
Udara terasa sejuk walau mentari bersinar terang,
siang hari yang panas tak membuat rasa panas dan rasa haus, malah membuat hati
tenang dan nyaman.
Di belakang rumah batu yang bentuknya berbeda dari
kebanyakan rumah di pedesaan di kabupaten Lahat terdapat sebuah kebun. Kebun
ini sangat berbeda dengan kebun kebanyakan di pekarangan rumah di pedesaan.
Biasanya pekarangan rumah di pedesaan ditanami sayuran atau buah - buahan yang
hasilnya untuk mencukupi kebutuhan harian si pemilik kebun. Akan tetapi kebun
di pekarangan rumah Arsyan sangat berbeda.
Asyan Djatoha seorang warga desa Bintuhan kecamatan
Kota Agung kabupaten Lahat yang telah pensiun dari PTPN 7. Setelah tidak lagi
bekerja di perusahaan negara tersebut Arsyan habiskan waktu pensiunnya dengan
menanam berbagai macam tanaman di pekarangan rumahnya seluas sekitar 1 ha.
Dengan pengalamannya bekerja di PTPN maka Arsyan
sangat mengenal baik berbagai macam tanaman baik tanaman buah, tanaman obat dan
tanaman langka. Maka dari itu Arsyan menanam berbagai macam tanaman. Ketika
Arsyan kembali ke kampung halamannya pada tahun 1994, Arsyan sedih dan merasa
miris melihat kampungnya yang subur banyak ditumbuhi semak belukar dan
masyarakat desa membeli sayuran yang di tanam di Pagar Alam maka Arsyan bersama
sang istri menanam berbagai macam sayuran untuk kebutuhan keluarganya dan
akhirnya hal ini dapat menular ke beberapa tetangga di desanya.
Arsyanpun melihat banyak tanaman keras dan buah-buahan
juga sudah sulit ditemukan maka dari itu Arsyan menananm berbagai macam
tanaman. Arsyan ingin mewariskan kepada generasi berikutnya agar tetap dapat
melihat tanaman-tanaman yang tumbuh di Lahat dan sekitarnya. Apalagi tanaman
endemik daerah Pasemah kalau tidak ada lagi yang menanam maka akan punah.
Arsyan mengklasifikasinya berbagai macam tanaman yang
ditanam di pekarangan rumahnya misal tanaman obat atau rempah ada kayu manis,
cengkeh, salam, mengkudu, melinjo, sirih merah, sirih hijau, lada, kayu afrika,
mahkota dewa, cintewali, binagul, asam, murbei dan jarak pintisilan. Tanaman
palem ada kelapa, pinang, aren, palem raja dan palem tokek. Berbagai jenis tanaman
bambu ada bambu mayan, bambu dabuk, bambu hitam, bambu kuning, bambu jepang,
bambu china, bambu bemban dan bambu kapal.
Arsyan juga menanam berbagai tanaman keras atau kayu seperti
kayu mahoni, kayu bambang, kayu ndelupang, kayu kenari juga ada kayu langka
seperti kayu merbau dan gaharu. Berbagai jenis pisang juga di tanam disini
seperti pisang lilin, pisang susu, pisang raja, pisang tanduk, pisang moli,
pisang selawi, pisang emas dan pisang raje. Ada 3 jenis kopi ditanam di
pekarangan Arsyan yaitu kopi robusta, arabika dan liberika juga ada kakoa.
Puluhan jenis buah-buahan di tanam juga di sini ada
durian, manggis, mangga, alpukat, rambutan, sawo manila, sawo duren, jambu air
putih, jambu air merah, jambu air hijau, jambu air madu, jambu bol, jambu
jamaika, jambu Bangkok, kelengkeng, kemang, kepayang, kedui, kueni, sali, leci,
cermin hijau, cermin merah, rambai, sukun, matoa, duku, getapan, sirsak,
belimbing besi, nangka, petai, jeruk, jengkol, buah delima, buah naga, lidah
badak, anggur dan mbacang.
Tanah di pekarangan belakang rumah Arsyan dengan
tanaman berjumlah lebih dari seratus jenis tanaman bak sejengkal tanah langka
di dataran tinggi perbukitan Bukit Barisan. Sementara banyak masyarakat menanam
atau berkebun kopi atau karet sebagai mata pencarian tetapi Arsyan menanam
berbagai macam tanaman untuk pelestarian tanaman agar anak cucu tetap dapat
melihat tanaman langka.
Kami team Panoramic of Lahat yang terdiri dari
Maryoto, Bayu, Herli, Egi, Yayan yang ditemani oleh sahabat kami yang berasal
dari desa Kebun Jati kecamatan Kota Agung Rohimah dan sang suami Wasiri di
terima dengan sangat ramah di rumah Arsyan. Sebuah ruamh tembok dengan arsitektur
dan bentuk yang berbeda dengan rumah pada umumnya di desa Bintuhan Kota Agung.
Setelah berbincang tentang maksud kedatangan kami maka Arsyan membawa kami ke
pekarangannya di belakang rumah.
Pertama kali kami diperkenalkan dengan durian montong
yang sedang berbuah lebat dan sebentar lagi siap untuk di panen, terus
diperlihatkan pohon kedui tetapi belum ada buahnya, pohon Sali yang sedang
berbuah lebat dan kami dipersilahkan untuk mencicipi buah Sali dengan cita rasa
yang manis. Kami terus berjalan melihat satu per satu tanaman yang ada. “itu
pohon ndelumpang “ kata Arsyan sambil menunjuk ke arah pohon yang berdiri lurus
seperti pohon bambang. “Pohon ndelumpang dahulu digunakan untuk membuat kincir
air karena kayu pohon ndelumpang selain lurus juga tahan air” lanjut Arsyan
menjelaskan kepada kami.
“Nah pohon durian ini kulitnya terkelupas seperti ini
karena di cakar-cakar beruang” kata Arsyan menjelaskan ketika saya melihat
pohon durian dengan kulit terkelupas. “oh……jadi di sini masih ada beruang dan
binatang liar lainya” tanyaku penasaran. Dan Arsyan menjelaskan bahwa di
belakang kebunnya memang masih semak belukar dan sengaja di rimbunkan tidak di
buka sama sekali.
Walau telah berusia lebih dari 70 tahun namun
semangatnya untuk tetap melestarikan tanaman langka dan pelestarian lingkungan
secara global wajib di apresiasi. Arsyan terus berjalan di bagian paling depan
dan terus menjelaskan satu per satu pohon-pohon yang ada di pekarangannya. Kami
diperlihatkan berbagai macam bambu yang sangat jarang kami lihat, juga pohon
gaharu yang lumayan banyak di tanam oleh Arsyan. Kami sempat menikmati durian
yang telah jatuh di tepi kolam sedang buah manggis yang sedang lebat berbuah
belum dapat kami cicipi karena belum matang tetapi di pohon manggis ini kami
sempat membuat video blog untuk kami posting di Instagram.
Tak terasa kami telah berkeliling kebun di pekarangan
belakang rumah Arsyan hampir satu jam
lamanya. Walau di siang hari dan mentari bersinar terang tetapi di kebun Arsyan
kami merasa tidak kepanasan karena banyaknya pepohonan dan sebaliknya membuat
kami merasa sejuk dan nyaman sembari mendengar cerita Arsyan dan menikmati buah
Sali yang masih dalam genggaman tangan kami.
Arsyan masih optimis agar di kecamatan Kota Agung
dapat dikembangkan menjadi sentra buah manggis sehingga nantinya bisa menjadi
penghasilan tambahan petani kopi dan karet juga dapat dikembangkan menjadi
agrowisata buah manggis.
Setelah keliling kebun langka di pekarangan belakang
rumah Arsyan terbesit dalam benak pikiranku untuk suatu saat dapat mewujudkan
impian Arsyan dalam pelestarian lingkungan. Aku ingin suatu saat nanti dapat
membuat kebun buah dimana ada berbagai macam tanaman buah khususnya tanaman
buah endemik Pasemah. Dalam kebun buah ini akan ada beberapa pohon manggis, lalu
pohon Sali dalam satu baris lain, pohon kedui di barisan lainnya lagi dan
seterusnya setiap baris atau blok merupakan satu jenis buah-buahan.
Kebun buah ini nantinya selain menjadi agrowisata yang
dapat dijadikan untuk arena berwisata juga dapat dijadikan edukasi bagi
anak-anak untuk mengenal berbagai jenis tanaman buah serta dapat juga menjadi
tempat penelitian pohon buah langka. Apalagi dapat dikombinasikan atau
terintegrasi dengan potensi pariwisata disekitarnya seperti keberadaan rumah
adat, megalit, air terjun, tebat atau danau dan kerajinan tangan masyarakat.
Hal ini akan menjadi titik perekonomian masyarakat baru bagi masyarakat yang
selama ini hanya mengandalkan bertanam kopi atau karet.
Sudah sewajarnya Kabupaten Lahat, Pagar Alam dan Empat
Lawang yang berada di perbukitan Bukit Barisan dengan sumber daya alam yang
sangat melimpah khususnya sumber daya
pariwisata dapat dikembangkan dengan semaksimal mungkin dan dikelola secara
professional menjadi destinasi pariwisata unggulan Sumatera Selatan. {Maryoto}