Bukit Serelo

Icon dari kota kecil Kabupaten Lahat yang kaya akan Sumber Daya Alam, Budaya dan Bahasa.

Megalith

Peninggalan sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Lahat.

Ayek Lematang

Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lahat.

Air Terjun

Obyek keindahan alam yang terbanyak di Kabupaten Lahat.

Aktivitas Masyarakat Pedesaan

Kota Lahat yang subur kaya akan hasil perkebunan.

Jumat, 17 Mei 2019

REFLEKSI 150 TAHUN


Pada tanggal 20 Mei 2019 Kabupaten Lahat genap berusia 150 tahun. Kabupaten Lahat berdiri pada tanggal 20 Mei 1869 yang kala itu bernama Afdeling Palembangsche Bovenlanden atau Afdeling Palembang Dataran Tinggi. Dan merupakan pusat berbagai sektor seperti pemerintahan, militer, pendidikan dan perekonomian bagi daerah-daerah kekuasaan dibawahnya yang akhirnya berkembang menjadi 10 kabupaten/kota disekitarnya.
Usia 150 tahun merupakan suatu usia yang sangat matang dan mapan suatu daerah untuk membangun, menjadi maju dan berkembang. Apalagi di tunjang dengan sumber daya manusia yang tangguh dan sumber daya alam yang sangat melimpah baik yang ada di dalam bumi berupa batubara, minyak dan energi panas bumi juga yang di permukaan bumi seperti pertanian, perkebunan dan pariwisata. Kalau saja dari semua sektor tersebut satu atau dua sektor dikembangkan secara serius dan profesional tentu akan membawa kemajuan dan kemakmuran bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat.
Sekarang timbul sebuah pertanyaan, apakah Kabupaten Lahat dan Kota Lahat sebagai ibukotanya sudah maju dan berkembang dengan sangat pesat sesuai dengan kematangan usianya???? Dan jawabannya adalah belum seperti yang diharapkan. Dari pendapatan daerah Kabupaten Lahat masih di urutan ke-6  di Sumatera Selatan dan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) berada di urutan ke-8 se Sumatera Selatan serta angka kemiskinan masih tergolong tinggi, berdasarkan update terakhir Maret 2019 Kabupaten Lahat di posisi ke-3 tingkat kemiskinan tertinggi di Sumatera Selatan.
Kita bicara secara realistis dan bukan untuk menyalahkan satu pihak atau pihak lainnya tetapi kita mencari solusi agar kondisi yang ada dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dan Kabupaten Lahat menjadi kabupaten terdepan dalam banyak bidang sesuai dengan kematangan umurnya.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat harus berupaya keras untuk meningkatkan dan mengembangkan diri menjadi kabupaten yang terbaik. Kota Lahat sebagai ibukota kabupaten dan juga salah satu kota tertua di Sumatera Selatan harus banyak berbenah diri. Misalnya membangun gerbang kota yang lebih representative dengan motif gerbang yang berciri khas Lahat sehingga ketika orang luar yang baru masuk gerbang Kota Lahat akan mendapat kesan terbaik terhadap Kota Lahat. Dan gerbang kota juga sebagai salah satu indikator kemajuan kota. Lalu jalan-jalan di dalam kota di bangun lebih lebar menjadi dua lajur, di tengah jalur berupa pembatas jalan dan sekaligus menjadi taman. Hal ini bukan saja untuk kelancaran lalu lintas tetapi juga kota menjadi indah dan sejuk. Di kanan dan kiri jalan di bangun trotoar yang lebar dan nyaman untuk semua pengguna jalan khususnya pejalan kaki. Juga lampu-lampu jalan yang mempercantik kota di malam hari. Semua drainase di tepi jalan di buat tertutup dan dapat dijadikan sebagai trotoar.
Pasar-pasar yang ada di Kota Lahat harus direvitalisasi agar lebih baik, aman, indah dan nyaman. Kondisi yang ada sekarang sudah cukup memprihatikan karena tidak ada kesan bersih, indah dan nyaman malah sebaliknya terkesan kotor dan kumuh. Pasar-pasar yang ada selain sebagai tempat jual beli juga dapat dijadikan destinasi wisata dan ini akan menambah pendapatan daerah seperti Pasar Ikan Pike Place, didirikan pada tahun 1930, adalah pasar ikan terbuka yang berlokasi di Seattle, Washington, Amerika Serikat. Pasar ini dikenal karena tradisi mereka yaitu penjual ikan melempar ikan yang telah dibeli oleh pelanggan, sebelum dibungkus. Pasar ini sekarang menjadi tujuan wisata populer di Seattle, menarik hingga 10.000 pengunjung setiap hari, dan sering disebut sebagai yang terkenal di dunia.
Lahan-lahan kosong dapat dijadikan taman kota yang akan memperindah wajah kota menjadi lebih hijau, untuk rekreasi bagi masyarakat kota, untuk menyerap gas karbon dioksida (CO2) yang banyak dihasilkan oleh kendaraan bermotor, mobil, pembakaran sampah dan sebaliknya menghasilkan O2 yang dibutuhkan kita juga taman kota bisa ikut serta dalam rangka mencegah terjadinya banjir, karena air tidak akan langsung terbuang ke sungai /selokan tetapi diserap oleh tumbuhan yang ada di taman kota. Juga menjadi tempat berinteraksi masyarakat kota serta menjadi salah satu destinasi wisata yang berdapat positif bagi perekonomian.
Dengan potensi pariwisata yang melimpah dan terkaya se Sumatera Selatan sudah seharusnya Kabupaten Lahat menjadikan sektor pariwisata menjadi salah satu pundi pendapatan daerah. Kabupaten Lahat sebagai pemilik air terjun terbanyak se Indonesia (143 air terjun), pemilik situs megalitik terbanyak se Indonesia (rekor MURI tahun 2012), pemilik megalitik terbaik se Indonesia (buku Lonely Planet terbit di Inggris), terowongan terpanjang ke-10 se Indonesia, bangunan heritage, sungai untuk rafting, rumah adat, pusat latihan gajah (1 dari 7 pusat latihan gajah se Indonesia) bahkan Kabupaten Lahat pemilik bukit terunik di dunia, Bukit Serelo atau Bukit Jempol.
Seperti kita ketahui banyak kota di banyak negara menggandalkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan pendapatan daerah karena sektor pariwisata dapat menghidupkan geliat ekonomi suatu daerah. Terbukti dari data The World Travel & Tourism Council (WTTC), ada kota-kota besar di dunia yang mayoritas Produk Domestik Bruto ( PDB) berasal dari sektor pariwisata. Hingga pada akhirnya sektor pariwisata menjadi tulang punggung perekonomian penduduk di daerah tersebut. Pendapatan dari sektor pariwisata tidak melulu tentang melihat keindahan alam atau budaya saja tetapi ada MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dan olahraga juga memberi pemasukan yang tinggi untuk sektor pariwisata. Sebagai contoh beberapa kota di dunia dengan PDB tertinggi dari sektor pariwisata adalah Cancun (Meksiko), Orlando dan Miami (Amerika Serikat), Dubrovnik (Kroasia), Venesia (Itali), Dubai (Emirat Arab) dan Bangkok (Thailand). Di Indonesia sendiri kota yang mengandalkan pariwisata sebagai sektor unggulan adalah Bali, Bandung, Banyuwangi dan Yogyakarta serta Aceh pada pertengahan tahun 2018 mencanangkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan.
Metode lain untuk meningkatkan pendapatan daerah misalnya dengan mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerah dari pajak dan restribusi. Dalam hal ini Kepala Daerah harus melakukan langkah konkrit agar sejumlah SKPD yang memiliki kewenangan penarikan pajak daerah dan retribusi benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena mungkin beberapa wajib pajak kurang patuh dalam membayar pajak. Misalnya hotel atau penginapan tidak melaporkan tingkat hunian atau okupansi hotel/penginapan yang sebenarnya padahal hotel/penginapan sudah mengambil pajak dari konsumen dan pihak hotel/penginapan wajib melaporkan pajak yang telah dibayar oleh konsumen.


Untuk mengoptimalkan pendapatan daerah di sektor ini maka di setiap hotel/penginapan di pasang tax monitor berupa alat khusus perkiraan pembayaran pajak pihak tertentu. Bukan hanya hotel/penginapan yang harus di pasang tax monitor atau e-tax akan tetapi juga rumah makan dan restoran. Jika semua hotel/penginapan, rumah makan dan restoran telah menyetorkan pajak yang di pungut dari konsumen dan disetorkan ke pemerintah maka dapat meningkatkan pendapatan daerah. Hal ini sudah dilakukan oleh beberapa hotel, rumah makan dan restoran di Indonesia seperti Palembang yang mulai menerapkan akhir tahun 2018 sedang Banyuwangi sudah menerapkan e-tax sejak Juli 2018 dan hasilnya dalam 3 bulan setelah penerapan terjadi peningkatan sebesar 200 persen di sektor ini. 


 
Begitu juga dengan kegiatan pertambangan yang ada di Lahat dimungkinkan banyak pajak yang dapat di ambil misalnya dari pajak alat-alat berat, pajak jual beli tanah yang dijadikan area pertambangan, pajak mobil truk yang mempunyai pelat no luar Lahat tetapi beroperasi di pertambangan di Lahat.
Cara lain untuk optimalisasi pendapatan daerah adalah menerapkan aturan bahwa setiap unit usaha yang beroperasi di Lahat wajib memiliki badan usaha yang berdomisili di Lahat. Selama ini, mungkin banyak badan usaha yang alamat NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) nya tidak berada di Lahat tetapi melakukan usahanya di Lahat. Untuk hal ini Pemda Kabupaten Lahat harus melakukan pendekatan agar semua unit usaha yang melakukan usaha di wilayah Kabupaten Lahat untuk juga memindahkan pajak perusahaannya ke Kabupaten Lahat.
Untuk mewujudkan semua itu tentu harus ada dukungan semua pihak dan yang terpenting komitmen kepala daerah atau Chief Executive Officer (CEO)  Karena peran kepala daerah atau CEO  menentukan 50 % kesuksesan daerah dalam membangun. Dengan komitmen orang nomor satu di suatu daerah maka semua program dengan mudah akan berjalan atau tidak. Karena tugas pemimpin itu menentukan arah pembangunan dan mengalokasikan semua sumberdaya yang ada.
Semoga dengan momen peringatan hari lahir ke-150 Kabupaten Lahat akan menjadi awal kebangkitan Kabupaten Lahat, menjadi refleksi agar ke depan Kabupaten Lahat menjadi daerah terdepan dalam banyak bidang pembangunan. (Maryoto, Lahat, Ramadhan, 9 Mei 2019)

Senin, 13 Mei 2019

LAHAT, AKANKAH BERCAHAYA KEMBALI


Pada tahun 1869 Regeering Almanac yang diterbitkan di Belanda menyebutkan bahwa Pemerintah Hindia Belanda membagi Karesidenan Palembang menjadi 9 afdeling  yaitu : 1.Afdeling Palembang, 2.Afdeling Tebing Tinggi, 3.Afdeling Lematang Ulu dan Lematang Ilir, 4.Afdeling Komering Ulu, Ogan Ulu dan Enim, 5.Afdeling Rawas, 6.Afdeling Musi Ilir, 7.Afdeling Ogan Ilir dan Belida, 8.Afdeling Komering Ilir, 9.Afdeling Iliran dan Banyuasin.

Dan  pada tahun 1872 terjadi peristiwa regrouping dari 9 afdeling menjadi 7 afdeling lalu pada tahun 1878 di rubah menjadi 6 afdeling. Kemudian pada tahun1918 melalui staatblad nomor 612 afdeling menjadi 4 yaitu : 1.Afdeling Hofdspaats Palembang (Kota Palembang dan sekitarnya), 2.Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Lahat dan sekitarnya), 3.Afdeling Komering Ulu dan Ogan Ilir, 4. Afdeling  Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).

Terjadi lagi perubahan pada tahun 1921 melalui staatblad nomor 465 dan pada tahun 1930 melalui staatblad nomor 352, Karesidenan Palembang di ubah menjadi 3 afdeling yaitu : 1.Afdeling  Palembangsche Benedenlanden (Afdeling Palembang Dataran Rendah) dengan ibukota Palembang dan daerah Banyuasin, Ogan Ilir (Tanjung Raja), Komering Ilir (Kayu Agung), Musi Ilir dan daerah Kubu Sekayu di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Kota Palembang.  2.Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Afdeling Palembang Dataran Tinggi) dengan Ibukota Lahat membawahi enam Onder Afdeling yaitu Lematang Ulu (Lahat), Lematang Ilir (Muara Enim), Tanah Pasamah (Pagar Alam), Tebing Tinggi, Musi Ulu (Lubuk Linggau) dan Rawas (Suru Langun) di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Kota Lahat.  3.Afdeling Ogan Komering Ulu dengan ibukota Baturaja membawahi tiga Onder Afdeling yaitu Ogan Ulu (Baturaja), Muara dua, dan Komering Ulu (Martapura) di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Baturaja.

Maka sejak tahun 1930 Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Afdeling Palembang Dataran Tinggi) dengan Ibukota Lahat membawahi yaitu : 1.Onder  Afdeling Lematang Ulu yang saat ini menjadi Kabupaten Lahat, 2.Onder Afdeling Lematang Ilir yang saat ini menjadi Kabupaten Muara Enim, Kabupaten PALI dan Kota Prabumulih, 3.Onder Afdeling Tanah Pasemah yang saat ini menjadi Kota Pagar Alam, 4.Onder Afdeling Tebing Tinggi yang saat ini menjadi Kabupaten Empat Lawang, 5.Onder Afdeling Musi Ulu yang saat ini menjadi Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas, 6.Onder Afdeling Rawas yang saat ini menjadi Kabupaten Musi Rawas Utara dan Kabupaten Sarolangun

Kota Lahat sejak tahun 1930 hingga awal masa kemerdekaan sampai dengan dekade tahun 1990an merupakan pusat pemerintahan, militer, ekonomi dan kota terbesar  bagi 6 onder afdeling yang saat ini menjadi 10 kabupaten/kota. Kala itu Kota Lahat masih menjadi Kota Pelajar karena para pelajar dari semua kabupaten tetangga sekolah di Kota Lahat, masih menjadi pusat perekonomian karena semua kabupaten tetangga pergi ke Kota Lahat untuk kebutuhan ekonomi. Akan tetapi secara berangsur Kota Lahat sebagai kota pelajar sirna dan kabupaten/kota tetangga berkembang dengan pesatnya.

Sesuai dengan perkembangan jaman daerah-daerah kekuasaan di bawah Kabupaten Lahat berdiri memisahkan diri seperti pada tanggal 20 April 1943 berdiri Kabupaten Musi Rawas lalu pada tanggal 20 Nopember 1946 berdiri Kabupaten LIOT yang kemudian berganti nama menjadi Kabupaten Muara Enim.
Pada tanggal 10 Oktober 1999 berdiri Kabupaten Sarolangun kemudian pada tanggal 21 Juni 2001 berdiri Kota Pagar alam dan 5 bulan kemudian pada tanggal 17 Oktober 2001 berdiri Kota Prabumulih dan Kota Lubuk Linggau. Kota Prabumulih merupakan pemekaran dari Kabupaten Muara Enim dan Kota Lubuk Linggau yang sebelumnya merupakan ibukota Kabupaten Musi Rawas sejak tahun 1943.
Pada tanggal 20 April 2007 Kabupaten Empat Lawang berdiri dari hasil pemekaran Kabupaten Lahat. Tahun 2013 tepatnya 11 Januari berdiri Kabupaten PALI hasil pemekaran Kabupaten Muara Enim dan pada tanggal 10 Juli 2013 berdiri kabupaten ke-17 di Sumatera Selatan, Kabupaten Musi Rawas Utara dari pemekaran Kabupaten Musi Rawas.

Satu demi satu wilayah Kabupaten Lahat memisahkan diri dan berkembang maju dengan pesat sebut saja Kota Lubuk Linggau yang saat ini menjadi kota terbesar ke-2 se Sumatera Selatan. Padahal kota ini baru terbentuk pada tahun 1933 karena menjadi ibukota Onder Afdeling Musi Ulu setelah selesainya pembangunan jalur kereta api Kertapati – Lubuk Linggau.  Lalu Kota Prabumulih yang saat ini menjadi kota terbesar ke-3 se Sumatera Selatan yang baru berdiri tahun 2001. Kedua kota ini  baru berumur 18 tahun tetapi kemajuan kotanya meninggalkan saudara tertuanya Lahat.

Kabupaten Lahat yang merupakan kabupaten induk dari 10 kabupaten/kota saat ini telah tertinggal jauh dalam beberapa sektor pembangunan dengan kabupaten/kota yang  sebelumnya di bawah kekuasaan Kabupaten Lahat. Seperti pada sektor ekonomi di lihat dari PAD Kabupaten Lahat belum menunjukkan sebagai kabupaten tertua dengan PAD tertinggi malah masih tertinggal dengan saudara mudanya Kabupaten Muara Enim dimana  tahun 2018 Kabupaten Muara Enim dengan PAD sebesar 2,4 triliun dan Kabupaten Lahat hanya sebesar 1,8 triliun lebih sedikit di atas PALI sebesar 1,5 triliun dan Musi Rawas sebesar 1,6 triliun.

Di lihat dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia) tahun 2018 Kabupaten Lahat sebesar 66,99% menempati urutan ke-8 dari 17 Kabupaten/kota se Sumatera Selatan masih di bawah Kabupaten Muara Enim di urutan ke-5 sebesar 68,28%, di urutan ke-6 Pagar Alam sebesar 67,62% sedang Kota Lubuk Linggau di urutan ke-3 sebesar 74.09% dan Kota Prabumulih sebesar 77.04% di urutan ke-2.

Untuk persentase penduduk miskin di Sumatera Selatan tahun 2018 update Maret 2019 Kabupaten Lahat menduduki peringkat ke-3 kabupaten/kota termiskin se Sumatera Selatan dengan persentase 16,15% tidak lebih baik dari kabupaten/kota tetangga dan sekaligus saudara mudanya. Muara Enim dengan persentase 12,56% urutan ke-8 dan Empat Lawang 12,25%  urutan ke-7 sedang Pagar Alam menjadi jawara tingkat kemiskinan terendah se Sumatera Selatan dengan persentase 8,77%.

Di sektor pariwisata Kabupaten Lahat memiliki potensi terbanyak dan terkaya se Sumatera Selatan sebut saja Kabupaten Lahat sebagai pemilik air terjun terbanyak se Indonesia (143 air terjun), pemilik situs megalitik terbanyak se Indonesia (rekor MURI tahun 2012), pemilik megalitik terbaik se Indonesia (buku Lonely Planet terbit di Inggris), terowongan terpanjang ke-10 se Indonesia, bangunan heritage, sungai untuk rafting, rumah adat, pusat latihan gajah (1 dari 7 pusat latihan gajah se Indonesia) bahkan Kabupaten Lahat pemilik bukit terunik di dunia, Bukit Serelo atau Bukit Jempol. Tetapi semua potensi tersebut belum mampu membawa kesejahteraan dan  kemakmuran masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat. Potensi yang melimpah belum dikelola secara serius dan profesional dan  belum adanya komitmen pemerintah daerah untuk membangun dan menjadikan potensi tersebut menjadi destinasi unggulan.

Pada sektor perkebunan kopi walaupun Kabupaten Lahat merupakan salah satu kabupaten yang memiliki lahan perkebunan kopi terluas se Sumatera Selatan akan tetapi brand kopi Lahat masih kalah dengan kopi Lampung dan kopi Sumatera Selatan lainnya.  Kopi Semendo dari Muara Enim dan kopi Empat Lawang lebih dikenal saat ini karena kedua kopi tersebut telah mendapat IG ( Indikasi Geografis)  yang dikeluarkan oleh Dirjen Kekayaan Intelektual KemenkumHam RI dan memiliki kekuatan hukum. Indikasi Geografis ini akan melindungi petani kopi agar mereka dapat menikmati keuntungan maksimal dari kopi yang mereka hasilkan.
Kota Lahat sebagai ibukota Kabupaten Lahat tidak menunjukkan suatu perkembangan yang signifikan. Jalan-jalan kota tidak mengalami perubahan atau penambahan sedangkan jumlah kendaraan setiap harinya bertambah bahkan sejak awal Kota Lahat  berdiri kendaraan jenis truk dan bis dengan ukuran terbesar sekalipun masih harus melewati pusat Kota Lahat karena belum adanya jalan lingkar luar kota. Gerbang kota dari 3 penjuru masuk Kota Lahat tidak menunjukkan perubahan berarti, semestinya ke-3 gerbang masuk kota di bangun semegah dan seindah mungkin dan menjadi suatu indikator perkembangan suatu kota. Jalan-jalan dalam kota masih sempit, jalan-jalan ini masih hasil buatan jaman Belanda. Belum ada upaya pelebaran dan pembuatan jalan baru. Trotoar kota yang tak nyaman untuk pejalan kaki, pasar-pasar yang kumuh dan tak terurus, drainase yang sempit dan mampet, parkir kota yang semrawut dan membuat macet.

Kapan Kota Lahat dan Kabupaten Lahat akan menjadi pusat perekonomian, pendidikan, pemerintahan dan kota terbesar seperti awal berdirinya dahulu???? Ini akan menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar untuk pemimpin Lahat yang sedang memimpin Lahat saat ini. Akankah Lahat Bercahaya dan bersinar seperti sediakala? Semoga di momen hari jadi Kabupaten Lahat ke-150 tahun 2019 akan menjadi awal kebangkitan Kabupaten Lahat yang maju berkembang, adil dan makmur untuk semua. (Maryoto, Lahat, 4 Mei 2019)

Sabtu, 11 Mei 2019

CUGHUP KE-143, JELAJAH NEGERI MENGENAL ALAM


DALAM waktu seminggu, Tim Panoramic of Lahat berhasil mengunjungi dua air terjun di Kabupaten Lahat yang belum sama sekali di liput oleh media manapun.
Kalau sebelumnya, Panoramic of Lahat menemukan air terjun ke 142 di Kabupaten Lahat yang terletak di desa Perangai kecamatan Merapi Selatan. Dua hari berikutnya, Panoramic of Lahat yang dikomandoi ketuanya Maryoto atau yang lebih akrab di panggil dengan Mario Andramartik mengunjungi Desa Masam Bulau di Kecamatan Tanjung Sakti Pumi.
Di desa ini, Panoramic of Lahat mengunjungi Air Terjun Mangkok bersama Ketua Karang Taruna dan Tokoh Pemuda Desa Masam Bulau bernama Wandi.
Dari desa tim mengendarai sepeda motor menyusuri pematang sawah yang telah dijadikan jalan setapak berbeton sejauh sekitar 600 meter, lalu berjalan kaki menyusuri tepi sungai dan menyusuri pematang sawah sejauh 300 meter. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan perjalanan sejauh 100 meter menyusuri aliran sungai setinggi mata kaki.
Keindahan Air Terjun Mangkok dengan lebatnya pepohonan di sekitar air terjun menambah kesejukan mata memandang. Air terjun bertingkat tiga dengan airnya yang jernih, bersih dan membentuk lubuk atau danau di bawahnya mengundang rasa untuk berenang. Tetapi, karena waktu sudah sore dan hari akan hujan kami hanya berfoto dan membuat video.
Baru saja kami berjalan 100 meter meninggalkan lokasi air terjun hujan sudah turun dan kami putuskan untuk terus melanjutkan perjalanan pulang ke desa walau harus berbasah ria. Kami berlari-lari kecil menyusuri pematang sawah terus menyeberangi sungai kecil dengan air setinggi betis terus berlari menyusuri tepi sungai untuk menuju sepeda motor yang kami gunakan untuk kembali ke desa. Suatu pengalaman yang sangat berkesan.
Air Terjun Mangkok bertingkat tiga yang kami lihat ternyata masih menyimpang keindahan pada bagian atasnya, dan kata Wandi sang tokoh desa bahwa ketinggian Air Terjun Mangkok ini secara keseluruhan setinggi 70 meter dan bertingkat-tingkat, tetapi karena waktu sudah sore maka kami belum dapat melihat semua air terjun.
Maka dengan letak yang tak jauh dari desa dan mudah di jangkau serta keindahannya yang menawan bak perawan desa nan cantik jelita. Tak mustahil, air terjun ini dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan pemerintah.
Yach, sangat potensial untuk dijadikan obyek wisata ujar Maryoto sang Tokoh Penggerak Kebudayaan dan Kepariwisataan Sumsel yang tak pernah kenal lelah mengunjungi seantero Kabupaten Lahat, Empat Lawang dan Pagaralam untuk mendata, mendokumentasi dan mempromosikannya. 

Kamis, 09 Mei 2019

CUGHUP MATE PELUBANG, JELAJAH NEGERI MENGENAL ALAM


PANORAMIC of Lahat sebuah lembaga yang konsen dan peduli dengan pengembangan pariwisata dan kebudayaan di Kabupaten Lahat yang beberapa bulan lalu mendapat penghargaan sebagai Komunitas Peduli Cagar Budaya Nasional dari Kemendikbud RI mewakili Sumbangsel, tak pernah berhenti menggali potensi Kabupaten Lahat.
Kali ini Panoramic of Lahat yang dipimpin langsung ketuanya Maryoto atau yang lebih di kenal sebagai Mario Andramartik bersama timnya Herli, Aan dan Andra bersama Karang Taruna Desa Perangai Kecamatan Merapi Selatan meninjau air terjun yang baru dibuka oleh Karang Taruna Desa Perangai.
Untuk mencapai air terjun ini tidaklah sulit. Dari desa dengan sepeda motor hanya memakan waktu 5 menit dengan melintasi jalan ke arah Lahat Selatan atau Pagar Gunung, lalu belok kiri melintasi jalan beton yang sangat apik. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 5 menit menyusuri semak belukar dan aliran sungai. Dan terlihatlah, air yang jatuh dari ketinggian sekitar 15 meter berwarna jernih dengan rimbunnya pepohonan di sekitar air terjun.
Air yang mengalir ini disebut sebagai Ayek Mate Pelubang yang mengalir ke Ayek Suban dan air terjun dengan ketinggian 15 meter ini disebut Air Terjun Mate Pelubang, air terjun yang ke 142 yang ada di Lahat dan dikunjungi Panoramic of Lahat.
Di lokasi ini, ada air terjun lagi di bawahnya yang disebut Air Terjun Mandian Bulan dengan ketinggian sekitar 10 meter dan dengan lubuk di bawahnya seluas 5 meter dan kedalaman 2 meter.
Air terjun ini sangat potensial untuk dijadikan destinasi pariwisata di Kecamatan Merapi Selatan. Apa lagi jalan dari Kecamatan Merapi Selatan dengan Kecamatan Lahat Selatan dan Pagar Gunung dapat dibuka, sehingga wisatawan dapat datang dari arah Merapi Area, Pagar Gunung, Lahat Selatan dan Kota Lahat.
Selain itu, dalam perjalanan ke air terjun terdapat pemandangan beberapa bukit yaitu; Bukit Punggue Betine, Bukit Punggue Lanang, Bukit Kuning, Bukit Teloe, Bukit Tapak Kajang, Bukit Besak dan Bukit Jempol.

Semoga akses jalan menuju air terjun ini dapat segera dibangun untuk menumbuhkan titik ekonomi baru di area ini. Maryoto selaku Tokoh Penggerak Kebudayaan dan Kepariwisataan Sumsel 2016 yang tak henti mendata dan promosikan potensi Kabupaten Lahat, Pagaralam dan Empat Lawang berharap agar kawasan ini menjadi destinasi wisata unggulan Sumatera Selatan.

Minggu, 05 Mei 2019

CUGHUP MUARE MAS, JELAJAH NEGERI MENGENAL ALAM


Minggu ini akhir Januari 2019 bertambah lagi jumlah air terjun yang di data oleh Panoramic of Lahat, yang merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan dan pariwisata.Sebelumnya jumlah air terjun sudah tercatat sebanyak 140. Dan sekarang menjadi 141 air terjun dan hal ini makin menguatkan Kabupaten Lahat sebagai  pemilik air terjun terbanyak se-Indonesia.Panoramic of Lahat melalui Ketuanya Maryoto atau yang lebih dikenal sebagai Mario Andramartik telah mendaftarkan air terjun terbanyak se Indonesia ke MURI (Museum Rekor Indonesia) pada tahun 2016.Dengan kontur daerah perbukitan yang dimiliki Kabupaten Lahat tidak mustahil kalau memiliki banyak air terjun. Kali ini Panoramic of Lahat dengan dipimpin langsung Ketuanya Maryoto dan beberapa anggotanya mendatangi air terjun yang terletak di Desa Lesung Batu Kecamatan Pagar Gunung.Untuk mencapai air terjun ini dari Kota Lahat dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat atau roda dua berjarak sekitar 30 km.Kendaraan roda dua sejenis motor trail dapat mendekat hingga kebun kopi dan dilanjutkan berjalan kaki sekitar 100 meter.Air terjun di dataran lengkupi bernama Air Terjun Muare Mas dari sumber Sungai Sugih yang mengalir ke Sungai Lengkupi yang berair jernih walau di musim kemarau di mana air Lematang berair keruh.‘’Air terjun dengan ketinggian sekitar 15 meter masih sangat alami bahkan pemuda desa Lesung Batu yang mengantar kami baru pertama kali ke air terjun ini. Menurut warga yang berada di air terjun menuturkan bahwa kami merupakan pihak dari luar desa sini yang pertama ke air terjun Muare Mas,’’ ujar Maryoto, Selasa (29/1).Disebut air terjun Muare Mas konon katanya air terjun terlihat warnanya kuning seperti emas. Dan air yang mengalir di sebut air atau sungai sugih karena konon ada pesugihan berupa tanaman buah yang berada di atas aliran sungai. Bila ada orang yang berada di atas air terjun dan menemukan tanaman buah dan terlihat ada buahnya maka segera ambil dan itu akan membawa berkah atau menjadi sugih kalau tidak di ambil dan menunggu besok saja maka pada keesokan harinya buah tersebut sudah tidak ada lagi