
Di tahun 2016 tim
dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi datang ke batu ini dan
melakukan pendataan dan pendokumentasian. Agus Sudaryadi dari tim BPCB Jambi
menghubungi saya dalam kunjungan ini tetapi karena saya posisi sedang ada
kegiatan di Jakarta sehingga saya tidak bisa ikut. Akan tetapi setelah saya
pulang dari Jakarta saya bersama tim Panoramic of Lahat dan keluarga saya
(istri dan anak-anak) langsung menuju situs yang telah dikunjungi tim BPCB
Jambi.
Kemudian
tahun 2017 kami tim Panoramic of Lahat juga datang lagi ke situs megalitik ini.
Kami mendampingi Tri Wurjani seorang
peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional dan tahun 2021 ini datang lagi peneliti
dari Pusat Arkeologi Nasional Harry Octavianus Sofian,S.S,M.Sc yang
didampingi oleh Wahyu Rizky Andhifani,S.S,M.M, Riri Fahlen S.Sos, Bambang
Aprianto, SH,M.M, Mario Andramartik dan Taufik Hidayat.
Seonggok
batu yang berada di kebun kopi di tepi sungai Puar mungkin menurut masyarakat
desa atau masyarakat awan hanya batu biasa dan tak ada yang istimewa tetapi di
batu ini telah tertatah sebuah cerita yang penuh makna dan misteri yang belum
terpecahkan.
Batu
yang disebut oleh H.W.Vonk sebagai Batu Tatahan merupakan sebuah batu yang
dipahat/ditatah dan menggambarkan dua sosok manusia yang sedang berhadapan
dengan memegang benda ditengahnya, benda ini menyerupai nekara juga digambarkan
beberapa hewan di bawah nekara dan sosok manusia. Posisi gambar tatahan pada
posisi terbalik dimana bagian kedua kepala sosok manusia berada di bagian bawah
dan kaki kedua sosok manusia berada di bagian atas. Jadi kita melihatnya dengan
cara kepala kita diitundukkan ke bawah.
Posisi
batu dan bentuk pahatan saat ini masih sama dengan posisi batu dan pahatan
seperti pertama kali dipublikasi oleh H.W.Vonk pad tahun 1934. Belum ada
vandalism seperti batu megalitik lainnya. Hal ini dikarenakan lokasi batu yang
berada di kebun kopi dan tidak diketahui banyak orang. Orang yang sering
melihat batu ini hanya pemilik kebun. Penduduk Desa Air Puar saja jarang
berkunjung bahkan ada yang belum pernah berkunjung apalagi masyarakat luar desa
dan wisatawan nyaris belum ada yang berkunjung.
Untuk
menuju Batu Tatahan Air Puar ini dari Kota Lahat menuju arah Kecamatan Kota
Agung dan terus ke arah Semendo. Jarak tempuh dari Kota Lahat ke Desa Air Puar
Kecamatan Mulak Ulu sekitar 50 km atau 1,5 jam perjalanan dengan kendaraan roda
dua atau roda empat dengan kondisi jalan aspal yang baik. Berhenti di Desa Air
Puar lalu melanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang telah
di cor beton melintasi perumahan penduduk kemudian menyeberangi jembatan
gantung sungai Puar. Dari sini masuk ke kebun durian dengan kontur jalan tanah
dan semak-semak terus masuk ke kebun kopi. Kondisi kontur jalan relative mudah
hanya sedikit menurun setelah jembatan gantung hingga kebun kopi. Total
berjalan kaki sekitar 500 meter dan beruntung ketika di musim durian dapat
menikmati buah durian yang langsung jatuh dari pohon.
![]() |
Ketua Panoramic of Lahat bersama keluarga berkunjung ke Batu Tatahan |
Sudah
seharusnya pihak-pihak yang berwenang dapat melakukan upaya nyata terhadap Batu
Tatahan ini misalnya menunjuk/mengangkat seorang juru pelihara seperti yang terjadi pada
situs-situs megalitik lainnya, ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya dan
dijadikan destinasi wisata sehingga upaya nyata pelindungan, pelestraian hingga
pemanfaatan terhadap Batu Tatahan benar-benar ada.
Di
Desa Air Puar selain terdapat Batu Tatahan juga ditemukan tinggalan megalitik
lainnya yaitu Lumpang Batu. Di desa ini terdapat Lumpang Batu sebanyak 2 buah
yang berada di persawahan. Jarak Lumpang Batu dengan Batu Tatahan sekitar 700
meter. Lumpang
Batu pertama merupakan Lumpang Batu berlubang tiga dengan pelipit/pembatas yang
terlihat jelas pada setiap lubang, posisi lumpang miring dengan lubang di
bagian samping. Lumpang Batu ini mempunyai ukuran 132 cm, lebar 100 cm dan
tinggi 100 cm. Lumpang Batu kedua adalah lumpang batu berlubang dua dengan
posisi miring dimana bagian yang berlubang berada di bagian samping. Lumpang Batu
mempunyai ukuran panjang 115 cm, lebar 67 cm dan tinggi 105 cm. Jadi di Desa
Air Puar saat ini terdapat 2 situs megalitik yaitu Batu Tatahan dan Lumpang
Batu. Selain itu juga ditemukan peninggalan budaya yang lebih muda yaitu Ghumah
Baghi yang merupakan rumah adat Kabupaten Lahat. Dan untuk daya tarik wisata
lainnya di Desa Air Puar ada 6 air terjun atau cughup yaitu Cughup Datar Lebar,
Datar Lebar Tinggi, Asahan, Rubat, Karlantang, dan Pendaghatan.
Dengan
potensi alam dan budaya yang ada di Desa Air Puar berupa daya tarik wisata budaya dan alam
serta sumber daya lainnya seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan
peternakan maka dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata terpadu yang akan
meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Langkah awal dapat dibentuk
Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang beranggotakan masyarakat desa. Pembentukan
Pokdarwis dengan maksud mengembangkan kelompok masyarakat yang dapat
berperan sebagai motivator, penggerak serta komunikator dalam
upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian masyarakat di sekitar destinasi
pariwisata atau lokasi daya tarik wisata agar dapat berperan sebagai tuan rumah
yang baik bagi berkembangnya kepariwisataan, serta memiliki kesadaran akan
peluang dan nilai manfaat yang dapat dikembangkan dari kegiatan pariwisata
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Semoga
daya tarik wisata budaya dan alam yang ada di Desa Air Puar dapat segera
dikembangkan menjadi destinasi wisata yang akan memberikan manfaat kepada
masyarakat dan pendapatan asli desa. Mario Andramartik, 08 Oktober 2021.