Bukit Serelo

Icon dari kota kecil Kabupaten Lahat yang kaya akan Sumber Daya Alam, Budaya dan Bahasa.

Megalith

Peninggalan sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Lahat.

Ayek Lematang

Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lahat.

Air Terjun

Obyek keindahan alam yang terbanyak di Kabupaten Lahat.

Aktivitas Masyarakat Pedesaan

Kota Lahat yang subur kaya akan hasil perkebunan.

Sabtu, 23 April 2016

"Pesonamu Tak Terjamah" Jelajah Negeri Mengenal Alam

 “Awas hati-hati !!!, kita sekarang diatas atas air terjun” seru Dahlan memberi peringatan kepada kami, ketika kami tepat berada diatas air terjun yang berair jernih. “Wooouuuu tinggi sekali” ujar Yudha sambil melihat ke arah bawah. Dengan sangat hati-hati, kami beberapa saat berada disini sebelum kami menyeberang sungai di atas air terjun untuk menuju bagian bawah air terjun. Dari ketinggian 270 mdpl kami menembus semak belukar di atas air terjun mencari jalan terbaik menuju ke bagian bawah air terjun. “Kita terus ke arah ilir atau turun di tebing ini” kata Dahlan sang pemandu kami, akhirnya kami sepakati untuk menuruni tebing terjal dengan kemiringan sekitar 60 derajat. Dibagian depan Dahlan bersamaku dan dibelakangku ada Debi dan Fachri sedang Yudha di belakang kami memandu Wahyu yang kesulitan menuruni tebing terjal ini. Beberapa kali harus berhenti menunggu Yudha dan Wahyu agar tak tertinggal jauh. Untuk turun menapaki tebing ini maka Dahlan dengan parangnya menebas semak belukar yang menghalangi perjalanan kami, Dahlan juga membuat pijakan untuk kaki dengan cara mengali tanah mengggunakan parang. Kami harus extra hati-hati agar tidak tergelincir ke dasar sungai. “ Ayo Wahyu kakimu taruh dipijakan yang sudah dibuat, badan dekatkan ke tanah dan tanganmu berpegang pada pohon itu, ayo kamu bisa” celetukku memberi arahan dan semangat kepada Wahyu sambil aku memperagakan cara menapaki tebing. Akhirnya dengan perjuangan yang cukup keras dan menegangkan tanpa pantang mundur dan kamipun berhasil sampai di sungai yang berjarak 20 m dari air terjun. Langsung kami bergegas untuk mendekati air terjun dengan menyusuri sungai ke arah air terjun. Dalam waktu 5 menit kamipun tepat berada ditepi lubuk di bawah air terjun. Woouuuu.........betapa senang dan gembiranya kami. Segala rasa lelah, tegang, dan takut terobati dengan melihat keindahan air terjun. Segera aku siapkan kamera dan segala perlengkapan untuk mendokumentasikan pesona air terjun ini. Yudha berusaha berjalan menyusuri tepi lubuk untuk menuju bagian bawah air terjun yang diikuti oleh Debi, Fachri dan Wahyu. Dahlan hanya duduk diatas batu menatap air terjun sambil menikmati sebatang rokok. Sedang aku dengan kameraku mencari titik terbaik untuk mengabadikan sudut-sudut terindah di air terjun ini. Seperti biasa ketika sampai di air terjun kawan-kawanku tak sabar untuk mandi atau mendekat ke air terjun. Sedang aku sibuk dengan kameraku. Setelah merasa puas bermain air dan berphoto ria, kamipun bergegas meninggalkan air terjun dengan sejuta kenangan yang tak terlupakan. Air terjun dengan tinggi sekitar 40 m dan lebar 5 m yang terletak pada ketinggian 258 mdpl bernama “Air Terjun Kunduran atau Ayek (air) Kunduran”. Air Terjun Kunduran terletak di sungai Salak yang bermuara ke sungai Lematang. Pada bagian ilir sungai Salak juga terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 20 m dan lebar 10 m. Air terjun ini disebut Air Terjun Salak atau yang terkenal dengan nama Air Terjun Perigi. Jadi pada aliran sungai Salak terdapat 2 air terjun dengan ketinggian dan keindahan yang berbeda. Air terjun Kunduran terletak di Desa Tanjung Mulak Kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat. Air terjun ini belum pernah terpublikasikan oleh berbagai media bahkan menurut penuturan Dahlan walaupun dia penduduk sini akan tetapi baru pertama kali ini mengunjungi Ayek Kunduran. “Aku baru pertama kali ini ke Ayek Kunduran” demikian penuturan Dahlan. Dan memang menurut Dahlan ayek Kunduran ini sangat jarang di kunjungi orang. Jangankan orang luar desa, penduduk desa sini saja jarang yang mengunjungi ayek Kunduran. Dari jalan yang kami lalui tadi dengan menuruni tebing terjal dapat disimpulkan bahwa ayek Kunduran memang jarang dijamah manusia juga terlihat ketika kami menyusuri sungai ke arah jalan balik ke desa. Disepanjang sungai batu-batu berlumut hijau nan licin menandakan jarang dilalui dan semak belukar yang masih liar terlihat jelas tak terjamah. Disekitar air terjun juga belum ada tanaman yang sengaja di tanam penduduk. Jadi ayek Kunduran masih sangat alami dan belum terjamah. Perjalanan kembali ke desa terasa lebih ringan di banding perjalanan menuju air terjun, kami hanya berhenti sebentar ketika kami melihat sebuah air pancuran, disini kami membasuh muka, tangan dan kaki. Terasa sangat segar di tengah hari nan terik. Air nan jernih dan segar di sekitar kebun kopi dan karet menyejukkan hati dan pikiran. Dalam perjalanan pulang kamipun dapat melihat keindahan sungai Lematang dari perbukitan yang berjarak sekitar 500 m. Sebelum memasuki Desa Tanjung Mulak kami harus menyeberangi jembatan gantung melintasi sungai Mulak yang bermuara ke sungai Lematang. Saat kami berada di atas sungai Mulak yang berair keruh berwarna kecoklatan yang berasal dari tanah yang terbawa air menuju sungai Mulak. Hal ini terjadi karena masih ada masyarakat yang membuka hutan tanpa memperdulikan dampak negatifnya terhadap lingkungan seperti erosi atau terjadinya longsoran tanah dan mengalir ke sungai yang berakibat air sungai menjadi keruh dan tercemar serta sungai menjadi dangkal. Semestinya kita semua baik masyarakat dan pemerintah bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan termasuk hutan dan sungai. Selain air terjun Kunduran di Desa Tanjung Mulak juga terdapat air terjun Tanjung Mulak yang terletak tepat di tengah desa atau dari persimpangan tugu Desa Tanjung Mulak hanya berjarak 50 m. Dari sini berjalan ke arah utara dengan menyusuri sungai maka akan kita jumpai “Air Terjun Tanjung Mulak”. Air terjun ini sangat indah yang terdiri dari 5 tingkatan dengan ketinggian masing-masing tingkatan 4 m dan pada air terjun yang ke 5 mempunyai ketinggian sekitar 10 m. Air terjun ini berair bersih dan jernih tak mengherankan bila pada aliran sungainya terdapat puluhan selang yang berfungsi mengalirkan air ke rumah-rumah penduduk Desa Tanjung Mulak. Kemungkinan penduduk sini memanfaatkan air dari sungai ini untuk kebutuhan air rumah tangga mereka. Seperti air terjun Kunduran ternyata air terjun Tanjung Mulak juga belum banyak di kunjungi masyarakat Lahat bahkan dari beberapa penduduk desa yang kami jumpai mereka belum pernah ke air terjun yang terdapat di daerah mereka. Saat ini Panoramic of Lahat (Pelopor Pariwisata Kabupaten Lahat) telah menjelajah 40 air terjun yang berada di Kabupaten Lahat. Dari data yang kami miliki masih ada 36 air terjun yang belum kami kunjungi. Semoga dari waktu ke waktu semua air terjun tersebut dapat kami jelajahi dan dokumentasikan yang kelak dapat dikembangkan menjadi obyek wisata Kabupaten Lahat.(Mario Andramartik).

Jumat, 22 April 2016

PERILAKU MASYARAKAT DAN PERANAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULAGI SAMPAH

 
Sudah menjadi suatu kejadian rutin setiap musim hujan datang hampir setiap daerah di Indonesia terjadi banjir. Di sebut suatu kejadian rutin karena terjadi setiap tahun. Hal ini sebenarnya sangat ironis karena banjir adalah bencana alam, tetapi mengapa harus terjadi setiap tahun ? Adakah usaha supaya tidak terjadi banjir baik yang dilakukan oleh pemerintah atau oleh masyarakat? Sejauh mana usaha ini telah dilakukan? Apakah segala upaya telah menyentuh akar masalahnya?

Penulis melihat usaha oleh pemerintah dan peranserta dari masyarakat belum maksimal, misalnya maraknya penebangan liar,hilangnya green area/ lahan serapan air, minimnya taman kota. Semua ini sebenarnya tempat dimana air bisa terserap dan tersimpan di bumi. Ditambah lagi oleh masalah sungai, parit, selokan yang menyempit, dangkal dan kotor oleh sampah yang di buang oleh masyarakat. Hal ini terjadi dimana-mana dari kota sampai pelosok desa.

Secara umum di Kota Lahat banjir tidak terjadi seperti yang kita lihat di TV terjadi banjir di banyak kota di Indonesia, dimana banjir memenuhi hampir seluruh kota. Tetapi di beberapa wilayah di kota Lahat seperti di wilayah Talang Jawa, RD PJKA, Perumnas 2, Perumnas 3 dan Bandar Jaya blok AA masih sering terjadi banjir. Ini bisa dimaklumi karena di wilayah ini kondisi parit dan selokan sempit, dangkal, tidak tertata dengan baik, belum lagi kebiasaan warga yang membuang sampah di parit, selokan dan sungai apul. Volume air yang banyak tidak dapat di tampung oleh sempit dan dangkalnya parit dan selokan di wilayah ini.

Sampah tidak hanya menjadi penyebab utama terjadinya banjir, tetapi sampah juga menggambarkan perilaku masyarakat dan peranan pemerintah di sebuah wilayah untuk menangani sampah secara baik. Pemerintah dan masyarakat yang peduli sampah tentu menjadikan wilayahnya bersih dan indah untuk dikenang.

Dan untuk Kota Lahat kita tercinta, penulis telah melakukan penelusuran di sepanjang sungai Lematang dari jembatan di depan SMPN 2 sampai dengan jembatan gantung. Sepanjang tepi sungai sampah plastik, kertas, botol dan kaleng berserakan bahkan dibawah jembatan gantung penulis temukan beberapa karung plastik sampah dalam ukuran besar, sehingga jembatan gantung yang seharusnya dapat menjadi daya tarik wisata malah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah.

Sungai apul yang mengalir dari kelurahan Talang Jawa sampai Talang Kapuk semakin sempit dan dangkal dipenuhi sampah. Begitu juga ayek apul yang mengalir dari RD PJKA dekat rel kereta api. Ayek apul di wilayah ini tepat di atas ayek apul telah berdiri berbagai rumah tinggal, rumah makan, salon dan bengkel. Sungai yang seharusnya untuk mengalirkan air digunakan untuk membuang sampah.

Belum lagi kondisi berbagai pasar yang tersebar di kota Lahat, pasar sore gang sengol contohnya, terkesan kumuh dan kotor apalagi setelah malam tiba sampah berserakan dimana-mana yang sangat mengganggu pengguna jalan yang melalui jalan ini. Disini satu contoh dimana peran pemerintah dan masyarakat belum maksimal atau tidak ada sama sekali.


Bisakah kita membuang sampah pada tempatnya? Misalnya membuang sampah di tong atau kotak sampah di rumah kita bukan di selokan atau parit. Maukah kita membiasakan diri untuk membuang sampah di kotak sampah yang tersedia di mobil, bis atau kereta api bukan membuangnya kejalanan yang kita lalui. Apakah terlalu berat rasanya membuang sampah ke dalam tong atau kotak sampah yang tersedia di pasar-pasar dan bukan membuangnya di lantai, jalan dan trotoar. Peranan pemerintah dan kesadaran masyarakat memegang peranan penting dalam mensosialisasikan larangan membuang sampah sembarangan berikut denda dan hukumannya agar terjadi efek jera bagi pelanggarnya berikut dengan pengawasannya seperti yang di lakukan negara Singapore. Pemerintah memiliki wewenang untuk memberikan denda dan hukuman, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk menyediakan tempat – tempat pembuangan sampah yang mudah untuk di akses oleh masyarakat.

Penulis telah menelusuri jalan-jalan di Kota Lahat, khususnya jalan-jalan utama terlihat bahwa kotak/tong sampah hanya ada beberapa saja. Kalau Pemerintah bisa menyiapkan cukup tempat sampah yang memadai, sehingga masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Pemerintahpun seharusnya menyiapkan armada mobil sampah yang cukup sehingga bisa mengangkut sampah dari setiap pelosok kota Lahat.

Dari pengalaman penulis mengunjungi berbagai kota seperti di Singapore, Malaysia , China, Korea, Jepang, Amerika, Kanada, juga berbagai kota di Eropa, Selandia Baru dan Australia sampah bukan menjadi penyebab terjadinya banjir karena pemerintah dan masyarakatnya bersama-sama menyelesaikan/mengatur/menangani sampah. Misalnya pemerintah menyiapkan infrastrukturnya dari mobil sampah yang memadai dan modern, tempat sampah yang cukup dan terawat, tenaga yang terlatih dan berdedikasi. Masyarakatnyapun telah sadar betapa pentingnya kebersihan untuk rumah, sekolah, kantor, pasar dan kota secara keseluruhan.

Kalau satu keluarga sudah membuang sampah pada tempatnya. Kalau satu sekolah siswa dan guru membuang sampah pada tempatnya, Kalau satu kantor karyawan dan manager membuang sampah pada tempatnya, kalau satu kota dari anak-anak sampai orang tua membuang sampah pada tempatnya maka tak ada lagi tukang sapu di jalanan, tak ada lagi selokan dan parit yang tersumbat sampah, tak ada lagi sungai apul yang menyempit dan dangkal karena sampah dan tak ada lagi banjir yang di sebabkan oleh sampah.

Kita bisa jadikan sampah barang yang berguna bukan menjadi bencana setiap musim hujan. Misalnya sebagai pupuk kompos atau barang daur ulang. Sekarang kita bisa mulai membuang sampah pada tempatnya dari lingkungan terkecil yakni diri kita sendiri dan keluarga kita. Bukankah dalam agama di sebutkan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman. Mari kita jaga kebersihan rumah, sekolah, kantor dan kota kita dengan tidak membuang sampah sembarangan. (Mario traveler ke 200 kota wisata di 100 negara)

Minggu, 17 April 2016

Potensi Wisata Lahat Harus Ditingkatkan

Komite 4 DPD RI Siska marleni mengakui keindahan wisata Air Terjun yang ada di Kabupaten Lahat, khususnya Air Terjun (Cughup) Buluh 7 Tingkat di Desa Lubuk Selo Kecamatan Gumay Ulu. Menurutnya, sangat disayangkan jika insprastruktur yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik, karena sedikit banyaknya jika dijalankan dengan baik maka setidaknya bisa meningkatkan roda perekonomian di desa setempat.“Karena saya sebagai keluarga Lahat, dengan demikian saya juga menginginkan Kota Lahat maju. Program yang saya ingin naikkan ini adalah dengan menaikkan potensi alam dan objek wisata daerah,” ungkap siska.
Dilanjutkannya, dengan mengangkat objek wisata ini tentunya terbangun akses jalan menuju lokasi dengan demikian akan terbangunnya atau meningkatnya perekonomian masyarakat. Karena dirinya mersasa bahwa tugas yang diemban olehnya adalah sebuah amanah dari masyarakat untuk menjaga dan merealisasikan objek wisata yang ada, maka tidak menutup kemungkinan siska akan memasukan program supaya roda perekonomian tempat objek wisata tersebut bisa meningkat.
“Siswa disini sebagai pendobrak atau penerus perjuangan guna menjaga kelestarian budaya dan pariwisata yang ada,” bebernya.
Disamping itu, Ketua Panoramic Of Lahat Mario Andramatik membenarkan adanya kunjungan dari DPD RI ke Lahat guna menerobos pembangunan insprastruktur kepariwisataan di Kabupaten Lahat ini.
“Memang benar, Komite 4 DPD RI datang kelahat bersama rombongan untuk melihat serta ingin meningkatkan potensi pariwisata yang ada. Mari kita dukung beliau untuk memajukan potensi budaya dan pariwisata yang ada di Lahat ini,” ucap mario. (Jumra Zefri)jurnalkreatif.Com.

"Negeri Celeng Yang Terlupakan" Jelajah Negeri Mengenal Budaya

Telah beberapa kali niatku tertunda untuk berkunjung ke kampung seorang sahabat yang aku kenal dua tahun lalu. Dan akhirnya hari minggu ini aku mempunyai kesempatan untuk berkunjung walau kunjunganku hari ini tidak terencana dengan baik dan terkesan mendadak. Setelah menempuh perjalanan 29 km ke arah barat dari Kota Lahat, maka dilanjutkan dengan menyusuri jalan kebun sepanjang satu kilometer. Perjalanan menyusuri perkebunan kopi yang berkelok dan sedikit naik turun dengan udara yang sejuk membuat perjalanan sepanjang satu kilometer menjadi terasa nyaman dan menyenangkan. Perkebunan kopi yang terletak di ketinggian sekitar 400 mdpl sangat subur dengan buah kopi yang masih hijau dan sedikit yang sudah memerah. Kadang kala aku harus merunduk untuk menghindari dahan-dahan pohon kopi yang penuh dengan buah kopi. Aku takut akan mengganggu buah kopi tersebut atau akan membuat buah kopi berjatuhan karena aku, sebelum di panen si empunya.
Di antara rimbunnya pohon kopi aku melihat sebuah batu berlubang tiga. Ketiga lubang tersebut berisi air dan dedaunan kopi yang jatuh dan masuk ke lubang batu tersebut. Batu berlubang tiga atau disebut juga Lumpang Batu Berlubang Tiga merupakan tinggalan prasejarah yang diperkirakan berusia 3.500 tahun. Dua dari tiga lubang lumpang batu ini mempunyai ukuran diameter lubang dan kedalaman lubang yang sama serta mempunyai garis pembatas antar lubang. Tentu semua itu memiliki makna yang mendalam dari si pembuat lumpang batu yang berukuran 1,5 m x 0,5 m. Berjalan ke arah utara sekitar 10 m, terdapat sebuah lumpang batu berlubang dua. Dua lubang menghadap arah utara, masing-masing lubang mempunyai ukuran diameter lubang dan kedalaman lubang yang sama. Membuktikan bahwa pada masa itu masyarakat Negeri Celeng telah mengenal suatu alat ukur. Disebut Negeri Celeng, konon masyarakat yang berburu di sekitar perkebunan kopi ini bila mereka berburu celeng atau babi dan ketika celeng tersebut masuk wilayah perkebunan kopi dimana terdapat banyak batu-batu tinggalan prasejarah atau batu-batu megalith maka celeng –celeng buruan tersebut tidak dapat diburu alias menghilang dari kejaran masyarakat. Maka dari itu perkebunan kopi ini disebut dengan Negeri Celeng. Wilayah ini merupakan perkebunan kopi yang terletak di Talang Gerdu dan secara administratif termasuk dalam Desa Muara Danau Kecamatan Tanjung Tebat Kabupaten Lahat. Di Negeri Celeng selain terdapat tiga lumpang batu tersebut, juga terdapat tiga arca manusia, beberapa batu datar atau meja. Tiga arca manusia terletak berdekatan yang berjarak sekitar 20 m dari lumpang batu lubang dua. Arca manusia pertama dengan tinggi sekitar 100 cm dan lebar 80 cm. Arca dalam posisi duduk menghadap arah utara. Tampak jelas bagian kaki dan tangan sedang kepala arca telah hilang. Selain itu arca manusia ini seperti memakai baju karena terlihat sebuah lingkaran di bagian leher arca atau lingkaran ini merupakan sebuah kalung. Dan tepat di depan arca pertama ini terdapat arca kedua dalam posisi terbaring sedang di sebelahnya sebuah batu datar berelief di bagian samping dan atasnya. Batu datar berukuran panjang 120 cm, lebar 50 cm dan tebal 20 cm. Berjarak 1,5 m dari arca kedua terdapat sebuah arca manusia yang hanya terlihat bagian bahu dan kepala. Arca manusia ini memakai penutup kepala seperti helm atau sanggul dan memakai kalung sedang bagian muka dari arca ini agak kurang begitu jelas atau sudah aus termakan usia. Aku terus berjalan dan berjalan melihat bagian lain dari perkebunan kopi ini dan harapanku, aku akan melihat batu megalith lainnya.
Dan setelah aku berjalan sekitar 12 m dari arca-arca tadi, tepat dibawah sebuah pohon kopi terdapat sebuah batu . Aku amati batu dengan ukuran 3 kali ukuran kepala manusia itu dan ternyata adalah kepala arca. Terlihat dengan jelas bagian muka seperti mata, hidung, mulut dan telinga serta penutup kepala. Aku berkeyakinan kepala arca ini merupakan kepala dari arca manusia pertama yang aku lihat tanpa kepala. Sebelumnya aku sempat bertanya dalam hati, kemana kepala arca ini? Apakah telah dicuri orang? Dan ternyata masih terdapat tak jauh dari si empunya. Semoga dalam waktu dekat pihak-pihak yang berkompeten dapat menyambung kembali kepala arca sebelum kepala arca tersebut berpindah tangan ke orang yang tidak bertanggung jawab. Situs megalith Negeri Celeng tidak banyak diketahui masyarakat setempat bahkan masyarakat Lahat walau letaknya dekat jalan raya lintas Lahat- Pagaralam. Karena tidak adanya papan petunjuk adanya situs megalith disini. Seperti telah diketahui tinggalan prasejarah di Kabupaten Lahat telah diketahui sejak 1850 oleh L.Ullman seorang letnan infanteri Belanda dan kemudian tahun 1932 oleh Van Der Hoop yang menulis tentang megalith Pasemah dalam bukunya “Megalithic Remains in South Sumatra”. Dalam buku ini Van Der Hoop menyebut area ini dengan nama Tebat Sibentur. Sudah semestinya situs megalith Negeri Celeng atau Tebat Sibentur dan sebaran situs megalith lainnya yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Lahat mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Lahat. Apalagi Kabupaten Lahat telah mendapat penghargaan Rekor MURI sebagai Pemilik Situs Megalitik Terbanyak se Indonesia. Kalau Pemerintah Kabupaten Lahat serius tentu sangat bermanfaat bukan saja berguna untuk mengenal budaya bangsa dan ilmu pengetahuan namun juga pengembangan pariwisata yang berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lahat seperti tertera dalam UU No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya pasal 85 Bagian Keempat Pemanfaat berbunyi “Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata. (By Mario, Traveler ke 200 kota wisata dunia).

Selasa, 12 April 2016

"TABIR KEAGUNGAN LELUHUR" Jelajah Negeri Mengenal Budaya


Pagi nan cerah menyapa kami sekeluarga dan seakan   mengajak kami untuk menikmati indahnya pagi. Aku dan keluarga telah siap menyapa pagi nan indah untuk melakukan traveling melihat keindahan panorama alam kabupaten Lahat nan asri dan indah di bagian hulu Kota Lahat.
Perjalanan selama 30 menit sangat nyaman, jalanan yang masih sepi dan udara perbukitan yang segar menambah indahnya perjalanan. Tak terasa kami telah memasuki desa Lebuhan. Desa ini sangat asing bagi kami sekelurga. Kami belum pernah memasuki desa ini. Aku mengetahui desa ini dari seorang sahabat yang tinggal di Kota Agung. Mulanya aku bertanya tentang keberadaan situs-situs megalitik yang ada di Kecamatan Kota Agung dan Kecamatan Tanjung Tebat yang dia ketahui dan sabahatku bercerita ada juga bebatuan di desa Lebuhan tapi belum mengetahui secara pasti bentuk dari bebatuan tersebut.
Di awal Mei 2014 di hari libur aku mengajak keluargaku ke desa Lebuhan. Setelah memasuki desa aku terbaca sebuah tulisan Desa Pamsimas Desa Padang Perigi. Sekarang aku baru tahu bahwa desa Lebuhan secara resmi bernama Desa Padang Perigi di Kecamatan Tanjung Tebat Kab.Lahat. Lebuhan sendiri berarti belebuh atau membuat sawah.
Aku bertanya kepada beberapa penduduk desa, apakah di desa ini ada batuan yang berbentuk patung orang atau hewan, lesung atau lumpang atau bentuk lainnya. Seorang ibu menjawab pertanyaanku “ dek katek kalo batu-batu loh itu, ade di sawah kami batu biase”.Lalu seorang bapak menambahkan “ kalo batu-batu bebentuk ade di Penarang (Batu Bute Muara Danau), ade pule di Pagar Alam. Setelah mendengar keterangan dari penduduk aku minta untuk diantarkan ke batu biasa yang disebut ibu tadi. Dengan diantar Firsah seorang anak yang masih duduk di bangku SMA, aku dan keluarga serta keluarga sahabatku yang berasal dari Kota Agung kami menyusuri pematang sawah menuju batu biasa yang di maksud sang ibu di desa tadi.
Aku berjalan pada barisan paling depan bersama Firsah sedang istri dan anak-anakku berada di belakang kami. Setelah berjalan sekitar 500 meter, istri dan anak-anakku tertinggal cukup jauh dan aku katakan kepada mereka kalau tak kuat jangan paksakan, kembali saja ke desa. Aku masih berjalan di bagian depan bersama Firsah sedang  istri dan anak-anakku tertinggal makin jauh. Sekitar 200 meter lagi dari batu yang akan kami datangi, kami sempat berhenti untuk menunggu istri dan anak-anakku, tetapi setelah menuju selama 10 menit dan mereka tidak ada maka kami melanjutkan perjalanan.
Akhirnya Firsah membawaku ke batu yang di masksud ibu di desa sebagai batu biasa.Yach memang hanya sebuah batu berbentuk persegi dan datar di tengah sawah. Batu ini biasa di sebut Batu Datar. Kemudian Firsah membawaku ke batu lainnya. Betapa terkejut, kaget, prihatin dan bangganya aku setelah melihat batu yang berada di depan kami. Sebuah batu dengan lebar sekitar 80 cm tapi ada lekuk-lekuk pada bagian atasnya. Batu ini hanya terlihat 10 cm dari atas tanah. Aku menggelilingi batu ini dan akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa batu ini adalah sebuah arca manusia dengan bagian badan ke bawah tertimbun tanah dan bagian kepala telah lepas, aku bisa lihat dari patahan batu bagian atasnya.
Dan tak lama kemudian seorang ibu menghampiri kami dan mengatakan bahwa batu tersebut adalah sebuah arca manusia sedang bagian kepala telah lepas dan saat ini berada di parit sawah. Aku berjalan menuju lokasi kepala arca akan tetapi aku tidak dapat melihatnya karena telah tertimbun tanah dan di dalam parit. Lalu ibu yang ternyata adalah pemilik lahan,  memperlihat batu lainnya yang berjarak 5 meter dari arca. Di sepanjang parit ada 2 buah batu tapi ibu ini tidak dapat memastikan bentuk dari kedua batu tersebut karena tertutup rerumputan dan tanah.
Ketiga batu ini telah aku dokumenkan dengan kameraku dan aku catat titik koordinat, elevasi dan catatan lainnya. Kemudia ibu ini juga memberi keterangan ada batu lainya di sekitar sawah ini yaitu di perkebunan coklat yang berjarak sekitar 200 meter. Dan akupun menuju perkebunan coklat yang dimaksud. Disini aku bertemu Yustam sang pemilik kebun. Yustam memberi keterangan tentang batu yang ada di kebunnya berupa batu datar. Kemudian kami kembali ke arca semula bersama Yustam. Aku minta kepada Yustam untuk membersihkan batu-batu yang tertimbun rumput dan tanah tersebut.
Setelah sebagian rerumputan dan tanah di angkat dari batu oleh Yustam maka terlihat jelas bahwa batu-batu tersebut Arca Manusia. Aku sangat terkejut dengan penemuan ini dan juga heran mengapa arca ini tidak banyak di ketahui masyarakat desa Lebuhan atau Padang Perigi. Dan juga masyarakat tidak tahu nama atau bentuk arca-arca ini. Aku bertanya lebih lanjut tentang kemungkinan ada temuan lainnya dan Yustam mengatakan bahwa masih ada 1 lagi arca tak jauh dari arca yang sudah terlihat tetapi arca ini masih tertimbun dibawah sawah. Jadi di situs ini ada 4 arca manusia.
Wououo....... sangat menakjubkan ada 4 arca di sebuah  situs. Tak sia-sia setelah berjalan di terik mentari dan menyusuri pematang sawah aku dapat melihat tinggalan budaya leluhur yang sangat berharga dan tinggi nilai-nilai budaya. Pada kedua arca terlihat bagian lengan atau kaki dengan gelang-gelang seperti pada arca di Tinggi Hari Gumay Ulu, Lahat.
Malam harinya aku menghubungi kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi Bpk Winston Douglas Mambo dan beliau sangat antusias atas temuan ini dan 3 hari kemudian hasil temuan aku email ke beliau dan juga ke Balai Arkeologi Palembang. Lalu 2 minggu kemudian team BPCB Jambi langsung meninjau situs.

Temuan ini merupakan temuan peninggalan masa prasejarah terbaru dan menjadi situs ke 43 di Kabupaten Lahat yang tergabung dalam Megalitik Pasemah. Tidak mengherankan bila Kabupaten Lahat pada tahun 2012 mendapat rekor MURI sebagai Pemilik Situs Terbanyak dan berjuluk Bumi Seribu Megalitik. Hal ini menunjukkan betapa banyaknya tinggalan megalitik di Kabupaten Lahat dan sudah selayaknya dikenal dan dikenalkan kepada seluruh dunia dengan memanfaatkan megalitik sebagai obyek wisata sesuai dengan UU No.11 tahun 2010 Pasal 85 ayat 1, berbunyi “ Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata.
Megalitik Pasemah telah terkenal di seluruh dunia dan sejak tahun 1850 telah di teliti oleh L. Ullman dan tahun 1932 telah di bukukan oleh Van der Hoop dengan buku berjudul “Megalithic Remain in South Sumatera”. Bahkan pada buku berjudul Indonesia yang di tulis oleh Lonely Planet dan terbit di Australian menyebut bahwa The Pasemah carving are considered to be the best example of prehistoric stone sculpture in Indonesia and fall into two distinct styles. The early style dates from almost 3.000 years ago and features fairly crude figures squatting with hands on knee or arms folded over chest.The best examplesof this type are at a site called Tinggi Hari, 20 km from Lahat, west of the small river town of Pulau Pinang. Jadi kalau masyarakat dunia sudah mengenal Megalitik Pasemah (Lahat, Pagar Alam dan Empat Lawang) bagaimana dengan masyarakat Sumatera Selatan dan Indonesia???
Semoga dengan temuan terbaru ini akan menggugah seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan dan Indonesia untuk semakin mengenal, mencintai, memelihara, melestarikan, mengembangkan, memanfaatkan  dan bangga sebagai bangsa Indonesia yang telah memiliki budaya yang maju pada ribuan tahun lalu.(Mario Andramartik).

Senin, 11 April 2016

"LAHAT CITY TOUR" Jelajah Negeri Mengenal Budaya


“Panoramic of Lahat” sebuah Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Lahat bekerja sama dengan FORSISLA (Forum Komunikasi OSIS SMP Kabupaten Lahat) mengadakan Lahat City Tour dalam upaya pengenalan sejarah Kota Lahat kepada generasi muda Lahat. Kegiatan ini diikuti oleh siswa dari 15 SMP se Kota Lahat yang didampingi oleh Salmi (Waka SMPN 5 Lahat), Yulianti (Guru SMPN 5 Lahat), Mario (Ketua  Panoramic of Lahat) Yudha Hendriko (Sekretaris Panoramic of Lahat), Dedek, Rian, Bayu, Wahyu dan Fachri (team Panoramic of Lahat).
Kegiatan ini diadakan untuk yang pertama kalinya di Lahat. Hal ini dilakukan karena kami menyadari bahwa masih banyak masyarakat Lahat yang tidak mengenal sejarah Lahat dan apa saja yang telah terjadi di Lahat sejak berdirinya Lahat hingga kini.

Lahat City Tour mengambil rute perjalanan dari Bengkel kereta api Balai Yasa menuju bangunan gedung W1 sampai dengan W13 yang merupakan rumah dinas para petinggi bengkel kereta api Balai Yasa sejak masa awal berdirinya pada tahun 1931. Kemudian berjalan menuju komplek perumahan karyawan bengkel kereta api Balai Yasa. Komplek ini dibangun untuk para karyawan yang didatangkan oleh Belanda dari daerah Purworejo Jawa Tengah. Lalu berjalan menuju terowongan kereta api yang dibangun pada tahun 1924-1925 oleh seorang arsitek Belanda bernama Willem sehingga  terowongan ini bernama Willem Synja Tunnel. Terowongan ini berada di Kelurahan Gunung Gajah sehingga masyarakat Lahat lebih mengenalnya dengan sebutan Terowongan Gunung Gajah. Terowongan ini sempat ditutup dan dibuka kembali pada tahun 1952. Terowongan Gunung Gajah merupakan terowongan terpanjang ke-10 di Indonesia dengan panjang 368 meter.
Dari terowongan Gunung Gajah berjalan menuju Balai Pengobatan MULO. Balai ini dibangun bersama dengan sekolah setingkat SMP yang dalam bahasa Belanda disebut MULO pada tahun 1938. Lalu berjalan ke komplek sekolah Santo Yosef. SD Santo Yosef yang masih berdiri kokoh di bangun pada tahun 1936 oleh 4 orang suster yang didatangkan dari Belanda.
Dilanjutkan berjalan ke Lapangan PJKA. Di lokasi ini terdapat beberapa bangunan masa kolonial Belanda yang dibangun sekitar tahun 1930an. Bangunan masih berdiri dengan kokoh walau sudah terdapat beberapa perbaikan.
Kemudian menuju Kantor CPM, disini terdapat 2 bangunan berbahan kayu yang masih berdiri kokoh dengan gaya masa tahun 30an. Diteruskan dengan melihat beberapa megalit di komplek pemakaman Puyang Raja Api. Disini terdapat 1 arca manusia tanpa kepala, beberapa menhir, batu datar dan 1 lumpang batu berlubang 2 di halaman rumah penduduk.
Lalu berjalan menyusuri jalan Amir Hamzah dan stop di rumah Bu Janna, sebuah rumah batu bergaya Indis yang masih kokoh dan terawat dengan warna dinding putih serta dinding batu kali dengan warna hitam putih khas warna masa itu.
Kami melanjutkan berjalan kaki menuju Wisma Lematang, rumah ini pada masa awalnya merupakan rumah kediaman assistant residen Lematang Ulu dan dimasa kemerdekaan rumah ini menjadi rumah dinas Bupati Lahat sebelum mediami rumah dinas Bupati yang sekarang terletak di Bandar Jaya. Di samping Wisma Lematang juga ada 2 bangunan kayu yang merupakan heritage masa kolonial Belanda. Begitu juga dengan komplek Kompi Zipur.
Tepat di depan rumah sakit umum Lahat terdapat Gereja Santa Maria yang masih berdiri kokoh dan berfungsi. Gereja ini berdiri pada tahun 1931. 

Sedangkan rumah sakit umum Lahat berdiri pada tahun 1919 tapi sayang bangunannya sudah berganti dengan yang sekarang berdiri maka tidak menyisakan bangunan asli tahun 1919, begitu juga dengan gedung BRI Cabang Lahat. Bangunan ini dulunya adalah bangunan bercorak Indis seperti bangunan yang ada disebelahnya yang dihuni oleh GM PLN Cabang Lahat. Dan heritage yang juga hilang adalah kuburan Belanda yang sekarang menjadi pertokoan di seberang Benglap.
Terakhir kegiatan Lahat City Tour kembali ke lokasi awal di bengkel kereta api Balai Yasa. Bengkel ini berdiri tahun 1931.  Bengkel ini mempunyai luas area 95.582,30 m2 dan luas bangunan 47.754,64 m2. Saat ini bengkel kereta api Balai Yasa Lahat merupakan bengkel kereta api terbesar di Indonesia, di sini dilakukan pengerjaan untuk kereta penumpang, barang, batubara, tangki minyak dan lokomotif. Juga di bengkel ini terdapat menara air dengan tinggi 40 meter yang menjadi penyuplai air bersih Kota Lahat pada awalnya. Menara air ini masih berdiri kokoh dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Semoga kegiatan seperti ini dapat bermanfaat untuk generasi muda Lahat dan masyarakat Lahat pada umumnya. Dan harapan kami dari pengiat budaya dan wisata “Panoramic of Lahat” agar semua pihak dapat mendukung kegiatan ini sebagai upaya menumbuhkan rasa cinta tanah air, bangsa dan negara. Mari mengenal dan mencintai negeri sendiri. Salam Lestari Panoramic of Lahat.(Mario Andramartik).