
Kali ini dimana
masih dalam suasana pandemi tidak menyurutkan setiap insan Indonesia untuk
merayaakan Hari Kemerderkaan Republik Indonesia walaupun dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Lembaga Kebudayaan
dan Pariwisata Panoramic of Lahat tidak ketinggalan dalam memeriahkan hari
kemerderkaan dengan semangat untuk mengenal dan melestarikan kebudayaan dan
kekayaan bumi pertiwi Indonesia dengan tetap menggelorakan semangat perjuangan
pendiri bangsa untuk meneruskan perjuangan dengan mengisi kemerdekaan.
Di hari Sabtu pagi
yang mendung tiga orang anggota Panoramic of Lahat Mario, Bayu dan Bambang menuju
desa Tanjung Bulan kecamatan Kota Agung. Setelah tiba di desa Tanjung Bulan tim diterima
oleh Kades Tanjung Bulan Hamidi beserta perangkat desa Jonsen Ketua BPD, Edwin Kasie
Pembangunan, Wawan Kadus II dan perangkat lainnya Endri, Riky serta Yeen
Gustiance Penggiat Budaya. Seperti kebiasaan masyarakat Kabupaten Lahat pada
umumnya yang selalu menyambut ramah para pendatang yang berkunjung dengan
menyuguhkan kopi dengan gelas bukan dengan cup atau cangkir dan beberapa
makanan kecil. Hal ini bahkan sudah menjadi tradisi masyarakat yang tetap
terjaga dan lestari hingga kini. Kamipun disambut dan disajikan hal yang sama.
Setelah kami
menyampaikan maksud dan tujuan kami berangkat dari rumah kepala desa menuju
arah Selatan desa atau ke arah Bukit Barisan yang terlihat berjajar berwarna
hijau membentang panjang. Kami berboncengan sepeda motor menyusuri jalan
setapak yang telah di cor beton sejauh 1,5 km melintasi persawahan dan
perkebunan kopi dengan kontur jalan sedikit menanjak tetapi tak ada tanjakan
yang terjal dan ektrim. Kemudian kami melintasi jalan setapak yang masih berupa
jalan tanah sejauh sekitar 400 meter dan tibalah di pondok Iwan. Disini kami
parkir motor dan melanjutkan berjalan kaki dengan menyusuri kebun kopi. Kami
berjalan di sela-sela pohon kopi dengan kontur jalan menanjak menuju air terjun
atau cughup sejauh 200 meter.
Endri sang pemilik
kebun kopi dimana terdapat 2 air terjun menjadi pemandu perjalanan kami ke air
terjun. Endri membawa kami menuju Cughup Tebat Juring dengan menyusuri kebun
kopi miliknya. Kami berjalan di sela-sela pohon kopi dengan hati-hati karena
kami berada di lereng bukit. Cuaca sedikit mendung dan tidak panas ditambah
sejuknya udara di kawasan ini sehingga perjalanan hari ini sangat menyenangkan.
Cughup Tebat Juring dengan tinggi sekitar 25 meter berada di ketinggian 1.130
mdpl di kawasan Lawang Juring. Cughup ini masih natural, belum di explore dan
di expose. Beberapa perangkat desa dan masyarakat Desa Tanjung Bulan bahkan
belum pernah datang dan melihat langsung ke cughup ini. Di area cughup masih
sangat rindang dengan pohon-pohon seperti pohon kunyit, serian, pasang pelemai,
cemare udang, lasi, puar, paku simpai dan pacar air dengan bunga berwarna
kuning yang tumbuh di dinding air terjun dan menambah keindahan cughup yang
berair jernih. Di area inipun masih hidup berbagai jenis hewan seperti biawak, monyet,
beruk, simpai, babi, landak dan ular. Dari Cughup Tebat Juring dapat melihat
persawahan dan perkampungan desa Tanjung Bulan. Kami duduk disini menikmati
keindahan air terjun, hambaran perkebunan dan persawahan sembari menikmati
makanan kecil dan melepas dahaga.
Di bawah Cughup
Tebat Juring sejauh 50 meter terdapat sebuah cughup yang disebut Cughup Anak
dengan tinggi sekitar 5 meter di ketinggian 999 mdpl. Di seputaran cughup ini
sudah ditanami dengan pohon kopi. Melihat Cughup Anak teringat dengan Teladas
Barun di desa Pulau Panas kecamatan Tanjung Sakti Pumi, cughup yang pendek
berair jernih yang dikelola dengan baik sehingga maju berkembang menjadi
destinasi wisata.
Perjalanan balek
ke pondok Iwan dari Cughup Tebat Juring dengan melintasi Cughup Anak terasa
lebih pendek dan lebih mudah dari pada perjalanan pergi. Menurut cerita dari
perangkat desa yang ikut dalam perjalanan ini, masih ada satu lagi cughup yang
berada di atas Cughup Tebat Juring berada sekitar 500 meter yang disebut dengan
Cughup Batu Pancung. Jadi di kawasan Lawang Juring ini ada 3 cughup yang
merupakan daya tarik wisata desa Tanjung Bulan.
Selanjutnya dari Pondok Iwan kami bergerak ke bawah menuju Ataran Sawah Tinggi dengan menelusuri perkebunan kopi sejauh sekitar 1 km ke arah utara. Setiba di Ataran Sawah Tinggi yang berada di ketinggian 736 mdpl terlihat hamparan sawah dan 2 pondok. Sepeda motor kami parkir tak jauh dari pondok dan kami berjalan sekitar 10 meter terlihat sebuah batu dengan lubang dengan kedalaman sekitar 5 cm yang berisi air. Masyarakat desa menyebutnya sebagai Batu Itik karena selama ini batu berbentuk oval dengan lubang diatasnya ini dimanfaatkan warga sebagai tempat itik makan dan minum. Dari Batu Itik kami terus ke arah sawah sejauh 20 meter, disini ada sebongkah batu yang ditopang beberapa batu dengan lubang berdiameter 15 cm di bagian atasnya. Batu yang berada di sawah milik Angga ini disebut masyarakat sebagai Batu Beghuk atau Beruk. Masyarakat melihat batu ini seperti muka seekor binatang beghuk atau beruk. Setelah kami amati ternyata batu ini merupakan sebuah lumpang batu berlubang 3 seperti yang pernah kami lihat di beberapa situs megalit yang tersebar di Kabupaten Lahat. Pada bagian tepi lubang ada juga bagian pelipit atau pembatas. Kami berkesimpulan bahwa kedua batu yang kami lihat merupakan tinggalan masa megalit. Maka situs megalit Batu Beghuk atau lumpang batu ini merupakan situs megalit ke-62 yang ada di Kabupaten Lahat dan makin mengukuhkan Kabupaten Lahat sebagai Negeri 1.000 Megalit.
Dari Situs Megalit Batu Beghuk kami menuju Tebat Bukit dan untuk menuju Tebat Bukit kami harus kembali ke desa dan terus mengarah ke tebat yang berjarak sekitar 1 km dari desa dengan menyusuri jalan setapak yang telah di cor beton sehingga perjalanan ke tebat sangat cepat dan mudah. Dari lokasi kami parkir sudah terlihat Tebat Bukit dan berjalan sedikit turun sejauh 10 meter sudah tiba di tepi tebat. Tebat Bukit berada di ketinggian sekitar 781 mdpl dengan luas sekitar 2 ha dan kedalaman hingga 5 meter. Saat ini tepian tebat ditumbuhi beberapa tanaman sehingga hanya bagian kecil tebat yang terlihat ada airnya. Sebelumnya beberapa tahun lalu seluruh permukaan tebat bebas dari tumbuhan dan penuh ditutupi air. Kala itu masyarakat setiap minggu mengadakan gotong royong membersihkan tebat sehingga seluruh bagian tebat dapat dijangkau dengan menggunakan rakit atau perahu, banyak masyarakat yang datang untuk mancing atau sekedar untuk refreshing. Saat kami berada di area tebat terlihat ada yang mancing di tengah tebat dengan menggunakan rakit karena di tebat ini masih ada berbagai jenis ikan seperti gabus, emas, mujaer, pirik, bilis, braskap, palau, kalang, belut dan labi. Sebelumnya juga banyak liling (sejenis keong). Dan liling Tebat Bukit sangat digemari masyarakat akan tetapi sekarang sudah langka. Tak lupa kami berfoto bersama untuk mengabadikan keberadaan kami disini sebelum kembali ke desa.
Tak terasa selama
5 jam lebih kami keliling melihat daya tarik wisata dan budaya desa Tanjung
Bulan kemudian kami kembali ke desa. Kami menyantap hidangan makan siang yang
telah disiapkan oleh Kades Tanjung Bulan dan kami juga disajikan segelas kopi
sambil bercerita tentang daya tarik yang melimpah di desa Tanjung Bulan.
Setelah melihat
secara keseluruhan dan menelusuri perjalanan sejak dari desa hingga cughup,
situs megalit dan tebat juga potensi perkebunan kopi, durian, sawah, kolam
ikan, rumah dan keramahan penduduk maka kemolekan desa Tanjung Bulan sangat
layak untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata yang akan berdampak positif
terhadap kemajuan desa secara keseluruhan. Pertama dapat dibentuk pokdarwis
atau kelompok sadar wisata yang akan menjadi pengelola dan pengembang daya
tarik wisata yang didukung oleh komponen desa seperti Kepala Desa beserta
perangkat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda,
ibu-ibu PKK desa dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama membangun desa.
Selanjutnya dibentuk juga unit usaha perbuatan makanan ringan, souvenir,
perikanan, peternakan dan berbagai fasilitas wisatawan yang berkunjung ke air
terjun, tebat dan situs megalit. Dan tak ayal bila kelak kemolekan Tanjung
Bulan akan tersohor hinga seantero Sumatera Selatan dan Indonesia.(Mario
Andramartik, 22 Agustus 2021).