Bukit Serelo

Icon dari kota kecil Kabupaten Lahat yang kaya akan Sumber Daya Alam, Budaya dan Bahasa.

Megalith

Peninggalan sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Lahat.

Ayek Lematang

Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lahat.

Air Terjun

Obyek keindahan alam yang terbanyak di Kabupaten Lahat.

Aktivitas Masyarakat Pedesaan

Kota Lahat yang subur kaya akan hasil perkebunan.

Sabtu, 17 Maret 2018

2019 LAHAT MENUJU WARISAN DUNIA (UNESCO)


Peninggalan masa prasejarah dan sejarah di Kabupaten Lahat sudah tidak diragukan lagi baik dari jumlah maupun kwalitasnya, bukan saja di tingkat propinsi bahkan sampai ke tingkat nasional. Lonely Planet yang berpusat di Inggris pada bukunya menuliskan “The Pasemah carving are considered to be the best example of prehistoric stone sculpture in Indonesia and fall into two distinct styles. The early style dates from almost 3.000 years ago and features fairly crude figures squatting with hands on knee or arms folded over chest. The best examples of this type are  at  a site called Tinggi Hari, 20 km from Lahat, west of the small river town of Pulau Pinang.  Demikian yang ditulis dalam buku berjudul Indonesia yang di publikasikan tahun 2007 oleh Lonely Planet Publication Pty Ltd, Australia.

Dan Museum Rekor Indonesia pada tahun 2012 telah menganugerahkan penghargaan kepada Kabupaten Lahat sebagai Pemilik Situs Megalitik Terbanyak se Indonesia dan penghargaan kepada Panoramic of Lahat sebagai Kolektor Data Megalitik Terbanyak se Indonesia. Pertama sudah ada pengakuan dari dunia internasional dan kedua pengakuan dari tingkat nasional tentang keberadaan megalitik yang tersebar di Kabupaten Lahat.

Selain keberadaan megalitik, Kabupaten Lahat juga mempunyai ratusan rumah adat dan bangunan heritage peninggalan masa Belanda. Ratusan rumah adat atau ghumah baghi tersebar di beberapa kecamatan seperti Pulau Pinang, Pagar Gunung, Mulak Ulu, Mulak Sebingkai, Kota Agung, Tanjung Tebat, Tanjung Sakti Pumi dan Pumu, Pajar Bulan, Suka Merindu, Jarai dan Muara Payang. Rumah adat tersebut dari waktu ke waktu mengalami banyak penurunan jumlah dan kehilangan keasliannya. Banyak rumah adat yang dijual hingga ke pulau Jawa dan banyak pula yang sudah berubah di beberapa bagian rumah adat misal tiangnya yang terbuat dari kayu utuh bulat sudah berubah menjadi tiang beton, sudah ada penambahan pada bagian depan rumah sehingga pahatan dinding dan tiang bagian atas tertutup dan banyak lagi perubahan lainnya.

Begitu juga dengan bangunan heritage yang banyak berada di kecamatan Kota Lahat sudah banyak yang tidak original lagi bahkan beberapa rumah telah hancur dan berganti dengan bangunan modern ala sekarang.

Semua peninggalan seperti megalitik, rumah adat dan bangunan heritage dapat dijadikan Benda Cagar Budaya. Yang disebut Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria: a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Benda, bangunan, atau struktur yang terdapat di Kabupaten Lahat berupa megalitik, rumah adat dan bangunan heritage sudah memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan oleh UU Cagar Budaya No.11 tahun 2010 untuk ditetapkan menajdi Cagar Budaya Kabupaten.

Hal tersebut merupakan modal besar bagi pengembangan pembangunan Kabupaten Lahat di sektor pariwisata apalagi tahun 2017 sektor pariwisata telah menjadi penyumbang devisa terbesar kedua di Indonesia. Kalaupun kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Kabupten Lahat maka potensi pariwisata yang melimpah ini dapat membantu mewujudkan sektor pariwisata menjadi menjadi penyumbang devisa pertama untuk Indonesia dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lahat.

Beberapa hal yang semestinya dilakukan Kabupaten Lahat untuk mewujudkan sektor pariwisata khususnya pariwisata budaya berupa cagar budaya seperti megalitik, bangunan heritage dan rumah adat menjadi penyumbang untuk PAD dan devisa negara.  Langkah pertama sesuai dengan amanat UU No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah pembentukan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).  Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan Cagar Budaya. Tim Ahli Cagar Budaya ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk tingkat kabupaten. Tim ini bisa berasal dari sejarahwan, arkeolog, arsitek dan akademisi. TACB Kabupaten diangkat dan diberhentikan oleh Bupati sesuai kewenangannya. Jumlah tim ahli Cagar Budaya untuk tingkat kabupaten 5-7 orang dengan masa kerja selama dua tahun dan dapat diangkat kembali.

Setelah terbentuknya Tim Ahli Cagar Budaya, setiap peninggalan prasejarah dan sejarah yang ada di Kabupaten Lahat dapat diusulkan menjadi Benda Cagar Budaya Kabupaten. Dan setiap cagar budaya yang telah ditetapkan diberi tanda yang menunjukkan benda tersebut sudah menjadi Benda Cagar Budaya Kabupaten. Dan selanjutnya dapat diusulkan untuk ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya Propinsi kemudian dapat juga diusulkan untuk ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya Nasional dan selanjutnya dapat menjadi World Heritage atau Warisan Dunia.

Saat ini peninggalan budaya Indonesia yang telah ditetapkan menjadi World Heritage atau Warisan Dunia UNESCO adalah Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah ditetapkan tahun 1991, Candi Prambanan di Klaten Jawa Tengah ditetapkan tahun 1991, Situs Manusia Purba Sangiran Jawa Tengah ditetapkan tahun 1996 dan Subak di Bali ditetapkan tahun 2012.

Megalitik Kabupaten Lahat yang telah mendapat penghargaan sebagai megalitik terbanyak dan terbaik se Indonesia dapat juga kita usulkan menjadi World Heritage atau Warisan Dunia UNESCO. Hal ini akan terwujud bila pemerintah dan masyarakat Kabupaten Lahat serius dalam memperjuangkannya.

Semoga dalam waktu dekat Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Lahat dapat terbentuk dan segera bekerja melalui surat keputusan Bupati Lahat dalam penetapan benda cagar budaya menjadi Cagar Budaya Kabupaten dan seterusnya dapat menjadi World Heritage atau Warisan Dunia UNESCO. (18 Maret
2018, Mario Andramartik)

Selasa, 27 Februari 2018

SUNRISE PAGARALAM



Keindahan Kota Pagaralam tidak asing lagi bagi masyarakat Sumatera Selatan. Kota yang berada di ketinggian sekitar 1.000 mdpl atau tepatnya di kaki gunung Dempo yang merupakan gunung tertinggi se Sumatera Selatan  atau gunung tertinggi kedua se pulau Sumatera. Sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia Kota Pagaralam telah dijadikan tempat persinggahan para pejabat Belanda dan Inggris masa itu. Di kota ini juga di bangun perkebunan teh dan pabrik teh yang hingga kini masih beroperasional.
Saat ini Kota Pagaralam benar-benar serius untuk dijadikann sebagai kota pariwisata bahkan Pemerintah Pusat melalui Kemenpar RI telah menetapkan Pagaralam sebagai Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN). Hal ini merupakan isyarat bagaimana Pagaralam akan dikembangkan menjadi gerbang masuk pariwisata di Sumatera Selatan di samping Kota Palembang dengan adanya Bandar udara yang melayani penerbangan ke Palembang dan Jakarta.
Pagaralam dengan kekayaan alamnya yang sangat menjual telah menarik perhatian banyak pihak. Selain keindahan gunung Dempo, kebun teh, air terjun, megalitik, hutan bambu, rafting, dempo park, rumah adat dan adat istiadat masyarakatnya. Di Pagaralam ada lebih dari 30 air terjun seperti air terjun Lematang Indah yang sudah terkenal di seantero Sumatera Selatan karena letaknya di pinggir jalan lintas Lahat – Pagaralam dan gampang untuk dikunjungi. Ada juga air terjun Embun, Mangkok, Sendang Drajat, Tujuh Kenangan dan Alap-alap yang letaknya tepat di kaki gunung Dempo dan di satu jalur perjalanan. Jadi pada jalur ini selain dapat melihat 5 air terjun juga dapat melihat Hutan Bambu dan Dempo Park. Jalan menuju kesini sangatlah mudah dan jalan lebar 2 arah. Dari arah Lahat ketika masuk Kota Pagaralam di Simpang Manna belok ke kiri dan masuk jalan Alamsyah Ratu Prawiranegara berupa jalan dengan  lebar sekitar 24 meter. Setelah lesehan Karjak lalu belok kanan masuk ke jalan R.Suprapto kemudian ketemu jalan 2 jalur atau jalan Air Perikan belok ke kiri dan terus ke arah gunung Dempo. Tepat di tugu Monumen Mayor Ruslan terus lurus ke arah pabrik teh atau masuk ke jalan Soekarno Hatta ketika bertemu pertigaan jalan 2 jalur belok kanan masuk ke jalan Munggah Raje. Dari pertigaan jalan ini terus menyusuri jalan Munggah Raje dan  di km 3 ada air terjun Embun di sebelah kiri jalan dan sebelah kanan jalan ada hutan bambu. Terus ke arah atas sekitar 1 km perjalanan di sebelah kiri jalan ada air terjun Mangkok sedang di sebelah kanan jalan terdapat Dempo Park. Ketika melanjutkan perjalanan lagi masih ada 3 air terjun lagi yaitu air terjun Sendang Drajat, Tujuh Kenangan dan Alap-alap. Dan terus menyusuri jalan ini sampai ke perkebunan teh.
Untuk wisata budaya megalitik ada di Tanjung Aro, Belumai dan Tegur Wangi sedang wisata lainnnya ada Tangga 2001, Green Paradise, Puncak Rimau, Tebat Gheban, Rumah Adat di Plang Kenidai dan agrowisata Kebun Jeruk.
Daya tarik Pagaralam ternyata tidak hanya pada destinasi air terjun, budaya megalitik, gunung Dempo, kebun teh, Tangga 2001, Green Paradise, Puncak Rimau, Tebat Gheban, Rumah Adat di Plang Kenidai dan agrowisata Kebun Jeruk akan tetapi wisatawan dapat menikmati indahnya sunset dan sunrise.
Untuk menikmati sunset lokasi terbaik adalah di destinasi wisata Tebat Gheban. Danau atau dengan bahasa lokal disebut tebat. Tebat Gheban merupakan sebuah danau alami yang mempunyai luas sekitar 3 hektar dengan kedalaman mencapai 12 meter. Danau yang dikelilingi pepohonan terlihat hijau dan  rindang. Di sore hari banyak masyarakat yang menghabiskan waktu untuk memancing atau berolah raga lari dan ada juga yang duduk santai sembari menikmati indahnya mentari ke peraduaan.
Bila cuaca cerah, pemandangan alam ketika mentari tenggelam di ufuk Barat dan sembunyi di balik gunung Dempo dan ini merupakan momen terbaik untuk mengabadikan keindahan alam ciptaan Tuhan dengan kamera. Mentari yang sembunyi di balik gunung Dempo terlihat juga di tengah danau yang merupakan refleksi air danau. Keindahan ini tak banyak kita temukan di banyak tempat.
Sedangkan untuk menikmati indahnya mentari pagi atau sunrise lokasi terindah adalah dari villa atau hotel yang ada di kaki gunung Dempo atau di perkebunan teh. Wisatawan yang menginap di Villa Pemkab Lahat atau Villa Besemah dapat langsung menikmati sunrise dari villa atau halaman villa, begitu juga wisatawan yang menginap di Villa Gunung Gare, villa MTQ dan D Cabin dapat langsung menikmati sunrise dari villa-villa yang berada di bagian Timur villa dan untuk wisatawan yang menginap di Besh Dempo Flower, the best view untuk melihat sunrise adalah di sky deck Besh Dempo Flower.
Dari sini sangat jelas dan indah mentari pagi muncul di ufuk Timur dari balik pegunungan Bukit Barisan. Sinarnya berwarna merah di balik warna hitam Bukit Barisan dan semakin beranjak ke atas warna berubah menjadi kekuningan. Ohhhh…….betapa indahnya, di tambah kelap kelip lampu jalan dan lampu penerangan rumah-rumah bah bintang bertaburan.
Bila ingin menikmati sunrise dari bagian tertinggi dapat menuju Rimau sebuah kawasan yang dahulu untuk sarana paralayang untuk event SEA Games dan saat ini di buka menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat menarik. Dari ketinggian 1.820 mdpl dapat menikmati mentari pagi terbit di ufuk Timur dan indahnya jalan berliku seperti ular raksasa, hamparan kebun teh bah permadani dan kota Pagaralam.
Di kawasan gunung Dempo merupakan best view untuk menikmati mentari pagi di Kota Pagaralam. Setelah itu jangan lewatkan waktu anda di Pagaralam untuk menikmati segarnya udara pagi dengan berjalan kaki atau bersepeda di sekitar perkebunan teh. Dan dapat juga melanjutkan perjalanan ke komplek Tangga 2001. Di sebut Tangga 2001 karena ada anak tangga yang dibangun di perkebunan teh Villa Gunung Gare, 2001 sebagai tanda penghormatan untuk mengingatkan bahwa Kota Pagaralam terbentuk tahun 2001 setelah mengalami pemekaran dari Kabupaten Lahat. Di Obyek Wisata Tangga 2001 selain anak tanggga juga terdapat flyingfox, sepeda gantung dengan background gunung Dempo, ATV dan kios-kios yang menjajakan makanan, minuman dan souvenir khas Pagaralam.
Selain itu dapat juga melintas di sela-sela pohon teh sambil berphoto ria atau berphoto ria bersama pekerja pemetik teh. Ada juga spot photo tugu bunga kecumbu atau bunga trompet di tepi jalan dengan background hamparan pohon teh. Atau berjalan ke komplek villa MTQ, disini merupakan rumah bagi rusa tutul yang didatangkan dari istana Bogor. Jadi dapat melihat dan memberi makan rusa tutul seperti di istana Bogor.
Jangan lewatkan pagi anda untuk menikmati mentari pagi nan indah dan segarnya udara alam Pagaralam. (Februari 22,2018. Mario Andramartik)

Minggu, 11 Februari 2018

PAGARALAM The Beauty of South Sumatera


Kota Pagaralam terletak di kaki gunung Dempo dan di sebut sebagai The Beauty of South Sumatera. Jukukan ini sangat pas dan layak di sandang Pagaralam. Di kota yang sejuk ini terdapat perkebunan teh  yang di bangun oleh masa Belanda tahun 1926 dan 3 tahun kemudian di bangun juga pabrik teh yang hingga kini masih memproduksi teh untuk komoditi export.       

Pemandangan kebun teh nan hijau membentang bak permadani menyejukkan mata setiap yang melihatnya. Di bagian puncak kebun teh atau yang di kenal dengan Puncak Rimau di ketinggian 1.820 mdpl terdapat tempat selfie berupa tulisan PAGARALAM dangan ukuran sangat besar. Dan di tempat ini juga dapat melihat dan menikmati hamparan kebun teh dan Kota Pagaralam. Selain itu di lokasi ini juga pernah menjadi arena paralayang SEA GAMES.

Selain pemandangan kebun teh di di kaki gunung Dempo juga terdapat beberapa villa yang dapat digunakan untuk menginap seperti Villa Lahat, Villa Besemah, Villa Gunung Gare, Villa Besh Dempo Flower, Villa MTQ, Dcabin dan Villa Mentari. Ketika musim liburan seperti pergantian tahun baru, lebaran, liburan sekolah dan liburan panjang lainnya semua villa tersebut penuh terisi dan susah mencari tempat menginap di Pagaralam. Geliat seperti ini terlihat perkembangannya setelah Pagaralam ditetapkan menjadi salah satu Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN) oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Perkembangan penginapan juga diikuti dengan perkembangan restoran, lesehan atau rumah makan dan pusat oleh-oleh seperti restorant Chef Dadang, restoran 88, lesehan Tarjak, lesehan Neng Ngeulis, oleh-oleh Kirana dan DikDik juga UKM yang bergerak dibidang makanan ringan seperti Putra Abadi yang memproduksi berbagai macam snack yang berasal dari tanaman yang ada di Pagaralam.

Industri kopi olahan juga berkembang dengan pesat di Pagaralam dan memang selama ini Pagaralam terkenal dengan perkebunan kopi yang telah dibuka sejak masa penjajahan Belanda hingga kini. Bahkan sebagian besar masyarakat Pagaralam bertani kopi dan perekonomian bergantung dengan panen kopi. Kalau selama ini masyarakat hanya menjual biji kopi kemudian biji kopi dibawa ke Lampung sehingga yang terkenal bukan kopi Pagaralam tetapi kopi Lampung. Sekarang juga banyak tumbuh produsen kopi olahan yang bermerek kopi Pagaralam.

Selain pesona gunung Dempo, perkebunan teh dan perkebunan kopi Pagaralam juga mempunyai banyak daya tarik wisata yang telah dikembangkan menjadi destinasi pariwisata sebut saja Tangga 2001, Medan Magnet Dempo, Hutan Bambu, Air Terjun Embun,Air Terjun Mangkok, Air Terjun Sendang Drajat, Air Terjun Alap-Alap, Air Terjun Tuju Kenangan, Dempo Park, Green Paradise, wisata budaya megalitik Tegur Wangi, Belumai, Tanjung Aro, dan Tebing Tinggi juga ada agrowisata Kebun Jeruk.

Semua destinasi pariwisata tersebut di atas dapat di jangkau dengan kendaraan roda empat sampai dengan lokasi parkir karena dari awal pembangunan Pemerintah Kota Pagaralam telah merencanakan dengan baik agar semua destinasi pariwisata dapat terhubung dengan baik. Sebagai contoh bila melakukan kunjungan mulai dari megalitik Tanjung Aro terus ke Hutan Bambu lalu ke Air Terjun Embun dan terus secara berurutan ke Air Terjun Mangkok, Dempo Park, Air Terjun Sendang Drajat, Air Terjun Alap-Alap, Air Terjun Tuju Kenangan, Kebun Teh, lalu turun ke Tangga 2001, Dempo Magnet, Kebun Salak, Komplek Perkantoran Gunung Gare lalu turun ke Megalitik Tegur Wangi, Green Paradise dan berakhir di Agrowisata Kebun Jeruk. Rute ini dapat dilakukan dalam satu hari perjalanan  yang saling menghubungkan.

Industri pariwisata telah menggerakkan berbagai sektor ekonomi masyarakat Pagaralam apalagi dengan telah dibukanya bandara Atung Bungsu yang melayani penerbangan langsung ke Jakarta dan Palembang. Hal ini makin membuat Pagaralam lebih mudah untuk dikunjungi.

Menuju Pagaralam dari Jakarta dapat langsung terbang menggunakan pesawat terbang maskapai penerbangan Trans Nusa dari bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta langsung ke bandara Atung Bungsu, Pagaralam atau via maskapai penerbangan Wings Air dari bandara Sultan Mahmud Badarudin II, Palembang langsung ke bandara Atung Bungsu, Pagaralam. Sedang jalan darat dari Jakarta dapat menggunakan bus Sinar Dempo dari Terminal Kalideres, Jakarta langsung ke Kota Pagaralam. Untuk jalan darat dari Palembang dapat ditempuh dengan bus seperti Sinar Dempo, Melati Indah, Telaga Biru dan Marlin atau via travel. Juga dapat menggunakan sarana kereta api dari stasiun Kertapati dan turun di stasiun Lahat lalu melanjutkan perjalanan ke Pagaralam. Perjalanan darat dari Palembang ke Pagaralam dapat ditempuh sekitar 6 jam perjalanan.

Selain itu Kota Pagaralam dapat ditempuh dari arah Kota Bengkulu via Kota Kepahyang dengan jarak perjalanan selama 4 jam atau dari Kota Manna Bengkulu Selatan menuju Pagaralam dengan jarak sekitar 2,5 jam perjalanan.

Dengan keindahan panorama gunung Dempo, perkebunan teh, perkebunan kopi, air terjun, danau, megalitik, tarian, bahasa, adat istiadat dan sarana yang telah dimiliki maka Pagaralam sangat potensial dijadikan kota wisata andalan Sumatera Selatan sesuai dengan jukukannya The Beauty od South Sumatera apalagi sudah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategi Pariwisata Nasional. Semoga Pagaralam makin maju dan berkembang menjadi destinasi utama pariwisata Sumatera Selatan yang akan membawa kemakmuran masyarakatnya.
 

Senin, 08 Januari 2018

"AYEK UGHUL NAN UNGGUL" Jelajah Negeri Mengenal Alam


Jika minggu lalu Panoramic of Lahat melakukan penjelajahan mencari potensi pariwisata yang ada di desa Kebun Jati kecamatan Kota Agung kabupaten Lahat maka minggu ini melakukan penjelajahan ke desa Penandingan kecamatan Mulak Sebingkai yang merupakan kecamatan pemekaran Mulak Ulu beberapa bulan lalu.
Di desa ini sebelumnya sudah diresmikan dan dibuka untuk umum sebuah danau sebagai destinasi pariwisata. Disini sudah dibangun beberapa pondok untuk santai, warung makanan dan minuman, bebek mainan dan perahu untuk keliling danau. Untuk masuk ke destinasi danau Mbahambang pengunjung tidak di pungut biaya tetapi dikenakan biaya parkir kendaraan, sepeda motor Rp.2.000,- dan mobil Rp.5.000,- sedang untuk keliling danau dengan menggunakan bebek mainan atau perahu dikenakan biaya Rp.5.000,- per orang.
Keberadaan danau Mbahambang telah menyedot perhatian masyarakat sekitar kecamatan Mulak Sebingkai tidak salah ketika di hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional danau ini padat dibanjiri pengunjung  bahkan pengunjung dari luar kabupaten Lahat. Dengan banyaknya pengunjung maka membawa keuntungan bagi masyarakat desa Penandingan.
Panoramic of Lahat mendapat info bahwa di desa Penandingan juga terdapat air terjun yang tidak jauh dari desa dan danau Mbahambang maka tim Panoramic of Lahat segera melakukan survey dan penjelajahan ke air terjun. Tim berangkat dari Kota Lahat menuju ke arah Pagaralam dan setelah tanjakan Terkul tepat di pertigaan simpang Pagar Gunung (Pagun) belok ke kiri. Jarak dari Kota Lahat ke simpang Pagun sekitar 22 km lalu melanjutkan perjalanan menyusuri jalan aspal yang mulus tetapi agak sempit dan berliku. Harus extra hati-hati ketika melintasi jembatan yang sempit dan hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat saja. Dari simpang Pagun menuju desa Penandingan berjarak 17 km jadi jarak dari Kota Lahat ke desa Penandingan sekitar 39 km atau 1 jam perjalanan.
Setiba di desa Penandingan tim berjalan kaki menuju ke air terjun dengan menyusuri jalan setapak dengan lebar 1 meter sejauh 5 menit perjalanan lalu belok ke kanan masuk ke perkebunan kopi. Pohon-pohon kopi saat ini sudah  berbuah berwarna hijau dan 3 bulan kemudian akan di panen. Tidak ada jalan di dalam kebun kopi ini kami harus menerobos selah di antara pohon kopi dan harus sedikit extra hati-hati agar tidak merontokkan buah kopi. Kebun kopi ini terletak di tebing dengan kemiringan sekitar 30 derajat.
Kami menerobos kebun kopi menuju sungai Ughul sekitar 5 menit perjalanan lalu berjalan menyusuri sungai Ughul sejauh 50 meter. Sungai Ughul dengan airnya yang jernih dan dangkal membuat kami tidak kesulitan mencapai air terjun. Mulyadi warga desa Penandingan yang sudah tinggal dan bekerja di Kota Lahat yang menjadi pemandu kami berada di barisan paling depan, di barisan kedua ada Toti anakku yang sekarang duduk di kelas 1 SMP dan paling belakang Bayu Ketua Divisi Survey Panoramic of Lahat.
Setiba di air terjun segera aku buka tas kameraku dan menyiapkan segala sesuatunya untuk mereka keindahan air terjun Ughul. Di sebut air terjun Ughul karena berada di sungai Ughul yang berasal dari Bukit Barisan. Selain air terjun Ughul yang berada di desa Penandingan juga ada air terjun Ughul Besar di desa Muara Dua dan air terjun Ughul Kecil di desa Penantian. Jadi di sungai Ughul ada 3 air terjun dengan ketinggian dan keindahan yang berbeda. Air terjun Ughul yang berada di desa Penandingan mempunyai kontur yang menarik. Pada bagian paling atas air jatuh dari ketinggian sekitar 3 meter dan membentuk danau kecil dengan kedalaman sekitar 2 meter lalu jatuh kebawah membentuk air terjun dan terus turun lagi hingga membentuk tingkatan sebanyak 4 tingkatan pendek-pendek dan pada bagian bawah membentuk danau yang dangkal dengan kedalaman hanya 1 meter. Beberapa tahun sebelumnya air terjun ini cukup besar debit airnya dan pada bagian paling bawah membentuk danau dengan kedalaman lebih dari 5 meter akan tetapi setelah dibagian atas air terjun dijadikan sawah dan perkebunan juga sungai dibagi menjadi dua jalur sungai untuk mengairi sawah dibawahnya maka debit ait menjadi kecil dan juga ada factor sendimentasi sehingga danau menjadi dangkal.
Dengan tingkatanya yang banyak dan airnya yang jernih maka air terjun Ughul terlihat indah dan menarik di pandang mata apalagi vegetasi di sekitar air terjun dan sungai masih terjaga. Masih banyak pohon-pohon besar seperti pohon serian sehingga berada di air terjun ini masih sejuk dan segar sambil bermain air yang jernih.
Agar air terjun ini menjadi lebih baik dan dapat dijadikan destinasi pariwisata yang akan terintegrasi dengan keberadaan danau Mbahambang maka yang pertama adalah membuka akses jalan setapak dari danau ke air terjun dan terus menyusuri tepi sungai. Membangun pondok-pondok sepanjang jalan setapak untuk berjualan makanan atau minuman dan pondok atau bangku untuk duduk ketika lelah. Pada bagian bawah air terjun yang saat ini dangkal dapat digali dan didalami hingga 1,5 meter agar dapat dijadikan lokasi berenang. Agar tetap alami maka pembuatan jalan setapak dan lainnya tidak menggunakan bahan semen atau sejenisnya. Jalan setapak di tepi sungai dapat dibuat dengan menyusun batu-batu yang di ambil dari sungai dan pondok-pondok dapat dibangun dari bahan kayu atau bambu. Dengan konsep ekowisata akan lebih terlihat hidup destinasi pariwisata yang terletak di bawah Bukit Barisan dan berjarak 1 jam perjalanan dari Kota Lahat.

Semoga destinasi pariwisata air terjun Ughul segera terwujud dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa Penandingan dan sekitarnya. Dan secara umum pariwisata kabupaten Lahat berkembang dengan baik karena banyaknya destinasi pariwisata yang bermunculan hampir di setiap kecamatan. Hal ini makin mengukuhkan kabupaten Lahat sebagai Bumi Seratus Air Terjun Seribu Megalitik Sejuta Pesona Alam Budaya. Ayo berwisata ke Lahat. (Jan 09,2018. Mario Andramartik)

Kamis, 04 Januari 2018

"AIR TERJUN 2 TINGKAT NAN MEMIKAT" Jelajah Negeri Mengenal Alam


Keinginan untuk melihat keindahan alam desa Kebun Jati kecamatan Kota Agung  kabupaten Lahat sudah ada sejak pertama kali pada tahun 2010. Ketika itu aku bersama kawan-kawan Panoramic of Lahat mengadakan pameran dan lomba photo. Salah satu peserta lomba photo membawa photo air terjun di desa Kebun Jati. Sudah beberapa kali berencana untuk melihatnya dan keinginan tersebut baru terwujud setelah 7 tahun berlalu.
Di akhir Desember lalu secara tidak sengaja aku bertemu dengan peserta lomba photo yang membawa photo air terjun di desa Kebun Jati, namanya Okta. Lalu kami bercerita dan kami sepakati untuk melihat air terjun di desa Kebun Jati yang tidak lain adalah kampung halaman ibu Okta.
Pukul 08.00 wib kami meninggalkan Kota Lahat menuju desa Kebun Jati kecamatan Kota Agung. Dari Kota Lahat menuju ke arah Pagaralam. Dalam perjalanan kami melihat banyak juga kendaraan bermotor terutama sepeda motor ke arah Pagaralam untuk menikmati libur tahun baru. Sedang kami melakukan jelajah alam ke air terjun. Di km 33 tepatnya di simpang Asam kami belok kiri ke arah Kota Agung sedang kalau belok kanan ke arah Pagaralam. Jalan dari Simpang Asam ke arah Kota Agung beraspal cukup bagus dan sepi  kendaraan. Di desa Sukarami sebelum desa Kota Agung belok ke kanan dan terus mengikuti jalan aspal ini. Setelah perjalanan sekitar 10 km maka akan bertemu desa Kebun Jati.
Setiba di desa Kebun Jati, Okta membawa Bayu dan aku ke rumah neneknya. Okta kemudian memanggil Gito dan Yopi untuk memandu kami menuju ke air terjun. Gito yang asli penduduk Kebun Jati dan tinggal di desa ini sedang Yopi walau penduduk asli Kebun Jati tetapi merantau dan tinggal di pulau Bangka. Yopi sangat antusias untuk ikut karena belum pernah melihat air terjun yang ada di desanya sendiri.
Kami berlima berjalan kaki meninggalkan desa, menyusuri jalan desa yang menghubungkan desa Kebun Jati dengan desa Tanjung Bai kecamatan Tanjung Tebat. Jalan tanah yang sudah mengalami pengerasan ketika jalan ini digunakan perusahaan untuk mobilisasi peralatan ketika pembangunan PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro). Di kanan dan kiri jalan tumbuh pohon kopi milik penduduk. Mayoritas penduduk desa bertani kopi selain bertanam padi dan sedikit karet. Setelah berjalan sekitar 15 menit kami belok ke kiri memasuki area kebun kopi dan 5 menit kemudian kami sudah berada di sungai dengan lebar sekitar 5 meter. Sungai ini bernama sungai Payang yang berair jernih.
Tepat dimana kami berada merupakan puncaknya air terjun. Kami sangat hati-hati karena sedikit saja lengah maka akan berakibat fatal. Aku sempat mengambil beberapa photo begitu juga dengan kawan-kawanku dan tak lupa Bayu mendata ketinggian dan titik coordinate. Posisi dimana kami berdiri cukup tinggi sekitar 694 mdpl.
Lalu kami menyeberangi sungai Payang dan berjalan untuk menuju bagian bawah air terjun. Perjalanan seperti ini pernah kami lakukan ketika pertama kali kami mengunjungi air terjun Lintang di desa Sinjar Bulan kecamatan Gumay Ulu pada tahun 2008 dan air terjun Kunduran di desa Tanjung Mulak kecamatan Pulau Pinang. Perjalanan berikutnya kami harus menuruni tebing terjal dengan kemiringan sekitar 80 derajat. Aku sempat sedikit takut karena tidak ada pepohonan tempat berpegang kecuali rerumputan dan bila kurang hati-hati maka jurang dibawah sudah menunggu. Aku yang berada di belakang Gito beberapa kali memberi peringatan agar semua extra hati-hati menuruni tebing terjal ini. Aku sedikit lambat menuruni tebing ini karena di pundakku ada tas berisi kamera dan perlengkapannya sedang Gito begitu cepatnya menuruni tebing ini bahkan sempat merokok dengan santai menunggu kedatanganku.
Kemudian kami memasuki kawasan yang rindang dengan pepohonan besar yang lebat dan lembab. Gito standby dengan parang di tangan kanannya untuk membersihkan semak belukar untuk kami lintasi dan jalanan terus menurun dengan kemiringan yang sama. Tanah yang kami pijak sedikit basah karena air hempasan dari air terjun. Kami semakin mendekat ke air terjun. Dan setelah menuruni tebing terjal sekitar 30 menit tibalah kami di bawah air terjun pertama. Berulang kali aku mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas keindahan air terjun ciptaanNya  Posisi kami berada tepat di atas air terjun kedua. Kami sangat hati-hati berada di sini.
Walau sedikit lelah dan tegang kami sangat menikmati keindahan air terjun Muara Payang bagian atas. Air terjun dengan airnya yang jernih dan lebat pepohonan disekitarnya membuat sejuk di pandang. Kami banyak memotret dan merekam keindahan karunia Illahi ini.
Tiga puluh menit kemudian kami naik ke jalan semula untuk mencari jalan menuju bagian bawah air terjun kedua. Setelah mendaki sekitar 50 meter lalu kami menuruni tebing dibawah rindangnya pepohonan besar yang jarang di jamah penduduk. Gito sebagai pemandu perjalanan kami berada di barisan paling depan dengan tetap memegang parang untuk membuka jalur perjalanan. Sekitar 10 menit perjalanan kami sudah berada di tepi sungai dan dengan jelas terlihat air terjun Muara Payang bagian bawah dan juga terlihat air terjun bagian atas tetapi hanya terlihat sebagian saja.
Pemandangan di air terjun bagian bawah lebih mempesona selain dapat melihat dua air terjun bagian bawah dan atas juga ada danau di bawah air terjun serta rimbunya pepohonan dan bebatuan besar. Kami lebih lama berada di air terjun bagian bawah karena lokasi lebih luas di banding air terjun bagian atas. Lebih banyak tempat untuk mengambil gambar dan mengexplore keindahan air terjun.
Senang rasanya berada di air terjun nan indah dengan airnya yang jernih, udara yang segar dan suara deburan air yang jatuh membentuk melodi indah sembari menikmati roti dan air mineral yang kami bawa.  Jam di tanganku menunjukkan pukul 13.30 dan kami bergegas meninggalkan air terjun dengan mendaki jalanan yang kami lewati ketika turun tadi. Sepuluh menit kemudian kami berhenti untuk istirahat sebentar dan meneguk air di bawah rindangnya pepohonan besar. Perjalanan menuju kembali ke bagian paling atas air terjun walau harus merayap dengan berpegangan dengan rerumputan dan batu terasa lebih cepat dibanding ketika turun dan setelah aku cek memang benar perjalanan kembali lebih cepat.
Setelah berada di sungai Payang kami membersihkan kaki yang becek, membasuh muka dan menarik nafas lega setelah menjelajah menuruni tebing terjal penuh resiko. Alhamdulillah perjalanan panjang dan menegangkan telah terlewati, selanjutnya kembali ke desa Kebun Jati.
Setika di rumah neneknya Okta, makan siang sudah tersedia yang disiapkan oleh keluarganya Okta. Nasi putih, labu rebus, sambal tempe, telur rebus, kerupuk dan air putih merupakan hidangan siang istimewa yang kami nikmati dengan lahap. Rumah kayu berusia hampir 70 tahun yang sangat terawat dan bersih menambah indahnya suasana makan siang. Setelah makan siang kami disajikan roti dan kopi hitam asli Kebun Jati serta ditemeni ngobrol keluarga yang ramah. Suasana pada hari libur tahun baru ini terasa sangat indah dan berkesan. Terima kasih Okta, Gito, Yopi atas keramahtamahan, bantuan dan kerjasamanya.

Semoga keindahan air terjun Muara Payang akan tersebar di seantero negeri dan kelak menjadi salah satu destinasi pariwisata yang akan membantu peningkatan perekonomian masyarakat setempat.