agar kita selalu menjaga kelestarian alam dan budaya leluhur bangsa
untuk dapat kita wariskan kepada anak cucu kita.
Perjalanan panjang
bersepeda menyusuri alam pegunungan Gumay benar-benar menikmati panoramic of Lahat dan memberi kesan mendalam bagi kami
terutama bagi beberapa manager dan karyawan PLN UP3 Lahat yang baru pertama
kali bertugas di kabupaten Lahat dan pertama kali pula mengunjungi kawasan ini.
(Penulis, Mario Andramartik).