Jumat, 07 September 2012

Lahat kota kaya akan sejarah..

Dimuat di majalah “Inside Sumatera” tourist & lifestyle magazine untuk pesawat Garuda Indonesia edisi Desember 2010.

“Nah itu sungai Mulak” demikian kata Hambli sambil menunjuk kearah sungai yang kelihatan dari pebukitan tempat penulis berhenti sejenak setelah hampir setengah jam menyusuri jalan kebun menuju desa Pulau Panggung. Sambil mengelah nafas dan minum segelas air mineral , Hambali berkata bahwa kita baru sampai setengah jalan , setelah ini jalan sedikit datar tapi kita nanti akan menanjak lagi baru kemudian kita akan berada di daerah yang datar yang di sebut Desa Pulau Panggung diketinggian sekitar 400 meter dari permukaan laut.
Desa Pulau Panggung merupakan sebuah perkampungan di jaman prasejarah, yang terletak diatas pebukitan desa Tanjung Sirih Kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Konon Desa Tanjung Sirih dan sekitarnya merupakan lautan air dan Desa Pulau Panggung merupakan sebuah pulau dan tak jauh dari desa ini terdapat sebuah batu tempat dimana ditambatkannya perahu (saat ini berada di Desa Karang Dalam).
Di Desa Pulau Panggung  terdapat 4 batu megalith dan 1 lumpang batu yang telah berusia 4.000 tahun, batu pertama terletak dipojok perkebunan karet milik  Yamal, disini  terngonggoklah sebuah batu besar menyerupai seseorang  sedang memangku seorang anak dan menunggang seekor kerbau. Sosok ini berbadan tambun, hidung pesek dan mengenakan kalung, sedang seorang anak yang dipangkunya memakai pelindung kepala. Batu megalith ini  di sebut Batu Putri Besak.

Sepuluh menit perjalanan dari Batu Putri Besak sampailah kami di Batu Satria. Disebut Batu Satria karena batu ini menggambarkan  seorang kesatria yang mengenakan sejenis helm dan memakai kalung .Tapi sayang batu ini telah roboh dan bagian muka menghadap/mencium tanah serta bagian paha ke bawah telah tertimbun tanah. Letak batu ini di perkebunan karet dan kopi milik  Sarti.
Dari Batu Satria ini Hambli yang merupakan juru pelihara disini membawa penulis dan  Kades Tanjung Sirih Markoni  melalui perkebunan kopi dan karet penduduk ke komplek Batu Putri. Disini terdapat sebuah batu berbentuk kursi dan sebuah batu menggambarkan seorang mengendong seseorang dipunggungnya. Batu ini dalam posisi tergeletak di tanah, dikelilingi pohon-pohon karet maka sangat rindang dan sedikit cahaya yang menyentuh batu-batu ini, sehingga sangat cepat ditumbuhi lumut tapi  Hambli selalu membersihkan semua batu megalith yang ada di situs ini.
Dengan sangat sabar dan ramah  Hambli sambil bercerita membawa penulis dan  Kades Markoni ke Batu Macan yang dikelilingi kebun kopi milik Rasmin. Batu Macan ini dalam posisi tergeletak  dan pada bagian ekornya tertimbun tanah. Batu Macan menggambarkan  seekor macan yang sedang menerkam seorang anak kecil.
Keempat batu megalith yang terdapat di situs Pulau Panggung atau Tanjung sirih ini semua menghadap kearah matahari terbit atau menghadap arah Timur. Makna apa yang terkandung disini mungkin ada hubungannya dengan suatu kepercayaan.
Dan batu megalith yang kelima atau terakhir berada di situs megalith Pulau Panggung atau Tanjung Sirih adalah sebuah lumpang batu berlubang 4 (empat). Letaknya di hutan milik  Mardi, berdekatan dengan kebun  Hambali sang jupel. 
Selain batu megalith Pulau Panggung juga tersebar batu megalith lainnya di Kabupaten Lahat , seperti : komplek megalith Batu Dakon yang terletak ditepi jalan menuju desa Geramat di persawahan penduduk, disini ada 2 batu megalith, batu pertama menggambarkan figure yang mengendong anak di punggungnya sambil membawa gendang sedang batu kedua menggambarkan seekor kerbau tanpa kepala.
Menurut keterangan Sain Batu Dakon Geramat Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu ini mengisahkan seseorang yang sedang menggembala kerbau, dan ini ada hubungannya dengan legenda rakyat Si Pahit Lidah. Pada waktu itu lanjut  Sain, diatas bukit Resam Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti memanggil tapi tak ada jawaban dan akhirnya dia berucap “ai…lah jadi batu apa”maka jadilah batu.
Perjalanan berikutnya ke Desa Lesung Batu Kecamatan Mulak Ulu. Di desa ini terdapat sebuah lesung berlubang tiga yang terletak diperkebunan kopi di atas sungai Mulak. Dari sini kita bisa melihat betapa indahnya pemandangan alam Mulak dan  masih terdengar suara siamang yang saling bersautan.
Dan selanjutnya kami menuju Desa Pagar Alam di kecamatan Pagar Gunung. Di desa ini terdapat batu megalith yang disebut BATU MACAN. Batu megalith ini menggambarkan seorang anak di terkam macan  juga sebagai simbol penjaga terhadap perzinahan dan pertumpahan darah dari 4 daerah yakni: Pagar Gunung, Gumay Ulu, Gumay Lembak dan Gumay Talang.
Kunjungan berikutnya  melihat sebuah batu terletak didalam tanah berukuran 1 m, terdapat pahatan seorang digigit seekor ular pada bagian tangan sampai bahu, sedang seorang lagi dililit dan digigit seekor ular lainnya. Pada bagian atas batu ini terdapat genangan air. Nampaknya batu ini sebuah lumpang. Lumpang batu berukir merupakan hal yang langka, unik dan tentu mempunyai nilai budaya sangat tinggi. Lumpang batu  yang ditemukan sekitar Bulan April  2010 ini hanya berpagar bambu yang cukup melindungi lumpang batu didalamnya.
Dengan menyusuri pepohonan kopi di kanan kiri yang mulai memerah sampailah pada sebuah batu yang menggambarkan seseorang sedang mengapit anak pada tangan kanannya sambil menunggang seekor gajah. Pada bagian depan batu ini sangat jelas digambarkan seekor gajah dengan mata, belalai dan kedua gadingnya. Batu ini disebut Baturang mungkin singkatan dari batu orang. Batu megalith yang konon berusia 4.000 tahun merupakan tinggalan jaman prasejarah jauh sebelum adanya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Bukan hanya 2 batu megalith itu saja yang ada di kebun Ahlan tapi masih ada 1 lumpang batu berlubang satu dan 8 lesung batu yang bentuk hiasan luarnya beragam dan letaknya tersebar. Ada lesung batu berkepala kodok, berkepala kambing, berhias seekor ular dan orang. Dan semua lesung batu tersebut mempunyai lubang dengan ukuran lebar dan dalam yang sama, sepertinya mereka yang membuat telah mengenal alat ukur. Suatu temuan yang langka dan unik. Di Desa Pulau Panggung Kecamatan Pajar Bulan ini kami telah mengunjungi 2 lumpang batu, 1 arca dan 12 lesung batu, sebenarnya masih ada beberapa batu megalith lainnya seperti arca manusia, lesung batu, batu tegak dan tetralith.
Sepengetahuan penulis, Kecamatan Pajar Bulan merupakan pusat temuan batu megalith terbesar yang ada di Kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan bahkan terbesar se Indonesia. Selain Desa Pajar Bulan dan Desa Pulau Panggung batu megalith berupa bilik batu, menhir, dolmen, arca, batu tegak, tetralith juga ditemukan di Desa Talang Pagar Agung, Benua Raja, Kota Raya Darat dan Kota Raya Lembak. Bahkan Batu Gajah yang sangat terkenal, yang saat ini tersimpan di Museum Balaputradewa di Palembang berasal dari Desa Kota Raya Darat, Kec.Pajar Bulan.
Juga kecamatan Jarai yang merupakan tetangga kecamatan Pajar Bulan menyimpan banyak tinggalan prasejarah seperti Baturang yang menggambarkan seorang panglima dengan pedang dipunggungnya sedang menindih seekor gajah yang terlentang, Batu Putri yang berjarak 30 meter dari Baturang, Rumah Batu, Lumpang Batu, Lesung Batu dan Menhir.
Karena kayanya tinggalan batu megalith di Kabupaten Lahat tidak mengherankan jika setiap kecamatan terdapat batu megalith antara lain Kecamatan Merapi Barat, Pulau Pinang, Gumay Ulu, Mulak Ulu, Tanjung Tebat, Tanjung Sakti Pumi, Kota Agung, Jarai, Pajar Bulan dan Muara Payang.
Batu megalith tersebut telah dikunjungi untuk pertama kali pada tahun 1850 oleh L.Ullman dan yang cukup terkenal adalah Van der Hoop tahun 1932 dengan bukunya ”Megalithic Remains in South Sumatera”. Dan telah pula ditulis oleh Lonely Planet yang diterbitkan di Australia.
Selain tinggalan batu megalith berusia 4.000 tahun Kabupaten Lahat juga terkenal akan keindahan panorama alamnya. Alam pebukitan dengan gugusan Bukit Barisan nan hijau dengan Bukit Serelo nan unik tiada duanya seperti jempol raksasa, danau-danau dan sungai Lematang dengan anak-anak sungainya yang menjadi sumber kehidupan sejak ribuan tahun silam, struktur alam pebukitan sehingga terdapat banyak gua, sumber air panas dan puluhan air terjun yang tersebar di penjuru Kabupaten Lahat. Salah satunya Desa Karang Dalam Kecamatan Pulau Pinang terdapat 7 air terjun yang berada di satu sungai dengan tinggi dan keindahan yang berbeda. Sungguh suatu pesona alam yang tiada tara membuat setiap orang terkesima.
Kabupaten Lahat dengan jumlah penduduk 530.977 dan terletak 215 km dari Palembang, ibukota Sumatera Selatan telah berdiri sejak 20 Mei 1869. Dan 20 Mei dijadikan sebagai Hari Jadi Kabupaten Lahat. Saat ini Kabupaten Lahat terbagi menjadi 21 kecamatan dengan luas area 6.618,27 km. Sebelum Kabupaten Empat Lawang dan Kota Pagar Alam memisahkan diri wilayah Kabupaten Lahat sangat luas.
Mayoritas penduduk mempunyai mata pencarian sebagai petani kopi, karet, sawit, bersawah dan saat ini telah pula berkembang pertambangan batubara, minyak dan gas. Dan khusus pertambangan batubara Kabupaten Lahat menyimpang 46 % deposit batubara yang ada di Indonesia. Juga terdapat sebuah Bengkel Kereta Api yang di bangun pada tahun 1924 dan merupakan bengkel terbesar yang dimiliki PT Kereta Api. Pada saat musim buah tiba sekitar bulan November sampai Februari banyak terdapat buah duku, rambutan, mangga, manggis dan durian yang mereka jajakan disepanjang jalan trans Sumatera. (Create By Mario, Traveler ke 200 kota wisata dunia di 100 negara)

0 komentar:

Posting Komentar