
Pagi
nan cerah di awal tahun 2017 mengawali perjalananku untuk jelajah negeri
mengenal alam. Tepat pukul 07.30 wib aku meninggalkan rumah menuju ke hotel
Grand Zuri Lahat untuk menjemput Chef Jams yang berasal dari Aceh. Pria yang
sudah ½ tahun ini bekerja di hotel Grand Zuri Lahat sebagai Executive Chef dan
tertarik ketika aku tawarkan untuk ikut aku mengunjungi air terjun dan megalit
yang berada di kecamatan Pajar Bulan yang berjarak sekitar 70an km dari Kota
Lahat.
Satu setengah jam
kemudia kami sudah berada di Kota Pagaralam dan terus menuju kecamatan Pajar
Bulan yang berjarak sekitar 3 km dari Kota Pagaralam. Aku stop di desa Sumur
dan menghubungi Wanhar anggota DPRD Lahat. Karena beberapa waktu sebelumnya aku
telah melakukan komunikasi dengan Wanhar untuk melihat air terjun dan batu
megalit di wilayah ini. Hal ini menjadi perjalanan pertamaku jelajah alam Lahat
dengan seorang anggota DPRD Lahat dan aku sangat apresiasi atas kesediaannya
untuk jelajah alam di daerahnya.
Dari desa Sumur kami
melanjutkan perjalanan ke desa Bantunan bersama 8 warga desa Sumur yang menjadi
pemandu kami . Jarak antara dua desa ini sekitar 4 km. Dari desa Bantunan
inilah kami akan mulai pertualangan yang sebenarnya. Wanhar, Chef Jams dan aku
masing-masing di bonceng sepeda motor oleh pemandu kami dengan sepeda motor
yang khusus di design untuk melintasi jalan tanah berlumpur yang biasa di pakai
petani setiap hari untuk berkebun. Sepeda motor yang telah diganti ban trail
atau ban yang di balut dengan rantai melaju dari desa Bantunan menyusuri jalan
aspal hasil swadaya masyarakat sejauh 4 km lalu masuk ke jalan tanah merah
setelah menyeberangi jembatan sungai Lukok.
Dari sini jalan tanah
yang pernah di doser beberapa tahun lalu membentuk jalur-jalur parit lintasan
air ketika hujan dan kami mencari jalan yang bisa di lalui oleh sepeda motor.
Kebetulan ketika kami kesini belum turun hujan maka jalan tanah ini masih
sangat bersahabat tetapi ketika di musim hujan maka akan sangat sulit melintasi
jalan ini. Jalan ini dapat menghubungkan desa Bantunan kecamatan Pajar Bulan
dengan desa Sinjar Bulan kecamatan Gumay Ulu. Panjang jalan ini sekitar 18 km dan
sekitar 4 km yang telah di aspal sedang sisanya masih jalan tanah dan belum ada
pengerasan dan pengaspalan. Di jalan ini ada sekitar 9 talang (dusun kecil di
kebun). Kalau saja jalan ini di buka sebagai jalan lintas dengan lebar min 6 meter maka
akan menghubungkan kecamatan Gumay Ulu dan kecamatan Pajar Bulan tanpa harus
masuk ke Kota Pagaralam seperti yang terjadi selama ini. Karena selama ini terkesan bahwa kabupaten Lahat terbelah oleh
kota Pagaralam. Selain itu jalan ini juga akan menjadi jalur ekonomi dan
pengembangan daerah kedua kecamatan dan kabupaten Lahat secara umum.
Dari Talang Tengah yang
terdiri dari beberapa pondok kami belok kanan menyusuri jalan kebun dengan
lebar hanya 1,5 meter dan tak jarang harus merunduk untuk menghindari ranting
pohon kopi. Yach…. Jalan menuju ke air terjun Cambai merupakan jalan kebun.
Awalnya jalan sedikit menurun akan tetapi selanjutnya jalan makin terjal dan
terpaksa sepeda motor kami parkir di kebun kopi. Kemudian kami menyusuri jalan
kebun dan sering harus merunduk menghindari pohon kopi yang sudah mulai berbuah
dan akan panen 3 bulan ke depan.
Lalu jalan semakin
terjal setelah tidak ada lagi pohon kopi dan kami harus menuruni tebing terjal
dengan kemiringan hampir 70 derajat. Kami harus berpegang dengan
ranting-ranting pohon. Sungguh suatu adventure yang menguji adrenalin akan
tetapi setelah turun sejauh 20 meter terlihat sudah keindahan air terjun Cambai
yang mempunyai air nan jernih dengan ketinggian sekitar 40 meter yang membentuk
danau kecil di bagian bawahnya dan mengalir menuju sungai Lukok yang menjarak
sekitar 100 meter membentuk muara sungai. Gemericik air dan keindahan air
terjun Cambai telah mengobati rasa lelah dan tegang karena jalan yang terjal.
Keindahan air terjun
Cambai yang terletak di desa Sumur Lama kecamatan Pajar Bulan kabupaten Lahat
terlihat lebih indah dari muara sungai Lukok. Dan dalam catatan kami Panoramic
of Lahat (Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Lahat) air terjun Cambai sebagai
air terjun ke 129 yang ada di kabupaten Lahat dan tak salah kalau kabupaten
Lahat menasbihkan diri sebagai Bumi Seratus Air Terjun selain sebagai Bumi
Seribu Megalit.
Dari muara sungai Lukok
lalu kami menyusuri sungai Lukok menuju ke air terjun Penggantungan yang berada
di tepi jurang dan airnya jatuh ke sungai Lukok. Dari awal penelusuran sungai
ini kami harus meloncat dari satu batu ke batu lainnya dan tidak jarang harus
masuk ke air sungai dan menyeberanginya. Perjalanan dari muara sungai Lukok ke
air terjun Penggantungan sekitar 1 km akan tetapi perjalanan ini bukan
pejalanan biasa, penuh dengan tantangan dan petualangan. Aku mendapat
pengalaman minum air dari pohon sepit yang merampat di tepi sungai. Cara
minumnya dengan memotong ranting pohon dan dari potongannya akan mengalir air
dan langsung di minum. Rasanya seperti air putih biasa dan khasiatnya selain
melepas dahaga juga dapat mengobati rematik.
Setelah menempuh 1 km
perjalanan yang melelahkan dan penuh tantangan akhirnya kami tiba di air terjun
Penggantungan. Tapi sayang air terjun Penggantungan debit airnya sangat kecil
karena sudah lama tidak turun hujan dan kalau saja sedang musim hujan tentu
pemandangan air terjun ini sangat menakjubkan. Air terjun ini mempunyai
ketinggian sekitar 70an meter. Dengan ditemukannya air terjun Penggantungan
maka kami catat di Panoramic of Lahat sebagai air terjun ke 130 di kabupaten
Lahat. Disini kami makan siang dengan nasi bungkus yang telah kami bawa. Kami
makan dengan lahap sambil duduk di bebatuan sungai.
Kemudian kami
melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sungai Lukok menuju muara sungai
Selangis. Medan yang kami lalui tak jauh beda dengan sebelumnya. Setiba di
muara sungai Selangis kami lanjutnya dengan mendaki dan menyusuri hutan bambu.
Jalan menanjak dengan kemiringan hampir 45 derajat sangat menguras tenaga. Kami
beberapa kali harus berhenti melepas lelah. Terlihat hutan ini masih sangat
jarang dilalui manusia dan nyaris belum dijamah manusia. Kami harus menembus
semak belukar dan membuka jalan dengan parang.
Setengah jam kemudian
kami berada di sebuah sungai tepat di atas air terjun Penggantungan lalu kami
menyusuri sungai ini kearah atas sejauh 500 meter dan kami temukan satu lagi
air terjun dan kami sebut sebagai air terjun Penggantungan Atas. Dan kami
catatkan sebagai air terjun ke 131 di kabupaten Lahat. Air terjun inipun
mempunyai debit air yang kecil namum sangat indah dengan ketinggian sekitar 40
meter. Bebatuan di air terjun dan sungainya tertutup lumut hijau dan terkesan
jarang dikunjungi manusia. Setelah mengambil gambar dan video kamipun bergegas
kembali kearah dimana kami memarkirkan sepeda motor.
Setelah berjalan menyusuri
hutan selama 30 menit dan tibalah kami di kebun kopi, lalu kami melanjutkan
perjalanan pulang dengan sepeda motor menuju talang terdekat dan beristirahat
sebentar. Di Talang ini yang terdiri dari sekitar 8 pondok, kami disuguhi kopi
hangat, pisang dan sirsak. Wooouuuu…… betapa nikmatnya suasana ini setelah
melewati perjuangan panjang dan melelahkan
menembus hutan, menyusuri sungai dan mendaki bukit. Suatu petuangan yang
sangat berkesan.
Awalnya kamipun akan
melihat megalit akan tetapi karena waktu yang tidak memungkinkan maka kami
kembali ke kota Lahat dengan membawa suatu kenangan yang tak pernah terlupakan
berpetuangan di hutan Pajar Bulan bersama anggota DPRD Lahat. Semoga lain waktu
kita dapat melanjutkan petuangan seperti ini Jelajah Negeri Mengenal Alam dan
Budaya. (Mario Andramartik).