Bukit Serelo

Icon dari kota kecil Kabupaten Lahat yang kaya akan Sumber Daya Alam, Budaya dan Bahasa.

Megalith

Peninggalan sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Lahat.

Ayek Lematang

Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lahat.

Air Terjun

Obyek keindahan alam yang terbanyak di Kabupaten Lahat.

Aktivitas Masyarakat Pedesaan

Kota Lahat yang subur kaya akan hasil perkebunan.

Minggu, 28 Juli 2019

GELIAT LUBUKLINGGAU (Kota Terbesar Kedua se Sumsel)


Tahun 1929 status Lubuklinggau adalah sebagai Ibu Kota Marga Sindang Kelingi Ilir, pada tahun 1933 pembangunan jalur kereta api Kertapati – Lubuklinggau telah selesai dan Lubuklinggau sebagai pemberhentian terakhir di bangun stasiun kereta api. Lubuklinggau menjelma menjadi sebuah kota maka ibukota Onder Afdeling Musi Ulu yang berada di Muara Beliti dipindahkan ke Lubuklinggau pada tahun 1933. Sejak masa itulah Lubuklinggau terus membangun dan pada tahun 1948 ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Musi Rawas.
Dengan di dukung oleh masyarakat dan perencanaan yang baik pemerintah daerah Lubuklinggau terus membangun dan melesat menjadi kota besar dan akhirnya pada  tahun 2001 Lubuklinggau ditetapkan menjadi Kota Lubuklinggau sebuah kota otonomi dan berdiri sendiri berpisah dari induknya Kabupaten Musi Rawas. Saat ini Lubuklinggau menjadi kota terbesar kedua di Sumatera Selatan.
Setelah menjelma menjadi sebuah kotamadya, pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan bergerak dengan sangat cepatnya. Pembangunan jalan kota dari 3 penjuru jalan masuk ke kota Lubuklinggau dari arah Surolangun (Jambi), dari arah Rejang Lebong (Bengkulu) dan dari arah Empat Lawang dibangun dengan baik. Jalan yang lebar, lurus dan datar sehingga memudahkan pengguna jalan dan tak bisa dihindarkan lagi sepanjang jalan ini tumbuh berbagai kegiatan ekonomi seperti pertokoan, pusat perbelanjaan, perhotelan, kuliner, hiburan, perbankan, dan finance.
Kota Lubuklinggau memiliki beberapa pasar seperti Pasar Satelit Bukit Sulap dan Pasar Muara. Kota Lubuklinggau juga memiliki tempat perbelanjaan modern, yaitu Linggau Lippo Plaza, JM Linggau, SM Swalayan Lubuklinggau, SM Swalayan Garuda Lubuklinggau, SM Swalayan Batu Urip Lubuklinggau, Sinar Baru Toserba Lubuklinggau, Ceria Toserba Lubuklinggau dan beberapa mini market pun sudah banyak di Kota Lubuklinggau seperti AlfamartIndomaret, SM Mart, dll.
Sektor perhotelan berkembang dengan pesat bak jamur di musim hujan, ada hotel bintang satu hingga bintang tiga seperti Hotel Arwana, Hotel Royal, Hotel Transit, Hotel Lintas Sumatera, City Hotel, Hotel Sempurna, Hotel Metta, Smart Hotel, Amazing Riverside Hotel, WE Hotel, Hotel Dewinda, Hotel Hakmaz Taba Syariah, Burza Hotel, Abadi Hotel, Cozy Style Hotel, Airy Yos Sudarso, Dafam Hotel dan total tak kurang dari 26 hotel di Lubuklinggau. Rumah sakit swastapun ikut mewarnai perkembangan Kota Lubuklinggau sebut saja Rumah Sakit Bunda dan Rumah Sakit Siloam.
Event nasional dan internsional juga pernah dilaksanakan seperti Kejuaraan Nasional MTB 2017, Asia Pasific Championship 2017, Kejuaraan Nasional MTB 2019 dan Road Bike Pra PON 2020. Bahkan rencananya Pemerintah Kota Lubuklinggau akan menjadi tuan rumah even 2022 Mountain Bike Marathon World Championship.
Pada tahun 2013, Pemerintah Kota Lubuklinggau membuat program VISIT LUBUKLINGGAU 2015 dalam rangka meningkatkan kepariwisataan Kota Lubuklinggau. Beberapa destinasi wisata yang ada di Kota Lubuk Linggau seperti Bukit Sulap, yang letaknya sekitar 2 km dari pusat kota diresmikan oleh Gubernur Sumatra Selatan pada tahun 2014. Tempat wisata ini sudah dilengkapi lahan parkir yang luas, pertokoan dan  dilengkapi dengan inclinator yang telah selesai dibangun pada tahun 2016. Dengan inclinator ini pengunjung dapat melihat langsung kota Lubuk Linggau dan bukit yang mengelilinginya dari puncak Bukit Sulap. Air Terjun Temam atau disebut juga "Niagara Lubuklinggau", yang letaknya sekitar 8 km dari pusat kota sudah dilengkapi lahan parkir, pertokoan dan waterpark. Pada malam hari, Air Terjun Temam akan terlihat lebih indah karena dilengkapi dengan lampu sorot warna warni. Masjid Agung As-Salam, merupakan masjid terbesar di Kota Lubuklinggau. Masjid ini dilengkapi dengan Taman Kurma (eks Lapangan Merdeka) yang pohon kurmanya didatangkan langsung dari Arab. Masjid ini dilengkapi juga dengan air mancur menari-nari yang akan menari setiap adzan. Hal ini akan menjadi daya tarik wisatawan.  Museum Subkoss Garuda, terletak di dekat Masjid Agung As-Salam, berisi peninggalan-peninggalan alat-alat saat perang kemerdekaan di Lubuklinggau. Watervang sebuah bendungan yang di bangun di masa kolonial yang hingga kini masih berfungsi. Lalu Kampung warna warni di tepi sungai Kelingi yang menambah geliat pariwisata di Kota Lubuk Linggau. Terletak tepat di kawasan pemukiman padat penduduk Daerah Aliran Sungai (DAS), Kelurahan Linggau Ulu, Kecamatan Linggau Barat I, dan di Kelurahan Ulak Surung, Kecamatan Utara II, Kota Lubuk linggau.
Dan yang paling terbaru adalah Taman Wisata Tepian Kelingi Bukit Sulap yang letaknya berseberangan dengan Kampung Warna Warni. Taman dengan berbagai warna warni bunga yang di tata sedemikian rupa dan rumah-rumah kayu menambah indahnya suasana taman di tepi sungai Kelingi ini.
Lapangan terbang Silampari yang selama ini sebagai penerbangan perintis di sulap menjadi bandar udara Silampari yang melayani penerbangan komersial dengan masuknya berbagai maskapai penerbangan nasional seperti Nam Air telah melakukan penerbangan perdana pada 30 Mei 2015 dengan pesawat Boing 737 – 500 dengan kapasitas penumpang 119 orang dan Batik Air  yang melakukan pendaratan pertama pada 21 Juni 2017 dengan pesawat Air Bus 320 dari Jakarta yang lebih mempermudah akses untuk masuk ke Kota Lubuklinggau. Maka dengan adanya maskapai penerbangan ini maka akses masuk ke Lubuklinggau lebih mudah dan cepat sehingga membuat perkembangan Kota Lubuklinggau sangat signifikan.
Semoga Lubuk Linggau makin berkembang menjadi kota metropolis sejajar dengan kota Palembang dan masyarakatnya makin makmur dan sejahtera. (Mario Andramartik,18 Juli 2019).

Jumat, 19 Juli 2019

BERUANG PAGAR RUYUNG, Jelajah Negeri Mengenal Alam


Pada setiap liburan sekolah apalagi pada liburan sekolah kenaikan kelas biasanya pihak sekolah memiliki program study tour dengan mengunjungi berbagai obyek wisata baik di dalam propinsi maupun ke luar propinsi. Program ini sangat bagus selain sebagai upaya pihak sekolah untuk mengakomodasi siswa-siswi dalam mengisi liburan sekolah juga untuk mengenalkan kepada siswa-siswi agar mengenal keindahan alam dan budaya, mengajak siswa-siswi untuk peduli dengan lingkungan, memberikan wawasan kepada siswa-siswi serta dapat juga sebagai bahan untuk siswa-siswi membuat karya tulis.

Nah Kabupaten Lahat dengan letak geografi perbukitan menyimpan pesona alam nan menakjubkan seperti Bukit Serelo dengan bentuknya nan unik bah sebuah jempol raksasa, sungai-sungai dengan jeramnya yang manantang sehingga sangat layak dijadikan arena arung jeram, perbukitan dan tebing-tebing yang menyimpan ratusan air terjun dengan ketinggian dan keindahan yang berbeda.

Kali ini di awal liburan sekolah, kami Panoramic of Lahat sebuah lembaga kebudayaan dan pariwisata bersama penasehat Panoramic of Lahat Suparjo yang juga sebagai kepala sekolah SMP Negeri 5 Lahat dan Sriyono kepala sekolah SMP Negeri 1 Mulak Ulu melakukan perjalanan ke air terjun. Perjalanan ke air terjun di pandu oleh Candra seorang guru SMA Negeri 1 Kota Agung dan dipimpin oleh Ketua Panoramid of Lahat Mario dan Sekretaris Yuda Hendriko. Dalam perjalanan dari desa ke air terjun aku sempat bertanya kepada Candra  yang juga aktif di Pramuka, mengapa air terjun ini di sebut dengan air terjun Beruang??? Menurut Candra konon dahulunya lokasi dimana air terjun berada merupakan tempat para beruang mencari makan dan minum maka air terjun ini di sebut dengan air terjun Beruang.

Lokasi air terjun Beruang berada di desa Pagar Ruyung kecamatan Kota Agung kabupaten Lahat. Untuk mencapai air terjun ini sangatlah mudah selain dekat dengan pusat kota kecamatan juga medannya tidak sulit dan tidak terjal. Dari kantor kecamatan Kota Agung berjarak sekitar 3 km atau perjalanan dengan sepeda motor sekitar kurang dari 30 menit. Dari Kantor kecamatan Kota Agung belok ke kanan ke arah desa Pagar Ruyung melalui jalan yang telah di aspal dengan baik, tepat di tengah desa Pagar Ruyung setelah masjid belok ke arah kiri lalu stop di ujung desa. Dari sini bisa melanjutkan perjalanan bersepeda motor atau berjalan melalui jalan desa yang telah di cor beton lalu belok ke kiri melalui jalan tanah.

Jika berjalan kaki dari ujung desa melalui jalan yang telah di cor beton selama 5 menit lalu belok ke kiri menelusuri jalan ke kebun atau sawah berupa jalan tanah. Dan dari simpang tiga ini hingga sampai di air terjun memakan waktu perjalanan dengan berjalan kaki selama 25 menit. Awalnya kita melintasi jalan dengan di kanan dan kiri berupa kebun kopi dan mendekati lokasi air terjun berupa persawahan dengan jalan sedikit  menurun lalu ada sedikit kebun kopi dan gemuruh air sungai yang jatuh telah terdengar.

Berada di sungai ini berarti kita sudah berada di atas air terjun dan untuk bisa menikmati keindahan air terjun Beruang kita harus turun ke bawah sungai. Untuk dapat mencapai ke bagian bawah air terjun kita menyeberangi sungai. Jangan takut menyeberangi sungai ini karena debit airnya kecil lalu jalanan sedikit menanjak dan kita masuk area kebun kopi. Dari sini terus jalan turun ke bagian bawah air terjun. Perjalanan dari bagian atas ke bagian bawah air terjun hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit.

Sesampai di bagian bawah air terjun aku langsung mengucap Alhamdulillah telah dapat melihat dan menikmati keindahan alam yang telah dianugerahkan kepada kita. Air terjun Beruang memiliki ketinggian secara keseluruhan sekitar 30 meter yang membentuk lubuk atau danau dibawahnya dengan luas sekitar 5 meter yang dapat dijadikan tempat berenang. 

Perjalanan dari desa hingga air terjun selama lebih kurang 25 menit tidaklah membuat lelah dan haus karena disamping kita dapat menikmati keindahan kebun kopi dan persawahan juga kita disuguhkan pesona pemandangan perbukitan Bukit Barisan.

Air terjun Beruang tercatat di Panoramic of Lahat sebagai air terjun ke 144 yang telah di data maka dengan demikian semakin mengukuhkan Kabupaten Lahat sebagai pemilik air terjun terbanyak se Indonesia. Pengakuan ini berdasarkan email yang telah di jawab oleh MURI ketika Panoramic of Lahat mendaftarkan Kabupaten Lahat sebagai pemilik air terjun terbanyak se Indonesia. Dengan banyaknya air terjun di Kabupaten Lahat maka wajar bila kabupaten Lahat mendapat sebutan sebagai Bumi Seratus Air Terjun. Hal ini menambah predikat Kabupaten Lahat yang sebelumnya di kenal dengan sebutan Bumi Seganti Setungguan dan Bumi Seribu Megalitik.

Semoga potensi alam dan budaya yang melimpah ini dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat. (Mario, Pagar Ruyung, 30 Juni 2019)

Selasa, 16 Juli 2019

MENGENDONG ANAK DI KEBUN KOPI, Jelajah Negeri Mengenal Budaya


“Itu dio megalitnyo “ demikian kata Novi sambil menunjuk ke arah kanan dari dalam mobil ketika melihat seonggok batu di dalam semak belukar. Lalu mobil yang aku kendarai dalam kecepatan lambat berhenti karena kami memang sedang mencari arca megalitik di daerah ini. Mobil aku arahkan mundur sekitar 5 meter dan parkir di tengah jalan karena tidak ada lagi lokasi untuk parkir dan juga tidak ada kendaraan lain atau orang yang lewat. Kemudian kami berjalan ke arah batu sejauh sekitar 20 meter tetapi dari jarak ini belum begitu jelas bagaimana bentuk dari batu ini.
Awalnya kami tim Panoramic of Lahat sebuah lembaga kebudayaan dan pariwisata yang terdiri Mario, Bayu, Fachri, Deri dan Novi berkunjung dan ingin bertemu dengan tim dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan yang sedang melakukan penelitian di kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat. Kami berlima bertemu dengan tim di lokasi penelitian di kebun kopi desa Pajar Bulan kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat. Tim ini terdiri dari  Kristantina, Armadi, Nike, Amrun dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Mubarak dari BPCB Jambi, Qois dosen Udayana dan Ronald dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pagar Alam. Penelitian di kebun kopi ini ditemukan dolmen dan beberapa monolith. Kami ngobrol dan sambil melihat tim bekerja mendata tinggalan megalitik yang ada. Sekitar dua jam di lokasi ini kami pamit untuk melanjutkan melihat megalitik yang baru saja diceritakan oleh Kristantina dan Ronald tentang baru ditemukannya arca megalitik di desa Talang Padang Tinggi kecamatan Pajar Bulan.
Setelah makan siang di Kota Pagar Alam kami melanjutkan perjalanan ke arca megalitik seperti yang telah diceritakan oleh Kristantina dan Arnold. Kami berlima belum pernah ke lokasi yang diceritakan tetapi kami tahu kemana arahnya. Dari Kota Pagar Alam ke simpang Bacang belok ke kiri dan terus menelusuri jalan ini. Sekitar perjalanan 5 km kami menemukan gapura di sebelah kiri jalan dengan tulisan selamat datang di desa Talang Padang Tinggi berwarna merah dan putih yang terlihat belum lama dibuat. Kami masuk jalan aspal ini dan sekitar perjalanan 500 meter kami melihat sebuah talang dengan beberapa pondok dan hamparan kopi berwarna kecoklatan yang di jemur di bawah terik matahari. Di talang ini kami bertanya kemana arah Tebat Serut dan kami diarahkan, ketika kami bertanya apakah tahu ada megalitik atau batu jeme maka 2 warga yang kami tanya menjawab tidak tahu.
Setelah melewati talang ini di kanan dan kiri jalan semua tanaman kopi dan jalan aspal telah berganti menjadi jalan tanah berbatu. Lalu setelah menempuh perjalanan 4 km dari simpang gapura desa kami memasuki Talang Gelung Sakti, talang ini lebih ramai di banding dengan talang sebelumnya bahkan di sini sudah ada bangunan sekolah SD. Di depan setiap pondok terdapat hamparan kopi yang sedang di jemur dan terlihat juga warga mendorong kopi yang sedang dijemur dengan menggunakan pendorong dari kayu. Cara ini untuk memastikan semua biji kopi terkena sinar matahari dan kulit kopi menjadi kering. Di sini kami bertanya dengan seorang warna tentang keberadaan arca megalitik. Kami mendapat informasi lokasi arca megalitik berada di Talang Mugio sebelum Talang Sekendal.
Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju arah sesuai dengan informasi yang kami dapat. Dalam perjalanan dari Talang Gelung Sakti kami tidak menemukan pondok dan warga yang beraktifitas bahkan kami tidak bertemu dengan kendaraan apapun hingga kami memasuki Talang Tampaan. Warga di Talang Tampaan lebih sedikit di banding dengan warga di Talang Gelung Sakti. Di talang ini kamipun bertanya lagi untuk memastikan perjalanan kami menuju arca tidak salah.
Atas petunjuk warga nanti ada pertigaan kami di minta ke jalan sebelah arah kiri.  Dan kami ikuti jalan yang kami yakini seperti yang di sebut warga Talang Tampaan tadi. Dan kami terus menerusuri jalan tanah dengan rumput yang tumbuh di tengah jalan yang membuat bagian mobilku berbunyi terkena ranting-ranting. Di sebelah kanan dan kiri jalan dipenuhi pepohonan kopi dan sejauh mata memandang semua pohon kopi. Di jalan inipun kami tidak menemukan pondok atau kendaraan atau warga yang beraktifitas. Terus kami ikuti jalan tanah ini dan akhirnya kami bertemu dengan sebuah talang dan di sini kami bertanya lagi dengan seorang warga. Talang ini bernama Talang Sekendal dengan jumlah pondok lebih sedikit dari Talang Tampaan. Dari keterangan warga ternyata kami salah jalan. Kami di minta untuk putar balik dan nanti ada pertigaan jalan masuk kea rah kanan. Kemudian kami putar balik dan mencari tahu arah yang ditunjukan, kali ini kami lebih hati-hati untuk menentukan kemana kami harus pergi jangan sampai salah arah karena tidak ada seorangpun yang dapat kami tanyai.
Dengan keyakinan kami masuk ke arah kanan jalan yang lebih sempit dari jalan sebelumnya, jalan hanya pas dileawti satu mobil dengan pepohonan kopi di kanan dan kiri jalan. Setelah melaju sekitar 1 km kami melihat beberapa batu di kanan dan kiri jalan. Kami berlima turun dari mobil dan melihat semua batu yang ada, ternyata hanya batu monolith saja dan kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan mencari arca megalitik.
Dan baru sekitar 100 meter mobil melaju terdengar Novi dengan sedikit berteriak menyebut “Itu dio megalitnyo “. Akhirnya kami menemukan arca megalitik yang ciri-cirinya disebutkan oleh Kristantina dan Arnold.
Arca megalitik ini berada di perkebunan kopi berjarak sekitar 20 meter dari jalan. Arca menggambarkan seorang ibu dalam posisi duduk sedang mengendong seorang anak disebelah kanan, terlihat dengan jelas tangan kanan si ibu memegang bagian dada samping si anak dan kepala si anak menempel di pundak si ibu sedang jari kanan dan kiri si ibu memegang lutut. Si ibu memakai gelang tangan dan berbaju seperti jubah berlengan pendek.
Selain 1 arca di sekitar sini hanya ada 3 batu datar. Komplek situs ini berada tak jauh dari tebat atau danau yang di sebut dengan Tebat Serut. Akan tetapi tebat ini tidak dapat kami lihat dengan jelas karena tertutup semak belukar. Situs ini berada di Tebat Serut Talang Mugio desa Talang Padang Tinggi kecamatan Pajar Bulan kabupaten Lahat.  Dari Kota Lahat berjarak sekitar 50 km atau dari Kota Pagar Alam sekitar 20 km.
Dengan penemuan arca megalitik ini maka menambah jumlah artefak dan situs megalitik yang ada di kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan. Dan semakin mengukuhkan Lahat sebagai pemilik situs megalitik terbanyak se Indonesia yang pernah disematkan oleh MURI pada tahun 2012. Juga semakin wajar bila kabupaten Lahat berjuluk Bumi Seribu Megalitik. Akan tetapi dari torehan nama baik tersebut belum diimbangi dengan upaya pelestarian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat, misalnya dengan mengangkat juru pelihara situs oleh Pemda Kabupaten Lahat karena masih cukup banyak situs-situs yang belum memiliki juru pelihara, pembebasan lahan situs agar menjadi destinasi wisata dan mengangkat minimal 1 orang arkeolog untuk ditugaskan di Dinas Kebudayaan dan Pendidikan Kabupaten Lahat sehingga upaya pelestarian dari dan untuk Kabupaten Lahat lebih maksimal apalagi peninggalan arkeologi di Kabupaten Lahat sangat melimpah bukan saja megalitik tetapi juga ada banyak rumah adat bahkan terbanyak se Sumatera Selatan, bangunan heritage dan seni budaya daerah. Jadi kebutuhan minimal seorang arkeolog di Kabupaten Lahat sangat mendesak.
Semoga keberadaan situs megalitik di kabupaten Lahat akan memberikan manfaat dan sumbangsih yang besar untuk masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat. (Mario,  Pajar Bulan, 29 juni 2019)

Jumat, 17 Mei 2019

REFLEKSI 150 TAHUN


Pada tanggal 20 Mei 2019 Kabupaten Lahat genap berusia 150 tahun. Kabupaten Lahat berdiri pada tanggal 20 Mei 1869 yang kala itu bernama Afdeling Palembangsche Bovenlanden atau Afdeling Palembang Dataran Tinggi. Dan merupakan pusat berbagai sektor seperti pemerintahan, militer, pendidikan dan perekonomian bagi daerah-daerah kekuasaan dibawahnya yang akhirnya berkembang menjadi 10 kabupaten/kota disekitarnya.
Usia 150 tahun merupakan suatu usia yang sangat matang dan mapan suatu daerah untuk membangun, menjadi maju dan berkembang. Apalagi di tunjang dengan sumber daya manusia yang tangguh dan sumber daya alam yang sangat melimpah baik yang ada di dalam bumi berupa batubara, minyak dan energi panas bumi juga yang di permukaan bumi seperti pertanian, perkebunan dan pariwisata. Kalau saja dari semua sektor tersebut satu atau dua sektor dikembangkan secara serius dan profesional tentu akan membawa kemajuan dan kemakmuran bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat.
Sekarang timbul sebuah pertanyaan, apakah Kabupaten Lahat dan Kota Lahat sebagai ibukotanya sudah maju dan berkembang dengan sangat pesat sesuai dengan kematangan usianya???? Dan jawabannya adalah belum seperti yang diharapkan. Dari pendapatan daerah Kabupaten Lahat masih di urutan ke-6  di Sumatera Selatan dan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) berada di urutan ke-8 se Sumatera Selatan serta angka kemiskinan masih tergolong tinggi, berdasarkan update terakhir Maret 2019 Kabupaten Lahat di posisi ke-3 tingkat kemiskinan tertinggi di Sumatera Selatan.
Kita bicara secara realistis dan bukan untuk menyalahkan satu pihak atau pihak lainnya tetapi kita mencari solusi agar kondisi yang ada dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dan Kabupaten Lahat menjadi kabupaten terdepan dalam banyak bidang sesuai dengan kematangan umurnya.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat harus berupaya keras untuk meningkatkan dan mengembangkan diri menjadi kabupaten yang terbaik. Kota Lahat sebagai ibukota kabupaten dan juga salah satu kota tertua di Sumatera Selatan harus banyak berbenah diri. Misalnya membangun gerbang kota yang lebih representative dengan motif gerbang yang berciri khas Lahat sehingga ketika orang luar yang baru masuk gerbang Kota Lahat akan mendapat kesan terbaik terhadap Kota Lahat. Dan gerbang kota juga sebagai salah satu indikator kemajuan kota. Lalu jalan-jalan di dalam kota di bangun lebih lebar menjadi dua lajur, di tengah jalur berupa pembatas jalan dan sekaligus menjadi taman. Hal ini bukan saja untuk kelancaran lalu lintas tetapi juga kota menjadi indah dan sejuk. Di kanan dan kiri jalan di bangun trotoar yang lebar dan nyaman untuk semua pengguna jalan khususnya pejalan kaki. Juga lampu-lampu jalan yang mempercantik kota di malam hari. Semua drainase di tepi jalan di buat tertutup dan dapat dijadikan sebagai trotoar.
Pasar-pasar yang ada di Kota Lahat harus direvitalisasi agar lebih baik, aman, indah dan nyaman. Kondisi yang ada sekarang sudah cukup memprihatikan karena tidak ada kesan bersih, indah dan nyaman malah sebaliknya terkesan kotor dan kumuh. Pasar-pasar yang ada selain sebagai tempat jual beli juga dapat dijadikan destinasi wisata dan ini akan menambah pendapatan daerah seperti Pasar Ikan Pike Place, didirikan pada tahun 1930, adalah pasar ikan terbuka yang berlokasi di Seattle, Washington, Amerika Serikat. Pasar ini dikenal karena tradisi mereka yaitu penjual ikan melempar ikan yang telah dibeli oleh pelanggan, sebelum dibungkus. Pasar ini sekarang menjadi tujuan wisata populer di Seattle, menarik hingga 10.000 pengunjung setiap hari, dan sering disebut sebagai yang terkenal di dunia.
Lahan-lahan kosong dapat dijadikan taman kota yang akan memperindah wajah kota menjadi lebih hijau, untuk rekreasi bagi masyarakat kota, untuk menyerap gas karbon dioksida (CO2) yang banyak dihasilkan oleh kendaraan bermotor, mobil, pembakaran sampah dan sebaliknya menghasilkan O2 yang dibutuhkan kita juga taman kota bisa ikut serta dalam rangka mencegah terjadinya banjir, karena air tidak akan langsung terbuang ke sungai /selokan tetapi diserap oleh tumbuhan yang ada di taman kota. Juga menjadi tempat berinteraksi masyarakat kota serta menjadi salah satu destinasi wisata yang berdapat positif bagi perekonomian.
Dengan potensi pariwisata yang melimpah dan terkaya se Sumatera Selatan sudah seharusnya Kabupaten Lahat menjadikan sektor pariwisata menjadi salah satu pundi pendapatan daerah. Kabupaten Lahat sebagai pemilik air terjun terbanyak se Indonesia (143 air terjun), pemilik situs megalitik terbanyak se Indonesia (rekor MURI tahun 2012), pemilik megalitik terbaik se Indonesia (buku Lonely Planet terbit di Inggris), terowongan terpanjang ke-10 se Indonesia, bangunan heritage, sungai untuk rafting, rumah adat, pusat latihan gajah (1 dari 7 pusat latihan gajah se Indonesia) bahkan Kabupaten Lahat pemilik bukit terunik di dunia, Bukit Serelo atau Bukit Jempol.
Seperti kita ketahui banyak kota di banyak negara menggandalkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan pendapatan daerah karena sektor pariwisata dapat menghidupkan geliat ekonomi suatu daerah. Terbukti dari data The World Travel & Tourism Council (WTTC), ada kota-kota besar di dunia yang mayoritas Produk Domestik Bruto ( PDB) berasal dari sektor pariwisata. Hingga pada akhirnya sektor pariwisata menjadi tulang punggung perekonomian penduduk di daerah tersebut. Pendapatan dari sektor pariwisata tidak melulu tentang melihat keindahan alam atau budaya saja tetapi ada MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dan olahraga juga memberi pemasukan yang tinggi untuk sektor pariwisata. Sebagai contoh beberapa kota di dunia dengan PDB tertinggi dari sektor pariwisata adalah Cancun (Meksiko), Orlando dan Miami (Amerika Serikat), Dubrovnik (Kroasia), Venesia (Itali), Dubai (Emirat Arab) dan Bangkok (Thailand). Di Indonesia sendiri kota yang mengandalkan pariwisata sebagai sektor unggulan adalah Bali, Bandung, Banyuwangi dan Yogyakarta serta Aceh pada pertengahan tahun 2018 mencanangkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan.
Metode lain untuk meningkatkan pendapatan daerah misalnya dengan mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerah dari pajak dan restribusi. Dalam hal ini Kepala Daerah harus melakukan langkah konkrit agar sejumlah SKPD yang memiliki kewenangan penarikan pajak daerah dan retribusi benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena mungkin beberapa wajib pajak kurang patuh dalam membayar pajak. Misalnya hotel atau penginapan tidak melaporkan tingkat hunian atau okupansi hotel/penginapan yang sebenarnya padahal hotel/penginapan sudah mengambil pajak dari konsumen dan pihak hotel/penginapan wajib melaporkan pajak yang telah dibayar oleh konsumen.


Untuk mengoptimalkan pendapatan daerah di sektor ini maka di setiap hotel/penginapan di pasang tax monitor berupa alat khusus perkiraan pembayaran pajak pihak tertentu. Bukan hanya hotel/penginapan yang harus di pasang tax monitor atau e-tax akan tetapi juga rumah makan dan restoran. Jika semua hotel/penginapan, rumah makan dan restoran telah menyetorkan pajak yang di pungut dari konsumen dan disetorkan ke pemerintah maka dapat meningkatkan pendapatan daerah. Hal ini sudah dilakukan oleh beberapa hotel, rumah makan dan restoran di Indonesia seperti Palembang yang mulai menerapkan akhir tahun 2018 sedang Banyuwangi sudah menerapkan e-tax sejak Juli 2018 dan hasilnya dalam 3 bulan setelah penerapan terjadi peningkatan sebesar 200 persen di sektor ini. 


 
Begitu juga dengan kegiatan pertambangan yang ada di Lahat dimungkinkan banyak pajak yang dapat di ambil misalnya dari pajak alat-alat berat, pajak jual beli tanah yang dijadikan area pertambangan, pajak mobil truk yang mempunyai pelat no luar Lahat tetapi beroperasi di pertambangan di Lahat.
Cara lain untuk optimalisasi pendapatan daerah adalah menerapkan aturan bahwa setiap unit usaha yang beroperasi di Lahat wajib memiliki badan usaha yang berdomisili di Lahat. Selama ini, mungkin banyak badan usaha yang alamat NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) nya tidak berada di Lahat tetapi melakukan usahanya di Lahat. Untuk hal ini Pemda Kabupaten Lahat harus melakukan pendekatan agar semua unit usaha yang melakukan usaha di wilayah Kabupaten Lahat untuk juga memindahkan pajak perusahaannya ke Kabupaten Lahat.
Untuk mewujudkan semua itu tentu harus ada dukungan semua pihak dan yang terpenting komitmen kepala daerah atau Chief Executive Officer (CEO)  Karena peran kepala daerah atau CEO  menentukan 50 % kesuksesan daerah dalam membangun. Dengan komitmen orang nomor satu di suatu daerah maka semua program dengan mudah akan berjalan atau tidak. Karena tugas pemimpin itu menentukan arah pembangunan dan mengalokasikan semua sumberdaya yang ada.
Semoga dengan momen peringatan hari lahir ke-150 Kabupaten Lahat akan menjadi awal kebangkitan Kabupaten Lahat, menjadi refleksi agar ke depan Kabupaten Lahat menjadi daerah terdepan dalam banyak bidang pembangunan. (Maryoto, Lahat, Ramadhan, 9 Mei 2019)

Senin, 13 Mei 2019

LAHAT, AKANKAH BERCAHAYA KEMBALI


Pada tahun 1869 Regeering Almanac yang diterbitkan di Belanda menyebutkan bahwa Pemerintah Hindia Belanda membagi Karesidenan Palembang menjadi 9 afdeling  yaitu : 1.Afdeling Palembang, 2.Afdeling Tebing Tinggi, 3.Afdeling Lematang Ulu dan Lematang Ilir, 4.Afdeling Komering Ulu, Ogan Ulu dan Enim, 5.Afdeling Rawas, 6.Afdeling Musi Ilir, 7.Afdeling Ogan Ilir dan Belida, 8.Afdeling Komering Ilir, 9.Afdeling Iliran dan Banyuasin.

Dan  pada tahun 1872 terjadi peristiwa regrouping dari 9 afdeling menjadi 7 afdeling lalu pada tahun 1878 di rubah menjadi 6 afdeling. Kemudian pada tahun1918 melalui staatblad nomor 612 afdeling menjadi 4 yaitu : 1.Afdeling Hofdspaats Palembang (Kota Palembang dan sekitarnya), 2.Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Lahat dan sekitarnya), 3.Afdeling Komering Ulu dan Ogan Ilir, 4. Afdeling  Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).

Terjadi lagi perubahan pada tahun 1921 melalui staatblad nomor 465 dan pada tahun 1930 melalui staatblad nomor 352, Karesidenan Palembang di ubah menjadi 3 afdeling yaitu : 1.Afdeling  Palembangsche Benedenlanden (Afdeling Palembang Dataran Rendah) dengan ibukota Palembang dan daerah Banyuasin, Ogan Ilir (Tanjung Raja), Komering Ilir (Kayu Agung), Musi Ilir dan daerah Kubu Sekayu di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Kota Palembang.  2.Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Afdeling Palembang Dataran Tinggi) dengan Ibukota Lahat membawahi enam Onder Afdeling yaitu Lematang Ulu (Lahat), Lematang Ilir (Muara Enim), Tanah Pasamah (Pagar Alam), Tebing Tinggi, Musi Ulu (Lubuk Linggau) dan Rawas (Suru Langun) di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Kota Lahat.  3.Afdeling Ogan Komering Ulu dengan ibukota Baturaja membawahi tiga Onder Afdeling yaitu Ogan Ulu (Baturaja), Muara dua, dan Komering Ulu (Martapura) di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Baturaja.

Maka sejak tahun 1930 Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Afdeling Palembang Dataran Tinggi) dengan Ibukota Lahat membawahi yaitu : 1.Onder  Afdeling Lematang Ulu yang saat ini menjadi Kabupaten Lahat, 2.Onder Afdeling Lematang Ilir yang saat ini menjadi Kabupaten Muara Enim, Kabupaten PALI dan Kota Prabumulih, 3.Onder Afdeling Tanah Pasemah yang saat ini menjadi Kota Pagar Alam, 4.Onder Afdeling Tebing Tinggi yang saat ini menjadi Kabupaten Empat Lawang, 5.Onder Afdeling Musi Ulu yang saat ini menjadi Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas, 6.Onder Afdeling Rawas yang saat ini menjadi Kabupaten Musi Rawas Utara dan Kabupaten Sarolangun

Kota Lahat sejak tahun 1930 hingga awal masa kemerdekaan sampai dengan dekade tahun 1990an merupakan pusat pemerintahan, militer, ekonomi dan kota terbesar  bagi 6 onder afdeling yang saat ini menjadi 10 kabupaten/kota. Kala itu Kota Lahat masih menjadi Kota Pelajar karena para pelajar dari semua kabupaten tetangga sekolah di Kota Lahat, masih menjadi pusat perekonomian karena semua kabupaten tetangga pergi ke Kota Lahat untuk kebutuhan ekonomi. Akan tetapi secara berangsur Kota Lahat sebagai kota pelajar sirna dan kabupaten/kota tetangga berkembang dengan pesatnya.

Sesuai dengan perkembangan jaman daerah-daerah kekuasaan di bawah Kabupaten Lahat berdiri memisahkan diri seperti pada tanggal 20 April 1943 berdiri Kabupaten Musi Rawas lalu pada tanggal 20 Nopember 1946 berdiri Kabupaten LIOT yang kemudian berganti nama menjadi Kabupaten Muara Enim.
Pada tanggal 10 Oktober 1999 berdiri Kabupaten Sarolangun kemudian pada tanggal 21 Juni 2001 berdiri Kota Pagar alam dan 5 bulan kemudian pada tanggal 17 Oktober 2001 berdiri Kota Prabumulih dan Kota Lubuk Linggau. Kota Prabumulih merupakan pemekaran dari Kabupaten Muara Enim dan Kota Lubuk Linggau yang sebelumnya merupakan ibukota Kabupaten Musi Rawas sejak tahun 1943.
Pada tanggal 20 April 2007 Kabupaten Empat Lawang berdiri dari hasil pemekaran Kabupaten Lahat. Tahun 2013 tepatnya 11 Januari berdiri Kabupaten PALI hasil pemekaran Kabupaten Muara Enim dan pada tanggal 10 Juli 2013 berdiri kabupaten ke-17 di Sumatera Selatan, Kabupaten Musi Rawas Utara dari pemekaran Kabupaten Musi Rawas.

Satu demi satu wilayah Kabupaten Lahat memisahkan diri dan berkembang maju dengan pesat sebut saja Kota Lubuk Linggau yang saat ini menjadi kota terbesar ke-2 se Sumatera Selatan. Padahal kota ini baru terbentuk pada tahun 1933 karena menjadi ibukota Onder Afdeling Musi Ulu setelah selesainya pembangunan jalur kereta api Kertapati – Lubuk Linggau.  Lalu Kota Prabumulih yang saat ini menjadi kota terbesar ke-3 se Sumatera Selatan yang baru berdiri tahun 2001. Kedua kota ini  baru berumur 18 tahun tetapi kemajuan kotanya meninggalkan saudara tertuanya Lahat.

Kabupaten Lahat yang merupakan kabupaten induk dari 10 kabupaten/kota saat ini telah tertinggal jauh dalam beberapa sektor pembangunan dengan kabupaten/kota yang  sebelumnya di bawah kekuasaan Kabupaten Lahat. Seperti pada sektor ekonomi di lihat dari PAD Kabupaten Lahat belum menunjukkan sebagai kabupaten tertua dengan PAD tertinggi malah masih tertinggal dengan saudara mudanya Kabupaten Muara Enim dimana  tahun 2018 Kabupaten Muara Enim dengan PAD sebesar 2,4 triliun dan Kabupaten Lahat hanya sebesar 1,8 triliun lebih sedikit di atas PALI sebesar 1,5 triliun dan Musi Rawas sebesar 1,6 triliun.

Di lihat dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia) tahun 2018 Kabupaten Lahat sebesar 66,99% menempati urutan ke-8 dari 17 Kabupaten/kota se Sumatera Selatan masih di bawah Kabupaten Muara Enim di urutan ke-5 sebesar 68,28%, di urutan ke-6 Pagar Alam sebesar 67,62% sedang Kota Lubuk Linggau di urutan ke-3 sebesar 74.09% dan Kota Prabumulih sebesar 77.04% di urutan ke-2.

Untuk persentase penduduk miskin di Sumatera Selatan tahun 2018 update Maret 2019 Kabupaten Lahat menduduki peringkat ke-3 kabupaten/kota termiskin se Sumatera Selatan dengan persentase 16,15% tidak lebih baik dari kabupaten/kota tetangga dan sekaligus saudara mudanya. Muara Enim dengan persentase 12,56% urutan ke-8 dan Empat Lawang 12,25%  urutan ke-7 sedang Pagar Alam menjadi jawara tingkat kemiskinan terendah se Sumatera Selatan dengan persentase 8,77%.

Di sektor pariwisata Kabupaten Lahat memiliki potensi terbanyak dan terkaya se Sumatera Selatan sebut saja Kabupaten Lahat sebagai pemilik air terjun terbanyak se Indonesia (143 air terjun), pemilik situs megalitik terbanyak se Indonesia (rekor MURI tahun 2012), pemilik megalitik terbaik se Indonesia (buku Lonely Planet terbit di Inggris), terowongan terpanjang ke-10 se Indonesia, bangunan heritage, sungai untuk rafting, rumah adat, pusat latihan gajah (1 dari 7 pusat latihan gajah se Indonesia) bahkan Kabupaten Lahat pemilik bukit terunik di dunia, Bukit Serelo atau Bukit Jempol. Tetapi semua potensi tersebut belum mampu membawa kesejahteraan dan  kemakmuran masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat. Potensi yang melimpah belum dikelola secara serius dan profesional dan  belum adanya komitmen pemerintah daerah untuk membangun dan menjadikan potensi tersebut menjadi destinasi unggulan.

Pada sektor perkebunan kopi walaupun Kabupaten Lahat merupakan salah satu kabupaten yang memiliki lahan perkebunan kopi terluas se Sumatera Selatan akan tetapi brand kopi Lahat masih kalah dengan kopi Lampung dan kopi Sumatera Selatan lainnya.  Kopi Semendo dari Muara Enim dan kopi Empat Lawang lebih dikenal saat ini karena kedua kopi tersebut telah mendapat IG ( Indikasi Geografis)  yang dikeluarkan oleh Dirjen Kekayaan Intelektual KemenkumHam RI dan memiliki kekuatan hukum. Indikasi Geografis ini akan melindungi petani kopi agar mereka dapat menikmati keuntungan maksimal dari kopi yang mereka hasilkan.
Kota Lahat sebagai ibukota Kabupaten Lahat tidak menunjukkan suatu perkembangan yang signifikan. Jalan-jalan kota tidak mengalami perubahan atau penambahan sedangkan jumlah kendaraan setiap harinya bertambah bahkan sejak awal Kota Lahat  berdiri kendaraan jenis truk dan bis dengan ukuran terbesar sekalipun masih harus melewati pusat Kota Lahat karena belum adanya jalan lingkar luar kota. Gerbang kota dari 3 penjuru masuk Kota Lahat tidak menunjukkan perubahan berarti, semestinya ke-3 gerbang masuk kota di bangun semegah dan seindah mungkin dan menjadi suatu indikator perkembangan suatu kota. Jalan-jalan dalam kota masih sempit, jalan-jalan ini masih hasil buatan jaman Belanda. Belum ada upaya pelebaran dan pembuatan jalan baru. Trotoar kota yang tak nyaman untuk pejalan kaki, pasar-pasar yang kumuh dan tak terurus, drainase yang sempit dan mampet, parkir kota yang semrawut dan membuat macet.

Kapan Kota Lahat dan Kabupaten Lahat akan menjadi pusat perekonomian, pendidikan, pemerintahan dan kota terbesar seperti awal berdirinya dahulu???? Ini akan menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar untuk pemimpin Lahat yang sedang memimpin Lahat saat ini. Akankah Lahat Bercahaya dan bersinar seperti sediakala? Semoga di momen hari jadi Kabupaten Lahat ke-150 tahun 2019 akan menjadi awal kebangkitan Kabupaten Lahat yang maju berkembang, adil dan makmur untuk semua. (Maryoto, Lahat, 4 Mei 2019)

Sabtu, 11 Mei 2019

CUGHUP KE-143, JELAJAH NEGERI MENGENAL ALAM


DALAM waktu seminggu, Tim Panoramic of Lahat berhasil mengunjungi dua air terjun di Kabupaten Lahat yang belum sama sekali di liput oleh media manapun.
Kalau sebelumnya, Panoramic of Lahat menemukan air terjun ke 142 di Kabupaten Lahat yang terletak di desa Perangai kecamatan Merapi Selatan. Dua hari berikutnya, Panoramic of Lahat yang dikomandoi ketuanya Maryoto atau yang lebih akrab di panggil dengan Mario Andramartik mengunjungi Desa Masam Bulau di Kecamatan Tanjung Sakti Pumi.
Di desa ini, Panoramic of Lahat mengunjungi Air Terjun Mangkok bersama Ketua Karang Taruna dan Tokoh Pemuda Desa Masam Bulau bernama Wandi.
Dari desa tim mengendarai sepeda motor menyusuri pematang sawah yang telah dijadikan jalan setapak berbeton sejauh sekitar 600 meter, lalu berjalan kaki menyusuri tepi sungai dan menyusuri pematang sawah sejauh 300 meter. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan perjalanan sejauh 100 meter menyusuri aliran sungai setinggi mata kaki.
Keindahan Air Terjun Mangkok dengan lebatnya pepohonan di sekitar air terjun menambah kesejukan mata memandang. Air terjun bertingkat tiga dengan airnya yang jernih, bersih dan membentuk lubuk atau danau di bawahnya mengundang rasa untuk berenang. Tetapi, karena waktu sudah sore dan hari akan hujan kami hanya berfoto dan membuat video.
Baru saja kami berjalan 100 meter meninggalkan lokasi air terjun hujan sudah turun dan kami putuskan untuk terus melanjutkan perjalanan pulang ke desa walau harus berbasah ria. Kami berlari-lari kecil menyusuri pematang sawah terus menyeberangi sungai kecil dengan air setinggi betis terus berlari menyusuri tepi sungai untuk menuju sepeda motor yang kami gunakan untuk kembali ke desa. Suatu pengalaman yang sangat berkesan.
Air Terjun Mangkok bertingkat tiga yang kami lihat ternyata masih menyimpang keindahan pada bagian atasnya, dan kata Wandi sang tokoh desa bahwa ketinggian Air Terjun Mangkok ini secara keseluruhan setinggi 70 meter dan bertingkat-tingkat, tetapi karena waktu sudah sore maka kami belum dapat melihat semua air terjun.
Maka dengan letak yang tak jauh dari desa dan mudah di jangkau serta keindahannya yang menawan bak perawan desa nan cantik jelita. Tak mustahil, air terjun ini dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan pemerintah.
Yach, sangat potensial untuk dijadikan obyek wisata ujar Maryoto sang Tokoh Penggerak Kebudayaan dan Kepariwisataan Sumsel yang tak pernah kenal lelah mengunjungi seantero Kabupaten Lahat, Empat Lawang dan Pagaralam untuk mendata, mendokumentasi dan mempromosikannya. 

Kamis, 09 Mei 2019

CUGHUP MATE PELUBANG, JELAJAH NEGERI MENGENAL ALAM


PANORAMIC of Lahat sebuah lembaga yang konsen dan peduli dengan pengembangan pariwisata dan kebudayaan di Kabupaten Lahat yang beberapa bulan lalu mendapat penghargaan sebagai Komunitas Peduli Cagar Budaya Nasional dari Kemendikbud RI mewakili Sumbangsel, tak pernah berhenti menggali potensi Kabupaten Lahat.
Kali ini Panoramic of Lahat yang dipimpin langsung ketuanya Maryoto atau yang lebih di kenal sebagai Mario Andramartik bersama timnya Herli, Aan dan Andra bersama Karang Taruna Desa Perangai Kecamatan Merapi Selatan meninjau air terjun yang baru dibuka oleh Karang Taruna Desa Perangai.
Untuk mencapai air terjun ini tidaklah sulit. Dari desa dengan sepeda motor hanya memakan waktu 5 menit dengan melintasi jalan ke arah Lahat Selatan atau Pagar Gunung, lalu belok kiri melintasi jalan beton yang sangat apik. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 5 menit menyusuri semak belukar dan aliran sungai. Dan terlihatlah, air yang jatuh dari ketinggian sekitar 15 meter berwarna jernih dengan rimbunnya pepohonan di sekitar air terjun.
Air yang mengalir ini disebut sebagai Ayek Mate Pelubang yang mengalir ke Ayek Suban dan air terjun dengan ketinggian 15 meter ini disebut Air Terjun Mate Pelubang, air terjun yang ke 142 yang ada di Lahat dan dikunjungi Panoramic of Lahat.
Di lokasi ini, ada air terjun lagi di bawahnya yang disebut Air Terjun Mandian Bulan dengan ketinggian sekitar 10 meter dan dengan lubuk di bawahnya seluas 5 meter dan kedalaman 2 meter.
Air terjun ini sangat potensial untuk dijadikan destinasi pariwisata di Kecamatan Merapi Selatan. Apa lagi jalan dari Kecamatan Merapi Selatan dengan Kecamatan Lahat Selatan dan Pagar Gunung dapat dibuka, sehingga wisatawan dapat datang dari arah Merapi Area, Pagar Gunung, Lahat Selatan dan Kota Lahat.
Selain itu, dalam perjalanan ke air terjun terdapat pemandangan beberapa bukit yaitu; Bukit Punggue Betine, Bukit Punggue Lanang, Bukit Kuning, Bukit Teloe, Bukit Tapak Kajang, Bukit Besak dan Bukit Jempol.

Semoga akses jalan menuju air terjun ini dapat segera dibangun untuk menumbuhkan titik ekonomi baru di area ini. Maryoto selaku Tokoh Penggerak Kebudayaan dan Kepariwisataan Sumsel 2016 yang tak henti mendata dan promosikan potensi Kabupaten Lahat, Pagaralam dan Empat Lawang berharap agar kawasan ini menjadi destinasi wisata unggulan Sumatera Selatan.

Minggu, 05 Mei 2019

CUGHUP MUARE MAS, JELAJAH NEGERI MENGENAL ALAM


Minggu ini akhir Januari 2019 bertambah lagi jumlah air terjun yang di data oleh Panoramic of Lahat, yang merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan dan pariwisata.Sebelumnya jumlah air terjun sudah tercatat sebanyak 140. Dan sekarang menjadi 141 air terjun dan hal ini makin menguatkan Kabupaten Lahat sebagai  pemilik air terjun terbanyak se-Indonesia.Panoramic of Lahat melalui Ketuanya Maryoto atau yang lebih dikenal sebagai Mario Andramartik telah mendaftarkan air terjun terbanyak se Indonesia ke MURI (Museum Rekor Indonesia) pada tahun 2016.Dengan kontur daerah perbukitan yang dimiliki Kabupaten Lahat tidak mustahil kalau memiliki banyak air terjun. Kali ini Panoramic of Lahat dengan dipimpin langsung Ketuanya Maryoto dan beberapa anggotanya mendatangi air terjun yang terletak di Desa Lesung Batu Kecamatan Pagar Gunung.Untuk mencapai air terjun ini dari Kota Lahat dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat atau roda dua berjarak sekitar 30 km.Kendaraan roda dua sejenis motor trail dapat mendekat hingga kebun kopi dan dilanjutkan berjalan kaki sekitar 100 meter.Air terjun di dataran lengkupi bernama Air Terjun Muare Mas dari sumber Sungai Sugih yang mengalir ke Sungai Lengkupi yang berair jernih walau di musim kemarau di mana air Lematang berair keruh.‘’Air terjun dengan ketinggian sekitar 15 meter masih sangat alami bahkan pemuda desa Lesung Batu yang mengantar kami baru pertama kali ke air terjun ini. Menurut warga yang berada di air terjun menuturkan bahwa kami merupakan pihak dari luar desa sini yang pertama ke air terjun Muare Mas,’’ ujar Maryoto, Selasa (29/1).Disebut air terjun Muare Mas konon katanya air terjun terlihat warnanya kuning seperti emas. Dan air yang mengalir di sebut air atau sungai sugih karena konon ada pesugihan berupa tanaman buah yang berada di atas aliran sungai. Bila ada orang yang berada di atas air terjun dan menemukan tanaman buah dan terlihat ada buahnya maka segera ambil dan itu akan membawa berkah atau menjadi sugih kalau tidak di ambil dan menunggu besok saja maka pada keesokan harinya buah tersebut sudah tidak ada lagi

Sabtu, 16 Februari 2019

SEJENGKAL TANAH LANGKA, JELAJAH NEGERI MENGENAL ALAM


Udara terasa sejuk walau mentari bersinar terang, siang hari yang panas tak membuat rasa panas dan rasa haus, malah membuat hati tenang dan nyaman.
Di belakang rumah batu yang bentuknya berbeda dari kebanyakan rumah di pedesaan di kabupaten Lahat terdapat sebuah kebun. Kebun ini sangat berbeda dengan kebun kebanyakan di pekarangan rumah di pedesaan. Biasanya pekarangan rumah di pedesaan ditanami sayuran atau buah - buahan yang hasilnya untuk mencukupi kebutuhan harian si pemilik kebun. Akan tetapi kebun di pekarangan rumah Arsyan sangat berbeda.
Asyan Djatoha seorang warga desa Bintuhan kecamatan Kota Agung kabupaten Lahat yang telah pensiun dari PTPN 7. Setelah tidak lagi bekerja di perusahaan negara tersebut Arsyan habiskan waktu pensiunnya dengan menanam berbagai macam tanaman di pekarangan rumahnya seluas sekitar 1 ha.
Dengan pengalamannya bekerja di PTPN maka Arsyan sangat mengenal baik berbagai macam tanaman baik tanaman buah, tanaman obat dan tanaman langka. Maka dari itu Arsyan menanam berbagai macam tanaman. Ketika Arsyan kembali ke kampung halamannya pada tahun 1994, Arsyan sedih dan merasa miris melihat kampungnya yang subur banyak ditumbuhi semak belukar dan masyarakat desa membeli sayuran yang di tanam di Pagar Alam maka Arsyan bersama sang istri menanam berbagai macam sayuran untuk kebutuhan keluarganya dan akhirnya hal ini dapat menular ke beberapa tetangga di desanya.
Arsyanpun melihat banyak tanaman keras dan buah-buahan juga sudah sulit ditemukan maka dari itu Arsyan menananm berbagai macam tanaman. Arsyan ingin mewariskan kepada generasi berikutnya agar tetap dapat melihat tanaman-tanaman yang tumbuh di Lahat dan sekitarnya. Apalagi tanaman endemik daerah Pasemah kalau tidak ada lagi yang menanam maka akan punah.
Arsyan mengklasifikasinya berbagai macam tanaman yang ditanam di pekarangan rumahnya misal tanaman obat atau rempah ada kayu manis, cengkeh, salam, mengkudu, melinjo, sirih merah, sirih hijau, lada, kayu afrika, mahkota dewa, cintewali, binagul, asam, murbei dan jarak pintisilan. Tanaman palem ada kelapa, pinang, aren, palem raja dan palem tokek. Berbagai jenis tanaman bambu ada bambu mayan, bambu dabuk, bambu hitam, bambu kuning, bambu jepang, bambu china, bambu bemban dan bambu kapal.
Arsyan juga menanam berbagai tanaman keras atau kayu seperti kayu mahoni, kayu bambang, kayu ndelupang, kayu kenari juga ada kayu langka seperti kayu merbau dan gaharu. Berbagai jenis pisang juga di tanam disini seperti pisang lilin, pisang susu, pisang raja, pisang tanduk, pisang moli, pisang selawi, pisang emas dan pisang raje. Ada 3 jenis kopi ditanam di pekarangan Arsyan yaitu kopi robusta, arabika dan liberika juga ada kakoa.
Puluhan jenis buah-buahan di tanam juga di sini ada durian, manggis, mangga, alpukat, rambutan, sawo manila, sawo duren, jambu air putih, jambu air merah, jambu air hijau, jambu air madu, jambu bol, jambu jamaika, jambu Bangkok, kelengkeng, kemang, kepayang, kedui, kueni, sali, leci, cermin hijau, cermin merah, rambai, sukun, matoa, duku, getapan, sirsak, belimbing besi, nangka, petai, jeruk, jengkol, buah delima, buah naga, lidah badak, anggur dan mbacang.
Tanah di pekarangan belakang rumah Arsyan dengan tanaman berjumlah lebih dari seratus jenis tanaman bak sejengkal tanah langka di dataran tinggi perbukitan Bukit Barisan. Sementara banyak masyarakat menanam atau berkebun kopi atau karet sebagai mata pencarian tetapi Arsyan menanam berbagai macam tanaman untuk pelestarian tanaman agar anak cucu tetap dapat melihat tanaman langka.
Kami team Panoramic of Lahat yang terdiri dari Maryoto, Bayu, Herli, Egi, Yayan yang ditemani oleh sahabat kami yang berasal dari desa Kebun Jati kecamatan Kota Agung Rohimah dan sang suami Wasiri di terima dengan sangat ramah di rumah Arsyan. Sebuah ruamh tembok dengan arsitektur dan bentuk yang berbeda dengan rumah pada umumnya di desa Bintuhan Kota Agung. Setelah berbincang tentang maksud kedatangan kami maka Arsyan membawa kami ke pekarangannya di belakang rumah.
Pertama kali kami diperkenalkan dengan durian montong yang sedang berbuah lebat dan sebentar lagi siap untuk di panen, terus diperlihatkan pohon kedui tetapi belum ada buahnya, pohon Sali yang sedang berbuah lebat dan kami dipersilahkan untuk mencicipi buah Sali dengan cita rasa yang manis. Kami terus berjalan melihat satu per satu tanaman yang ada. “itu pohon ndelumpang “ kata Arsyan sambil menunjuk ke arah pohon yang berdiri lurus seperti pohon bambang. “Pohon ndelumpang dahulu digunakan untuk membuat kincir air karena kayu pohon ndelumpang selain lurus juga tahan air” lanjut Arsyan menjelaskan kepada kami.
“Nah pohon durian ini kulitnya terkelupas seperti ini karena di cakar-cakar beruang” kata Arsyan menjelaskan ketika saya melihat pohon durian dengan kulit terkelupas. “oh……jadi di sini masih ada beruang dan binatang liar lainya” tanyaku penasaran. Dan Arsyan menjelaskan bahwa di belakang kebunnya memang masih semak belukar dan sengaja di rimbunkan tidak di buka sama sekali.
Walau telah berusia lebih dari 70 tahun namun semangatnya untuk tetap melestarikan tanaman langka dan pelestarian lingkungan secara global wajib di apresiasi. Arsyan terus berjalan di bagian paling depan dan terus menjelaskan satu per satu pohon-pohon yang ada di pekarangannya. Kami diperlihatkan berbagai macam bambu yang sangat jarang kami lihat, juga pohon gaharu yang lumayan banyak di tanam oleh Arsyan. Kami sempat menikmati durian yang telah jatuh di tepi kolam sedang buah manggis yang sedang lebat berbuah belum dapat kami cicipi karena belum matang tetapi di pohon manggis ini kami sempat membuat video blog untuk kami posting di Instagram.
Tak terasa kami telah berkeliling kebun di pekarangan belakang rumah Arsyan  hampir satu jam lamanya. Walau di siang hari dan mentari bersinar terang tetapi di kebun Arsyan kami merasa tidak kepanasan karena banyaknya pepohonan dan sebaliknya membuat kami merasa sejuk dan nyaman sembari mendengar cerita Arsyan dan menikmati buah Sali yang masih dalam genggaman tangan kami.
Arsyan masih optimis agar di kecamatan Kota Agung dapat dikembangkan menjadi sentra buah manggis sehingga nantinya bisa menjadi penghasilan tambahan petani kopi dan karet juga dapat dikembangkan menjadi agrowisata buah manggis.
Setelah keliling kebun langka di pekarangan belakang rumah Arsyan terbesit dalam benak pikiranku untuk suatu saat dapat mewujudkan impian Arsyan dalam pelestarian lingkungan. Aku ingin suatu saat nanti dapat membuat kebun buah dimana ada berbagai macam tanaman buah khususnya tanaman buah endemik Pasemah. Dalam kebun buah ini akan ada beberapa pohon manggis, lalu pohon Sali dalam satu baris lain, pohon kedui di barisan lainnya lagi dan seterusnya setiap baris atau blok merupakan satu jenis buah-buahan.
Kebun buah ini nantinya selain menjadi agrowisata yang dapat dijadikan untuk arena berwisata juga dapat dijadikan edukasi bagi anak-anak untuk mengenal berbagai jenis tanaman buah serta dapat juga menjadi tempat penelitian pohon buah langka. Apalagi dapat dikombinasikan atau terintegrasi dengan potensi pariwisata disekitarnya seperti keberadaan rumah adat, megalit, air terjun, tebat atau danau dan kerajinan tangan masyarakat. Hal ini akan menjadi titik perekonomian masyarakat baru bagi masyarakat yang selama ini hanya mengandalkan bertanam kopi atau karet.
Sudah sewajarnya Kabupaten Lahat, Pagar Alam dan Empat Lawang yang berada di perbukitan Bukit Barisan dengan sumber daya alam yang sangat melimpah khususnya  sumber daya pariwisata dapat dikembangkan dengan semaksimal mungkin dan dikelola secara professional menjadi destinasi pariwisata unggulan Sumatera Selatan. {Maryoto}