Bukit Serelo

Icon dari kota kecil Kabupaten Lahat yang kaya akan Sumber Daya Alam, Budaya dan Bahasa.

Megalith

Peninggalan sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Lahat.

Ayek Lematang

Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lahat.

Air Terjun

Obyek keindahan alam yang terbanyak di Kabupaten Lahat.

Aktivitas Masyarakat Pedesaan

Kota Lahat yang subur kaya akan hasil perkebunan.

Sabtu, 28 Januari 2017

"TABIR KEAGUNGAN LELUHUR" Jelajah Negeri Mengenal Budaya


Pagi nan cerah menyapa kami sekeluarga dan seakan   mengajak kami untuk menikmati indahnya pagi. Aku dan keluarga telah siap menyapa pagi nan indah untuk melakukan traveling melihat keindahan panorama alam kabupaten Lahat nan asri dan indah di bagian hulu Kota Lahat.
Perjalanan selama 30 menit sangat nyaman, jalanan yang masih sepi dan udara perbukitan yang segar menambah indahnya perjalanan. Tak terasa kami telah memasuki desa Lebuhan. Desa ini sangat asing bagi kami sekelurga. Kami belum pernah memasuki desa ini. Aku mengetahui desa ini dari seorang sahabat yang tinggal di Kota Agung. Mulanya aku bertanya tentang keberadaan situs-situs megalitik yang ada di Kecamatan Kota Agung dan Kecamatan Tanjung Tebat yang dia ketahui dan sabahatku bercerita ada juga bebatuan di desa Lebuhan tapi belum mengetahui secara pasti bentuk dari bebatuan tersebut.
Di awal Mei 2014 di hari libur aku mengajak keluargaku ke desa Lebuhan. Setelah memasuki desa aku terbaca sebuah tulisan Desa Pamsimas Desa Padang Perigi. Sekarang aku baru tahu bahwa desa Lebuhan secara resmi bernama Desa Padang Perigi di Kecamatan Tanjung Tebat Kab.Lahat. Lebuhan sendiri berarti belebuh atau membuat sawah.
Aku bertanya kepada beberapa penduduk desa, apakah di desa ini ada batuan yang berbentuk patung orang atau hewan, lesung atau lumpang atau bentuk lainnya. Seorang ibu menjawab pertanyaanku “ dek katek kalo batu-batu loh itu, ade di sawah kami batu biase”.Lalu seorang bapak menambahkan “ kalo batu-batu bebentuk ade di Penarang (Batu Bute Muara Danau), ade pule di Pagar Alam. Setelah mendengar keterangan dari penduduk aku minta untuk diantarkan ke batu biasa yang disebut ibu tadi. Dengan diantar Firsah seorang anak yang masih duduk di bangku SMA, aku dan keluarga serta keluarga sahabatku yang berasal dari Kota Agung kami menyusuri pematang sawah menuju batu biasa yang di maksud sang ibu di desa tadi.
Aku berjalan pada barisan paling depan bersama Firsah sedang istri dan anak-anakku berada di belakang kami. Setelah berjalan sekitar 500 meter, istri dan anak-anakku tertinggal cukup jauh dan aku katakan kepada mereka kalau tak kuat jangan paksakan, kembali saja ke desa. Aku masih berjalan di bagian depan bersama Firsah sedang  istri dan anak-anakku tertinggal makin jauh. Sekitar 200 meter lagi dari batu yang akan kami datangi, kami sempat berhenti untuk menunggu istri dan anak-anakku, tetapi setelah menuju selama 10 menit dan mereka tidak ada maka kami melanjutkan perjalanan.
Akhirnya Firsah membawaku ke batu yang di masksud ibu di desa sebagai batu biasa.Yach memang hanya sebuah batu berbentuk persegi dan datar di tengah sawah. Batu ini biasa di sebut Batu Datar. Kemudian Firsah membawaku ke batu lainnya. Betapa terkejut, kaget, prihatin dan bangganya aku setelah melihat batu yang berada di depan kami. Sebuah batu dengan lebar sekitar 80 cm tapi ada lekuk-lekuk pada bagian atasnya. Batu ini hanya terlihat 10 cm dari atas tanah. Aku menggelilingi batu ini dan akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa batu ini adalah sebuah arca manusia dengan bagian badan ke bawah tertimbun tanah dan bagian kepala telah lepas, aku bisa lihat dari patahan batu bagian atasnya.
Dan tak lama kemudian seorang ibu menghampiri kami dan mengatakan bahwa batu tersebut adalah sebuah arca manusia sedang bagian kepala telah lepas dan saat ini berada di parit sawah. Aku berjalan menuju lokasi kepala arca akan tetapi aku tidak dapat melihatnya karena telah tertimbun tanah dan di dalam parit. Lalu ibu yang ternyata adalah pemilik lahan,  memperlihat batu lainnya yang berjarak 5 meter dari arca. Di sepanjang parit ada 2 buah batu tapi ibu ini tidak dapat memastikan bentuk dari kedua batu tersebut karena tertutup rerumputan dan tanah.
Ketiga batu ini telah aku dokumenkan dengan kameraku dan aku catat titik koordinat, elevasi dan catatan lainnya. Kemudia ibu ini juga memberi keterangan ada batu lainya di sekitar sawah ini yaitu di perkebunan coklat yang berjarak sekitar 200 meter. Dan akupun menuju perkebunan coklat yang dimaksud. Disini aku bertemu Yustam sang pemilik kebun. Yustam memberi keterangan tentang batu yang ada di kebunnya berupa batu datar. Kemudian kami kembali ke arca semula bersama Yustam. Aku minta kepada Yustam untuk membersihkan batu-batu yang tertimbun rumput dan tanah tersebut.
Setelah sebagian rerumputan dan tanah di angkat dari batu oleh Yustam maka terlihat jelas bahwa batu-batu tersebut Arca Manusia. Aku sangat terkejut dengan penemuan ini dan juga heran mengapa arca ini tidak banyak di ketahui masyarakat desa Lebuhan atau Padang Perigi. Dan juga masyarakat tidak tahu nama atau bentuk arca-arca ini. Aku bertanya lebih lanjut tentang kemungkinan ada temuan lainnya dan Yustam mengatakan bahwa masih ada 1 lagi arca tak jauh dari arca yang sudah terlihat tetapi arca ini masih tertimbun dibawah sawah. Jadi di situs ini ada 4 arca manusia.
Wououo....... sangat menakjubkan ada 4 arca di sebuah  situs. Tak sia-sia setelah berjalan di terik mentari dan menyusuri pematang sawah aku dapat melihat tinggalan budaya leluhur yang sangat berharga dan tinggi nilai-nilai budaya. Pada kedua arca terlihat bagian lengan atau kaki dengan gelang-gelang seperti pada arca di Tinggi Hari Gumay Ulu, Lahat.
Malam harinya aku menghubungi kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi Bpk Winston Douglas Mambo dan beliau sangat antusias atas temuan ini dan 3 hari kemudian hasil temuan aku email ke beliau dan juga ke Balai Arkeologi Palembang. Lalu 2 minggu kemudian team BPCB Jambi langsung meninjau situs.

Temuan ini merupakan temuan peninggalan masa prasejarah terbaru dan menjadi situs ke 43 di Kabupaten Lahat yang tergabung dalam Megalitik Pasemah. Tidak mengherankan bila Kabupaten Lahat pada tahun 2012 mendapat rekor MURI sebagai Pemilik Situs Terbanyak dan berjuluk Bumi Seribu Megalitik. Hal ini menunjukkan betapa banyaknya tinggalan megalitik di Kabupaten Lahat dan sudah selayaknya dikenal dan dikenalkan kepada seluruh dunia dengan memanfaatkan megalitik sebagai obyek wisata sesuai dengan UU No.11 tahun 2010 Pasal 85 ayat 1, berbunyi “ Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata.
Megalitik Pasemah telah terkenal di seluruh dunia dan sejak tahun 1850 telah di teliti oleh L. Ullman dan tahun 1932 telah di bukukan oleh Van der Hoop dengan buku berjudul “Megalithic Remain in South Sumatera”. Bahkan pada buku berjudul Indonesia yang di tulis oleh Lonely Planet dan terbit di Australian menyebut bahwa The Pasemah carving are considered to be the best example of prehistoric stone sculpture in Indonesia and fall into two distinct styles. The early style dates from almost 3.000 years ago and features fairly crude figures squatting with hands on knee or arms folded over chest.The best examplesof this type are at a site called Tinggi Hari, 20 km from Lahat, west of the small river town of Pulau Pinang. Jadi kalau masyarakat dunia sudah mengenal Megalitik Pasemah (Lahat, Pagar Alam dan Empat Lawang) bagaimana dengan masyarakat Sumatera Selatan dan Indonesia???
Semoga dengan temuan terbaru ini akan menggugah seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan dan Indonesia untuk semakin mengenal, mencintai, memelihara, melestarikan, mengembangkan, memanfaatkan  dan bangga sebagai bangsa Indonesia yang telah memiliki budaya yang maju pada ribuan tahun lalu.(Mario Andramartik).

Jumat, 27 Januari 2017

"KEINDAHAN PANORAMA IMPIT BUKIT" Jelajah Negeri Mengenal Budaya



SETELAH menempuh perjalanan sejauh 72 km dari Kota Lahat, kami tiba di Desa Pelajaran Kecamatan Jarai. Kami disambut dengan sangat hangat oleh Idil Adha, Kepala Desa Pelajaran beserta perangkat desa termasuk Minal, Ketua Karang Taruna Desa Pelajaran dan anggotanya. Kami dipersilahkan untuk menikmati makanan kecil dan teh manis. Idil Adha sangat antusias bercerita tentang kekayaan alam desanya dan rencana pembangunan desanya yang baru saja dia pimpin. 
Tak terasa 30 menit waktu berlalu dan kami menyiapkan segala perlengkapan untuk melanjutkan perjalanan ke Bukit Barisan yang berada di sebelah Utara desa Pelajaran. Kami dari team Panoramic of Lahat yang terdiri dari Mario, Yudha, Bayu, Dian dan Fahri telah siap dengan peralatan kamera dan video beserta perlengkapan perjalanan lainnya sedang Ketua Karang Taruna beserta anggotanya menyiapkan makanan, minuman dan perlengkapan lainnya. 
Kami menyeberangi sebuah jembatan beton di sungai Lintang di tepi desa, kemudian melalui jalan beton dengan lembar sekitar 3 meter dengan pemandangan padi yang telah menguning di kanan dan kiri jalan. Jalan beton ini tidak terlalu panjang hanya sekitar 100 meter. Lalu kami menyusuri jalan tanah dengan pemandangan pohon kopi di sisi kanan dan kiri jalan. 
Setelah berjalan sejauh 500 meter di sisi kiri jalan terdapat tebat (danau) yang bernama Tebat Mandian. Tebat ini mempunyai luas sekitar 2 hektar. Rencananya tebat ini akan dikembangkan menjadi destinasi wisata dengan dilengkapi berbagai permainan air selain sebagai lahan serapan air, perikanan dan pengairan untuk sawah dan kebun. 
Jalanan terus menanjak ke arah Bukit Barisan. Sepanjang perjalanan kami melintas kebun kopi yang telah berbuah kopi berwarna hijau. Kadang kala kami harus merunduk dan menghindari pohon kopi agar tidak menjatuhkan buah kopi yang akan di panen sekitar bulan Juni nanti. Ketika melintasi kebun kopi terasa adem karena di kebun kopi juga di tanam pohon albasia sebagai pelindung pohon kopi agar pohon kopi tidak langsung tersengat teriknya sinar matahari. Ada juga pohon pete, cempedak dan durian. Tapi sayang ketika kami melintas kami belum dapat menikmati buah durian dan cempedak karena masih kecil dan belum matang. Kamipun harus menyeberangi sungai sebanyak dua kali tetapi sungai ini tidak dalam hanya sebatas betis saja dengan airnya yang bersih dan bening belum tercemar. Jalan tanah dan becek karena malam harinya daerah ini di dera hujan deras. Dengan kondisi jalan seperti itu membuat perjalanan kami sedikit lambat. 
Menurut keterangan untuk menuju air terjun di Bukit Barisan di desa Pelajaran hanya memerlukan perjalanan jalan kaki selama 1,5 jam. Sempat beberapa kali kami berhenti sejenak untuk melepas lelah dan minum seteguk air. Perjalanan menanjak dengan jalan tanah yang becek berlumpur, tenggorokan haus dan melelahkan sendi-sendi setelah melakukan perjalanan sejauh 3 km terbayar sudah dengan panorama alam nan hijau dengan air sungai yang bersih dan bening serta air terjun yang menakjubkan. Gemuruh air sungai telah terdengar sebelum kami sampai di air terjun.
Masyallah, itulah kata pertama yang terucap setelah melihat air terjun dengan air yang bersih putih. Air terjun ini disebut Air Terjun Tangge (Tangga) karena bentuknya yang panjang bertingkat seperti tangga. Kami segera menyiapkan kamera dan video untuk merekam setiap sudut air terjun ini. Kami cukup lama berada disini karena kami ingin mengambil banyak photo dari berbagai sudut. Lalu kami melanjutkan perjalanan menanjak kemudian menurun untuk menuju hamparan. Disebut Hamparan karena adanya bebatuan lebar menghampar di muara sungai. Disini sangat nyaman untuk sejenak melepas lelah, maka disini kami berhenti untuk makan siang sambil menikmati indahnya panorama alam. Dengan nasi bungkus, sayur terong, sawi dan sambel serta secangkir kopi kami nikmati makan siang di Hamparan muara sungai.
Tiga puluh menit kemudian kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju air terjun selanjutnya. Aku sempat bertanya berapa jauh air terjun kedua dari Hamparan muara ini. Baru berjalan sejauh 10 meter aku takjub melihat aliran sungai dengan airnya nan jernih berwarna putih. Aku minta untuk segera mengambil gambar video. Sungguh suatu pemandangan alam yang sangat menakjubkan. Lalu kami menyusuri tepi sungai dan 50 meter kemudian terlihatlah air terjun.
Sekarang kami berada di air terjun kedua di aliran sungai Lintang. Air terjun ini bernama Air Terjun Gimo. Disebut Air Terjun Gimo karena terletak tak jauh dari Talang Gimo. Gimo adalah nama seorang penduduk yang tinggal di Talang (dusun kecil dekat hutan). Air Terjun Gimo dengan tinggi sekitar 15 meter dan bertingkat. Pada bagian atas air terjun terdapat tingkatan pertama dan air terjun terbagi menjadi dua sebelah kanan dan kiri. Pada bagian kanan air terjun lebih deras dibanding sebelahnya. Dari tingkat pertama air jatuh setinggi 10 meter dan membentuk danau kecil lalu jatuh pada tingkatan ketiga dengan tinggi sekitar 3 meter dan terus mengalir turun membentuk banyak tingkatan dan berkelok sampai dengan hamparan di muara sungai.
Jikalau dari hamparan muara sungai sampai dengan air terjun Gimo dibersihkan semua ranting-ranting di sisi kanan dan kiri sungai maka akan terlihat jelas betapa indah dan menajubkan pemandangannya. Lalu di sebelah sisi kanan dan sisi kiri badan sungai di buat jalan setapak menuju air terjun tentu akan menjadi pemandangan yang sangat menakjubkan dengan suara gemericik air, burung dan hewan lainnya. Air mengalir berkelok dan bertingkat dengan warna air yang putih bersih bak kapas tanpa adanya pencemaran. Panorama alam nan menyejukkan hati dan pikiran.
Pemandangan alam seperti ini mengingatkan aku pada kunjunganku ke Dunn River Falls di Jamaika beberapa tahun lalu. Dunn River Falls terletak di Jamaika sebuah negara di Caribean Amerika telah menjadi sebuah destinasi wisata internasional dan dikunjungi oleh turis dari berbagai negara di benua Amerika dan Eropa karena keindahan aliran sungai dan alamnya yang telah dikelola secara profesional. Tidak mustahil dan tak menutup kemungkinan Air Terjun Gimo, Hamparan dan Air Terjun Tangge di Desa Pelajaran akan menjadi destinasi wisata yang tak kalah dengan Dunn River Falls atau destinasi wisata lainnya. Apalagi di area ini masih sangat alami, masih terdapat fauna seperti berbagai burung, kera, kijang, rusa, babi dan beruang madu serta tumbuh jenis bunga tertinggi di dunia yaitu bunga Amorphophallus Titanum dan Amorphophallus Paneoniifolius atau masyarakat setempat menyebut bunga bangkai atau kibut.
Selain itu Desa Pelajaran juga memiliki rumah adat atau disebut Rumah Baghi dengan ukiran pada dinding dan tiang rumah nan menakjubkan. Rumah Baghi ini telah berusia ratusan tahun dan masih berdiri dengan kokoh karena rumah berbahan baku kayu ini memakai kayu dengan kwalitas utama.
Dengan segala potensi yang ada, dari beberapa air terjun nan indah, tebat atau danau, perkebunan kopi, lada, coklat, durian, cempedak, bunga tertinggi di dunia, rumah adat dan masyarakat yang ramah maka suatu saat desa Pelajaran akan menjadi salah satu destinasi wisata Kabupaten Lahat.
Dari Desa Pelajaran juga dapat menikmati indahnya Gunung Dempo dan Bukit Barisan. Daerah ini disebut juga daerah Impit Bukit karena letaknya diantara Gunung Dempo di sebelah Selatan dan Bukit Barisan di sebelah Utara. Desa Pelajaran yang berjarak hanya 7 km dari Kota Pagaralam akan menjadi daerah pendukung bagi perkembangan pariwisata Kota Pagaralam yang telah dicanangkan menjadi tujuan wisata propinsi Sumatera Selatan dan juga menjadi Kawsan Strategi Pariwisata Nasional sedang kabupaten Lahat telah ditetapkan sebagai  Kawsan Strategi Pariwisata Propinsi bersama 4 kabupaten/kota lainnya di Sumatera Selatan.
Hal ini akan terwujud bilamana Kepala Desa, Perangkat Desa, Karang Taruna dan masyarakat Desa Pelajaran bersama-sama bergotong royong membangun desa mereka dengan di bantu Pemerintah Kabupaten Lahat, DPRD dan semua komponen masyarakat Lahat.
Semoga harapan untuk mewujudkan Desa Pelajaran menjadi destinasi wisata akan terwujud guna meningkatkan taraf hidup masyarakat yang adil dan makmur.(Mario Andramartik).