
Tahun 1929 status Lubuklinggau adalah
sebagai Ibu Kota Marga Sindang Kelingi Ilir, pada tahun
1933 pembangunan jalur kereta api Kertapati – Lubuklinggau telah selesai dan
Lubuklinggau sebagai pemberhentian terakhir di bangun stasiun kereta api. Lubuklinggau
menjelma menjadi sebuah kota maka ibukota Onder Afdeling Musi Ulu yang berada
di Muara Beliti dipindahkan ke Lubuklinggau pada tahun 1933. Sejak masa itulah
Lubuklinggau terus membangun dan pada tahun 1948 ditetapkan menjadi ibukota
Kabupaten Musi Rawas.
Dengan di dukung
oleh masyarakat dan perencanaan yang baik pemerintah daerah Lubuklinggau terus membangun
dan melesat menjadi kota besar dan akhirnya pada tahun 2001 Lubuklinggau ditetapkan menjadi
Kota Lubuklinggau sebuah kota otonomi dan berdiri sendiri berpisah dari
induknya Kabupaten Musi Rawas. Saat ini Lubuklinggau menjadi kota terbesar
kedua di Sumatera Selatan.
Setelah menjelma
menjadi sebuah kotamadya, pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan bergerak
dengan sangat cepatnya. Pembangunan jalan kota dari 3 penjuru jalan masuk ke
kota Lubuklinggau dari arah Surolangun (Jambi), dari arah Rejang Lebong (Bengkulu)
dan dari arah Empat Lawang dibangun dengan baik. Jalan yang lebar, lurus dan
datar sehingga memudahkan pengguna jalan dan tak bisa dihindarkan lagi
sepanjang jalan ini tumbuh berbagai kegiatan ekonomi seperti pertokoan, pusat
perbelanjaan, perhotelan, kuliner, hiburan, perbankan, dan finance.
Kota Lubuklinggau memiliki beberapa
pasar seperti Pasar Satelit Bukit Sulap dan Pasar Muara. Kota Lubuklinggau juga
memiliki tempat perbelanjaan modern, yaitu Linggau Lippo Plaza, JM Linggau, SM
Swalayan Lubuklinggau, SM Swalayan Garuda Lubuklinggau, SM Swalayan Batu Urip Lubuklinggau,
Sinar Baru Toserba Lubuklinggau, Ceria Toserba Lubuklinggau dan beberapa mini market
pun sudah banyak di Kota Lubuklinggau seperti Alfamart, Indomaret, SM Mart, dll.
Sektor perhotelan
berkembang dengan pesat bak jamur di musim hujan, ada hotel bintang satu hingga
bintang tiga seperti Hotel Arwana, Hotel Royal, Hotel Transit, Hotel Lintas
Sumatera, City Hotel, Hotel Sempurna, Hotel Metta, Smart Hotel, Amazing
Riverside Hotel, WE Hotel, Hotel Dewinda, Hotel Hakmaz Taba Syariah, Burza
Hotel, Abadi Hotel, Cozy Style Hotel, Airy Yos Sudarso, Dafam Hotel dan total
tak kurang dari 26 hotel di Lubuklinggau. Rumah sakit swastapun ikut mewarnai
perkembangan Kota Lubuklinggau sebut saja Rumah Sakit Bunda dan Rumah Sakit Siloam.
Event nasional dan
internsional juga pernah dilaksanakan seperti Kejuaraan Nasional MTB 2017, Asia
Pasific Championship 2017, Kejuaraan Nasional MTB 2019 dan Road Bike Pra PON
2020. Bahkan rencananya Pemerintah Kota Lubuklinggau akan menjadi tuan rumah
even 2022 Mountain Bike Marathon World Championship.
Pada tahun 2013, Pemerintah Kota
Lubuklinggau membuat program VISIT LUBUKLINGGAU 2015 dalam rangka meningkatkan
kepariwisataan Kota Lubuklinggau. Beberapa destinasi wisata yang ada di Kota
Lubuk Linggau seperti Bukit Sulap,
yang letaknya sekitar 2 km
dari pusat kota diresmikan oleh Gubernur Sumatra Selatan pada tahun 2014. Tempat wisata ini sudah
dilengkapi lahan parkir yang luas, pertokoan dan dilengkapi dengan inclinator yang telah selesai
dibangun pada tahun 2016. Dengan inclinator ini pengunjung dapat melihat
langsung kota Lubuk Linggau dan bukit yang mengelilinginya dari puncak Bukit
Sulap. Air Terjun Temam atau
disebut juga "Niagara Lubuklinggau", yang letaknya sekitar 8 km dari pusat kota sudah
dilengkapi lahan parkir, pertokoan dan waterpark. Pada malam hari, Air Terjun
Temam akan terlihat lebih indah karena dilengkapi dengan lampu sorot warna
warni. Masjid Agung As-Salam, merupakan masjid terbesar di Kota Lubuklinggau.
Masjid ini dilengkapi dengan Taman Kurma (eks Lapangan Merdeka) yang pohon
kurmanya didatangkan langsung dari Arab. Masjid
ini dilengkapi juga dengan air mancur menari-nari yang akan menari setiap adzan.
Hal ini akan menjadi daya tarik wisatawan. Museum
Subkoss Garuda, terletak di dekat Masjid Agung As-Salam, berisi
peninggalan-peninggalan alat-alat saat perang kemerdekaan di Lubuklinggau. Watervang sebuah
bendungan yang di bangun di masa kolonial yang hingga kini masih berfungsi. Lalu
Kampung warna warni di tepi sungai Kelingi yang menambah geliat pariwisata di
Kota Lubuk Linggau. Terletak tepat di kawasan pemukiman padat
penduduk Daerah Aliran Sungai (DAS), Kelurahan Linggau Ulu, Kecamatan Linggau
Barat I, dan di Kelurahan Ulak Surung, Kecamatan Utara II, Kota Lubuk linggau.
Dan yang paling terbaru adalah
Taman Wisata Tepian Kelingi Bukit Sulap yang letaknya berseberangan dengan
Kampung Warna Warni. Taman dengan berbagai warna warni bunga yang di tata
sedemikian rupa dan rumah-rumah kayu menambah indahnya suasana taman di tepi
sungai Kelingi ini.
Lapangan
terbang Silampari yang selama ini sebagai penerbangan perintis di sulap menjadi
bandar udara Silampari yang melayani penerbangan komersial dengan masuknya
berbagai maskapai penerbangan nasional seperti Nam Air telah melakukan
penerbangan perdana pada 30 Mei 2015 dengan pesawat Boing 737 – 500 dengan
kapasitas penumpang 119 orang dan Batik Air
yang melakukan pendaratan pertama pada 21 Juni 2017 dengan pesawat Air
Bus 320 dari Jakarta yang lebih mempermudah akses untuk masuk ke Kota Lubuklinggau.
Maka dengan adanya maskapai penerbangan ini maka akses masuk ke Lubuklinggau
lebih mudah dan cepat sehingga membuat perkembangan Kota Lubuklinggau sangat
signifikan.
Semoga Lubuk
Linggau makin berkembang menjadi kota metropolis sejajar dengan kota Palembang dan
masyarakatnya makin makmur dan sejahtera. (Mario Andramartik,18 Juli 2019).