Bukit Serelo

Icon dari kota kecil Kabupaten Lahat yang kaya akan Sumber Daya Alam, Budaya dan Bahasa.

Megalith

Peninggalan sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Lahat.

Ayek Lematang

Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lahat.

Air Terjun

Obyek keindahan alam yang terbanyak di Kabupaten Lahat.

Aktivitas Masyarakat Pedesaan

Kota Lahat yang subur kaya akan hasil perkebunan.

Senin, 26 Juli 2021

BUKIT BESAK – KAB.LAHAT



Di bagian Selatan Kota Lahat terlihat dengan jelas jajaran bukit panjang berwarna hijau apalagi kalau melihatnya dari tepian sungai Lematang yang saat ini telah ditata menjadi pusat rekreasi maka jajaran bukit panjang terlihat lebih jelas. Yach jajaran bukit panjang ini merupakan gugusan Bukit Barisan yang membentang dari Aceh hingga Lampung di pulau Sumatera yang merupakan pulau terbesar ke–6 di dunia.

Ketika mata kita arahkan ke arah Tenggara di gugusan Bukit Barisan maka kita akan melihat Bukit Serelo yang sudah menjadi ikon Kabupaten Lahat. Bukit Serelo dengan keindahannya yang tiada duanya dan bentuknya yang paling unik maka Bukit Serelo dapat disebut sebagai Bukit Terunik di Dunia. Memang Bukit Serelo sangat unik karena bentuknya ketika di lihat dari arah Timur atau dari arah Kota Muara Enim terlihat seperti telunjuk tangan raksasa maka masyarakat menyebutnya sebagai Bukit Telunjuk. Dan ketika kita melihatnya dari arah Kota Lahat maka Bukit Serelo terlihat bah jempol raksasa sehingga masyarakat menyebutnya sebagai Bukit Jempol atau Gunung Jempol. Wajar bila Bukit Serelo disebut sebagai Bukit Terunik di dunia.

Selain Bukit Serelo di gugusan Bukit Barisan ada juga Bukit Beteri, Bukit Besak, Bukit Lepak Kajang, Bukit Teluk, Bukit Kuning dan Bukit Punggou Lanang. Dari sekian bukit tersebut saat ini yang sangat digandrungi oleh pemuda dan para pendaki adalah BUKIT BESAK.

Bukit Besak berada di desa Tanjung Beringin kecamatan Merapi Selatan diketinggian 640 mdpl. Disebut dengan Bukit Besak, kata besak berarti besar. Dari beberapa bukit yang berada di kawasan Hutan Lindung Isau-Isau ini Bukit Besak memang memiliki ukuran yang paling besar di bagian bawah hingga bagian paling atas. Pada bagian paling atas Bukit Besak dengan ukuran sekitar 5 ha dapat menampung tenda para pendaki sekitar 3.000 tenda di area 3 ha. Dengan daya tampung yang sangat memadai tersebut sehingga Bukit Besak sangat diminati para pendaki dari berbagai daerah di Sumatera Bagian Selatan dan daerah lainnya. Tak heran jumlah kunjungan ke Bukit Besak perminggu mencapai 500 orang bahkan pernah tingkat kunjungan mencapai 7.000 orang pada waktu perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia atau perayaan tujuh belasan. Pada momen ini para pendaki di atas bukit berkemah dan mengadakan upacara peringatan 17 Agustus tepat pada tanggal 17 Agustus.


Selain melakukan pendakian ke atas bukit dengan trekking berjalan kaki dan menikmati keindahan alam perbukitan juga di atas Bukit Besak dapat dilakukan terbang layang atau paralayang. Dengan terbang dari Bukit Besak maka dapat melihat keindahan beberapa bukit disekitar Bukit Besak termasuk Bukit Serelo. Paralayang pertama dilakukan
dari Bukit Besak pada Februari 2018 oleh paralayang dari Bandung dan Inggris. Bentuk bagian atas Bukit Besak yang mirip kubah sempurna, menjadikan bukit berbatu andesit ini menjadi tempat terbaik untuk olahraga Paralayang karena bisa take off dari berbagai penjuru mata angina. Untuk area landingnya di lapangan bola di Desa Tanjung Beringin. Kegiatan terbang dengan paralayang pertama ini ditayangkan oleh TV nasional dengan program Let's Go MNCTV.

Untuk mencapai Bukit Besak para pendaki dari Kota Lahat menuju ke arah Kota Muara Enim dan di persimpangan desa Telatang Kecamatan Merapi Barat setelah melintasi jembatan sungai Lematang belok ke arah kanan. Kondisi jalan dari simpang desa Telantang Kecamatan Merapi Barat hingga Desa Tanjung Beringin Kecamatan Merapi Selatan berupa jalan kabupaten dengan lebar lebih kecil dari jalan lintas Sumatera akan tetapi kondisi jalan cukup baik.

Dalam perjalanan menuju ke Bukit Besak dari simpang Desa Telantang kita disuguhkan pemandangan indah Bukit Serelo dan bisa singgah ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Bukit Serelo yang berada di sebelah kiri  jalan Abdul Lani. Pusat Latihan Gajah (PLG) Bukit Serelo merupakan 1 dari 7 PLG yang ada di Indonesia. Disini wisatawan dapat menunggang gajah dan berfoto bersama gajah dengan pemandangan Bukit Serelo dan hutan yang masih lebat. Saat ini di Pusat Latihan Gajah (PLG) Bukit Serelo ada 10 gajah yang terdiri dari 1 gajah jantan dan 9 gajah betina. Dari simpang Desa Telatang Kecamatan  Merapi Barat ke Desa Tanjung Beringing Kecamatan Merapi Selatan berjarak 11 km. Dari desa dapat melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor menuju shelter 1 sejauh 1,2 km dan melanjutkan berjalan kaki hingga ke puncak Bukit Besak sejauh 800 meter.

Seluruh kendaraan roda 4 dapat parkir di Desa Tanjung Beringin sedang sepeda motor parkir di posko pertama pendakian setelah menyeberangi jembatan gantung sungai Serelo. Di posko ini para pendaki akan mendaftarkan diri dan petugas akan mencatat nama, no telephone dan memeriksa bawaan para pendaki. Di Bukit Besak telah diterapkan agar para pendaki membawa turun kembali semua sampah yang dihasilkan oleh pendaki itu sendiri maka dari itu para pendaki diperiksa barang bawaannya. Hal ini untuk mewujudkan kebersihan di Bukit Besak bukan hanya kewajiban petugas tetapi juga menjadi kewajiban pendaki untuk menjaga kebersihan Bukit Besak dan lingkungannya. Di posko ini juga ada fasilitas yang telah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Lahat melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Lahat berupa gazebo, toilet, area parkir, kios pedagang (plaza) dan gapura.

Penduduk desa Tanjung Beringin pada umumnya bertani berupa bersawah, menanam kopi, karet dan tembakau dengan lokasi di sekitar Bukit Besak. Tembakau dari desa ini terkenal di era tahun 1900an kebawah dengan sebutan Tembakau Perangai dan hingga kini masyarakat masih menanam dan produksi untuk kalangan perokok terbatas. Selain itu di desa Tanjung Beringin juga ada kerajinan membuat kinjar (alat angkut berbentuk keranjang yang diletakkan di punggung), dahulu juga ada kerajinan menganyam tikar tetapi sekarang sudah tidak dilakukan lagi karena para pengrajin sudah tua, kesulitan bahan baku dan daya jual tikar yang rendah.

Masyarakat Tanjung Beringin masih memelihara peninggalan leluhur berupa gotong royong, tradisi pantauan dan sedekah desa yang dilakukan setiap tahun untuk upacara tolak balak yang dipimpin seorang ketua adat yang disebut Jurai Tue. Jurai Tue merupakan ketua desa yang diangkat secara turun menurun secara adat. Setiap kegiatan adat desa akan dipimpin oleh Jurai Tue. Tradisi pantauan merupakan tradisi yang sudah berkembang sejak lama, tradisi pantauan diadakan baik dalam suasana suka maupun duka. Misal dalam suasana sukacita ketika satu keluarga melakukan resepsi pernikahan maka seluruh penduduk desa minimal yang terdekat dengan acara resepsi akan menyediakan makanan dan minuman di setiap rumah dan para tamu yang datang diundang atau dipantau untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan di setiap rumah. Hidangan disiapkan dengan lengkap dari makanan ringan hingga makanan berat lengkap dengan nasi, sayur, lalapan, berbagai sambal, ikan brengkes, gulai ayam nanas, pindang beserta minuman kopi dan teh. Begitu juga dalam suasana duka ketika ada salah warga yang meninggal, para peziarah akan diundang atau dipantau untuk singgah ke setiap rumah untuk makan dan minum.


Dengan daya tarik wisata alam dan budaya yang ada di Desa Tanjung Beringin ini telah mengangkat nama Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Merapi Selatan, Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan ke kancah nasional maka dari itu tahun ini Bukit Besak mengikuti ajang bergengsi penghargaan pariwisata nasional berupa Anugerah Pesona Indonesia 2021 kategori Dataran Tinggi. Setiap Kabupaten/Kota se Indonesia mengusulkan atau mengajukan untuk ikut di ajang bergensi ini dan Alhamdulillah untuk kategori Dataran Tinggi, Bukit Besak berhasil masuk nominasi 10 besak mewakili Propinsi Sumatera Selatan.

Secara umum 18 kategori dari Propinsi Sumatera Selatan berhasil masuk 12 kategori yang diwakili oleh 12 Kabupaten/Kota yaitu 1.Makanan Tradisional : Kroket Pedo – Kab.Musi Rawas Utara, 2.Promosi Pariwisata Digital : Aplikasi Disbudpar Pali – Kab.Pali, 3.Brand Pariwisata : It’s OKI – Kab.Ogan Komering Ilir, 4.Cendera Mata : Gambo Muba – Kab.Musi Banyuasin, 5.Olahraga & Petualangan : Jakabaring Sport City – Kota Palembang, 6.Wisata Air : Arung Jeram Sungai Selabung – Kab.OKU Selatan, 7.Dataran Tinggi : Bukit Besak – Kab.Lahat, 8.Situs Sejarah : Megalit Besemah – Kota Pagaralam, 9.Atraksi Budaya : Tari Gending Sriwijaya – Prov.Sumatera Selatan, 10.Festival Pariwisata : Festival Gendang Melayu – Kota Lubuk Linggau, 11.Destinasi Unik : Pantai Bongen – Kab.Musi Banyuasin, 12.Destinasi Baru : Danau Shuji – Kab.Muara Enim.

Kabupaten Lahat pernah mendapatkan Anugerah Pesona Indonesia (API) 2018 dangan kategori Wisata Kreatif Terpopuler didapatkan oleh Pelancu, Desa Ulak Pandan Kecamatan Merapi Barat. Pelancu menjadi juara 1 sedang juara 2 oleh Kampung Bekelir – Kota Tangerang dan juara 3 Pantai Tope Jawa – Kabupaten Takar. Dengan pengalaman ini maka dalam ajang tahun 2021 ini Kabupaten Lahat sudah selayaknya akan menang kembali. Untuk itu kami mohon bantuan seluruh masyarakat Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan dimanapun berada untuk mendukung kemenangan BUKIT BESAK – KAB.LAHAT  sebagai Juara 1 Anugerah Pesona Indonesia (API) 2021 kategori Dataran Tinggi dengan cara :

1. Like IG BUKIT BESAK - KAB. LAHAT  di akun @ayojalanjalanindonesia

2. SMS dengan ketik API 10B dan kirim ke 99386

3. Like video youtube  BUKIT BESAK - KAB. LAHAT di channel @apiaward.

 

Tolong bantu share ke keluarga, kawan sekolah, rekan kerja dan kerabat dimanapun berada, terimakasih.

Jumat, 16 Juli 2021

KA GA NGA TANDUK KERBAU Di Marga Empat Suku Negeri Agung


Sumber Daya Alam (SDA) Kabupaten Lahat sangat melimpah yang tersebar di beberapa kecamatan dan tak pernah habisnya untuk digali atau diulas. SDA yang sangat melimpah ini berupa sumber daya alam pertambangan, pertanian, perkebunan, pariwisata, kehutanan, energi dan lainnya Begitu juga Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten Lahat yang sejak masa prasejarah telah mampu berkarya dengan karya-karya yang maha tinggi seperti kemampuan memahat batu, melukis di dinding batu, memahat kayu, menulis di atas bambu dan tanduk hewan. Peninggalan nenek moyang tersebut masih dapat ditemukan hingga saat ini yang keberadaannya tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Lahat.


Sebelum pemerintahan kolonial Hindia Belanda masuk ke wilayah Sumatera Selatan dan Kabupaten Lahat, di masa itu  sudah mengenal sistim pemerintahan. Seperti pembagian wilayah berdasarkan marga yang terdiri dari beberapa wilayah dibawahnya yang disebut dusun. Sebuah dusun di pimpin seorang Krio/Krie dan marga dipimpin oleh seorang Pasirah.

Setelah Kesultanan Palembang jatuh ke tangan kekuasaan pemerintahan kolonial Hindia Belanda pada tahun 1825 maka pemerintahan kolonial Hindia Belanda membentuk pemerintahan yang disebut dengan Karesidenan Palembang yang dipimpin oleh seorang Residen berkedudukan di Palembang. Karesidenan Palembang dibagi menjadi beberapa Afdeling yang masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Residen. Setiap Afdeling terdiri dari Onder Afdeling yang dipimpin oleh seorang Controleur/Kontroler dan setiap Onder Afdeling terdapat marga-marga.

Afdeling Palembang Ulu atau Palembangsche Bovenladen yang beribukota di Lahat  membawahi 5 Onder Afdeling yaitu Onder Afdeling Lematang Ulu, Onder Afdeling Lematang Ilir, Onder Afdeling Tanah Pasemah, Onder Afdeling Tebing Tinggi dan Onder Afdeling Musi Ulu.

Onder Afdeling Lematang Ulu terdiri dari beberapa marga, dimana setiap marga dipimpin oleh seorang Pasirah,  yaitu Tambelang Gedung Agung, Puntang (Tambelang), Empat Suku Negeri Agung, Manggul, Gumay Lembak, Gumay Talang Ilir, Sikap Dalam Sukalingsing, Penjalang Suka Empayang Kikim, Penjalang Suka Empayang Ilir, Tujuh Pucukan Suku Bunga Mas Saling Ulu, Penjalang Sukapangi, Penjalang Sukalingsing dan Lawang Kulon. (Karesidenan Palembang; Kemas AR Panji).

Wilayah yang saat ini di kenal dengan Merapi Area terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yang kaya akan sumber daya alam berupa pertambangan batubara dan menjadi sumber PAD Kabupaten Lahat dari sektor pertambahan sejak tahun 2008. Wilayah Merapi Area sebelum tahun 1957 dimana sistem karesidenan dan marga berlangsung terbagi menjadi 3 (tiga) marga yaitu : Tambelang Gedung Agung (14 dusun), Puntang/Tambelang (9 dusun), Empat Suku Negeri Agung (22 dusun).

Marga Tambelang Gedung Agung terdiri dari dusun Gedung Agung hingga dusun Lebuay Bandung yang saat ini menjadi Kecamatan Merapi Timur, Marga Puntang terdiri dari dusun Tanjung Baru hingga dusun Arahan menjadi Kecamatan Merapi Barat dan Marga Empat Suku Negeri Agung terdisi dari : dusun Lebak Budi, Negeri Agung, Ulak Pandan, Suke Cinte, Gunung Agung, Tanjung Pinang, Paye Ilir (Desa Suka Marga), Paye Tengah, Paye Ulu, (Paye Tengah dan Paye Ulu menjadi Desa Payo), Karang Endah, Tanjung Telang, Lubuk Kepayang, Muara Temiang, Padang, Tanjung Menang, Talang Akau (Talang Akar), Lubuk Pedare, Talang Mayang (Suka Merindu), Tanjung Beringin, Pehangai (Perangai), Lubuk Betung/Susukan dan Geramat. Dari 22 dusun yang masuk wilayah Marga Empat Suku Negeri Agung saat ini masuk ke Kecamatan Merapi Barat dan yang berada di sebelah Selatan sungai Lematang menjadi Kecamatan Merapi Selatang. Hal ini dituturkan oleh Ketua Lembaga Adat Desa Ulak Pandan Syamsuro yang didampingi oleh tokoh masyarakat Hasanal Nurdin, Kadus V Sajili, tokoh pemuda Rahmad Saleh, Yoki Witarto dan Juliansyah.


Dalam kunjungan untuk menggali sejarah dan potensi budaya yang nantinya dapat dikembangkan menjadi wisata budaya. Staf Khusus Bupati Lahat Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga Ketua Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Panoramic of Lahat, Mario Andramartik bersama Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, Bambang Aprianto, SH,MM berhasil mendapatkan informasi sejarah dan budaya yang ada di Marga Empat Suku Negeri Agung.

Di awal bulan Juni yang merupakan bulan penuh sejarah bagi bangsa Indonesia yang ditandai dengan Hari Lahir Pancasila juga dimanfaatkan untuk menggali sejarah terutama yang berada di wilayah Merapi. Karena selama ini wilayah Merapi lebih identik dengan daerah tambang batubara ternyata menyimpang sejarah yang cukup banyak dan membanggakan. Dalam penelusuran kami di Marga Empat Suku Negeri Agung ditemukan nisan kuno berukir, naskah kuno huruf ka ga nga hingga lempengan tembaga masa Kesultanan Palembang.

Kunjungan pertama kami melihat langsung nisan kuno berukir yang berada sekitar 500 meter dari desa. Kami berjalan kaki menyusuri jalan setapak ke arah Selatan desa atau ke arah sungai Lematang yang dipandu oleh Rahmad Saleh didampingi Yoki Witarto dan Juliansyah. Di sebuah dataran yang letaknya lebih tinggi dari daerah sekitarnya dan dipenuhi pohon bambu dan nira dekat sebuah danau kecil yang disebut danau Geramban terdapat komplek pemakaman Puyang Tanjung. Dalam 4 kelompok makam di komplek pemakaman ini yang paling menarik adalah makam nisan kuno berukir yang berjumlah 1(satu) nisan sedang nisan lainnya beruapa nisan batu yang sudah dibentuk tetapi tanpa pahatan dan lainnya hanya nisan batu alami polos. Nisan kuno berukir bermotif sulur dedaunan pada bagian atas dan bulatan di bagian bawah. Motif ukiran nisan kuno ini berbeda dengan motif ukiran/pahatan yang kami jumpai di Sekayoen, Kedaton dan Muara Cawang, apa arti motif-motif tersebut perlu kajian lebih lanjut. Arah hadap nisan kuno berukir ke arah Barat dan Timur berbeda dengan arah hadap makam yang baru yang juga kami kunjungi yaitu dengan arah hadap Selatan dan Utara. Tinggi nisan kuno berukir 57cm, tebal 10 cm dan lebar 29 cm lebih kecil dibandingkan dengan nisan kuno berukir di Muara Cawang. Di bagian Barat pemakaman berupa area perkebunan akan tetapi pada awalnya area tersebut merupakan sungai Lematang begitu juga danau Geramban yang mempunyai kedalam hingga 4 m merupakan bagian sungai Lematang sehingga sekarang bagian sungai Lematang yang telah menjadi daratan sekitar 150 m maka tak ayal bila pada awalnya sungai Lematang memang dapat diarungi kapal besar karena memang pada awalnya sungai Lematang memang sungai yang lebar dan besar.

Selanjutnya kami berkunjung ke kediaman keluarga  Suhaimi dimana kami berjumpa Yana (66 tahun) dimana terdapat tanduk kerbau yang mempunyai tulisan huruf ulu atau ka ga nga. Prasasti huruf ulu tanduk kerbau ini mempunyai ukuran panjang 48 cm, lebar ujung (lancipnya) 1,3 cm, lebar ujung (pangkalnya) 14,2 cm. Kondisi prasasti masih bagus  walaupun ada beberapa bagian terkikis. (Prasasti Ulu Tanduk Kerbau, DR Wahyu Rizky Andhifani S.S, M.M). Sedang lempengan tembaga masa Kesultanan Palembang belum dapat kami temui karena sang pemilik atau yang menyimpannya belum dapat kami temui.


Dengan adanya temuan nisan kuno berukir dan prasasti tanduk kerbau di desa Ulak Pandan Marga Empat Suku Negeri Agung membuktikan bahwa daerah ini di masa lalu telah mempunyai nilai-nilai peradaban yang tinggi karena kedua benda tersebut bernilai budaya tinggi dan tidak banyak ditemukan di setiap daerah bahkan jarang atau tidak ditemukan.

Di masa sebelum kemerdekaan juga di desa Ulak Pandan Marga Empat Suku Negeri Agung merupakan sentra industri seperti pabrik tenun, pabrik tauco dan pabrik batubata dan saat ini juga terdapat destinasi wisata Pelancu yang pernah mendapat penghargaan bergengsi tingkat nasional sebagai Destinasi Unik Terpopuler Anugerah Pesona Indonesia tahun 2018.

Putra-putra terbaik dari Marga Empat Suku Negeri Agung terus berkarya dari masa ke masa dan saat ini  putra terbaik dari Marga Empat Suku Negeri Agung yaitu Cik Ujang, SH menjadi Bupati Lahat dan Fitrizal Homidi, ST menjadi Ketua DPRD Lahat. Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Marga Empat Suku Negeri Agung dan menjadi motivasi ke depan akan lahir putra-putra terbaik dari marga ini yang akan melanjutkan perjuangan para pendahulunya yang telah mencatatkan tinta emas pada masanya.

Peninggalan budaya/sejarah tersebut dapat dijadikan destinasi wisata yang akan menarik wisatawan berwisata ke desa yang akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat desa, pendapatan desa dan pendapatan asli daerah Kabupaten Lahat. (Mario Andramartik).

Kamis, 08 Juli 2021

PENINGGALAN BUDAYA DESA LEBAK BUDI

Ada ungkapan yang mengatakan kekayaan budaya dan wisata Kabupaten Lahat tak akan pernah habisnya untuk digali dan diulas. Seperti kita ketahui bersama saat ini Kabupaten Lahat terkenal dengan julukan Negeri Seribu Megalit, hal ini karena memang di Kabupaten Lahat ditemukan banyak situs megalit apalagi pada tahun 2012 Kabupaten Lahat mendapatkan penghargaan sebagai pemilik situs megalit terbanyak se Indonesia. Selain itu Kabupaten Lahat juga mempunyai banyak air terjun dan yang telah terdata oleh Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Panoramic of Lahat sebanyak 179 air terjun yang tersebar di berbagai desa dan kecamatan juga potensi wisata lainnya seperti danau, sungai, bukit dan potensi di sektor kebudayaan, pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan. 

Selama ini kita sering mengelompokkan potensi Kabupaten Lahat misalnya Merapi Area terkenal merupakan daerah pertambangan batubara, Kikim Area dengan potensi perkebunan karet dan sawit, Gumay Ulu hingga Jarai Area perkebunan kopi dan pariwisata, Kota Agung seputaran dengan potensi pertanian. Akan tetapi setelah kami survey secara mendetail banyak potensi yang belum terungkap semua per area tersebut. Misalnya kawasan Merapi Area yang kita sebut sebagai daerah pertambangan batubara ternyata juga mempunyai perkebunan kopi dengan kwalitas kopi terbaik dengan score nilai hasil uji laboratorium mempunyai nilai di atas 80 poin. Juga mempunyai peninggalan sejarah dan budaya yang cukup banyak. Kami sangat terkejut ketika kami ke Desa Lebak Budi Kecamatan Merapi Barat, di desa ini kami melihat rumah adat Kabupaten Lahat yaitu Ghumah Baghi yang sama persis dengan ghumah baghi yang ada di daerah uluan seperti Kota Agung area hingga Jarai Area dan Tanjung Sakti. Selama ini kami menganggap bahwa ghumah baghi di Kecamatan Lahat hingga Merapi Area tidak ada. Dengan adanya ghumah baghi di Desa Lebak Budi mematahkan argumentasi yang selama ini berkembang. 

Untuk mendata secara detail peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Merapi Area khususnya di Kecamatan Merapi Barat, Staf khusus Bupati Lahat Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Matcik,SH mengajak Kepala Museum Balaputradewa Palembang Candra Amprayadi untuk mengunjungi Desa Lebak Budi Kecamatan Merapi Barat. Dalam kegiatan pendataan ini jugo ada Staf Khusus Bupati Lahat Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang jugo penggiat budaya dan wisata, Mario Andramartik dan Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat Bambang Aprianto,SH,MM yang mewakili Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten LahatTim Pendataan yang dipimpin oleh Matcik langsung menuju rumah Syahrudin sang pemilik rumah adat yang berada di Desa Lebak Budi Kecamatan Merapi Barat. Rumah panggung berwarna cat hijau yang merupakan rumah adat dengan ukiran atau pahatan pada bagian dinding depan dan samping. Akan tetapi sepintas kita tidak akan melihat rumah ini sebagai ghumah baghi yang penuh dengan makna karena ciri khas ghumah baghi dari tampak depan sudah tertutup dengan penambahan bangunan, bagian bawah rumah sudah ada dinding beton, tiang rumah yang aslinya dari kayu bulat utuh sudah diganti dengan tiang beton, atap rumah yang berbentuk pelana kuda juga sudah berubah. Tetapi berbagai perubahan tersebut masih menyisakan beberapa ciri khas ghumah baghi seperti pahatan pada bagian depan dan samping rumah. Pahatan yang ada di bagian depan rumah bagian atas sama persis baik tata letak dan motif pahatan dengan ghumah baghi daerah uluan. Akan tetapi dinding rumah sudah di cat warna hijau sedang aslinya ghumah baghi tanpa cat, pahatan aslinya tidak di cat sedang pada rumah ini sudah di cat warna kuning emas. Walaupun ghumah baghi ini sudah banyak mengalami perubahan tetapi masih menunjukkan suatu ciri bahwa sang pemilik rumah bukanlah orang sembarang biasanya merupakan keturunan dari para tokoh desa atau pemimpin desa masa lalu yang mempunyai pengaruh di desa. Dan ternyata dugaan kami benar adanya bahwa Syarudin merupakan keturunan Pasirah Marga Empat Suku Negeri Agung. Dengan adanya ghumah baghi di desa Lebak Budi Kecamatan Merapi Barat maka menambah perbendaharaan jumlah ghumah baghi di Kabupaten Lahat baik jumlah ghumah baghi maupun letak ghumah baghi. Selain ghumah baghi juga ada peninggalan budaya lainnya yang berada di ghumah baghi yang didiami Syahrudin antara lain benda-benda keramik, topi yang pernah dipakai oleh Pasirah, aksara Ka ga nga yang ditulis di sepotong bambu bulat utuh berwarna kuning, lempengan tembaga bertuliskan huruf Jawa yang kemungkinan peninggalan masa Kesultanan Palembang dan berbagai benda pusaka lainnya yang belum dapat kami lihat. 
Semua temuan tersebut selama ini belum pernah diulas dan diungkap secara umum jadi temuan ini termasuk langka smoga ke depan dapat diteliti dan dikaji lebih dalam lagi untuk mengungkap semua peninggalan budaya dan sejarah khususnya dari Marga Empat Suku Negeri Agung. Matcik tidak salah mengundang kepala museum Balaputradewa Palembang ke desa Lebak Budi yang juga merupakan desa kelahiran Bupati Lahat saat ini Cik Ujang karena desa Lebak Budi yang dahulunya merupakan bagian dari Marga Empat Suku Negeri Agung memang menyimpan banyak peninggalan budaya dan sejarah.

Sebelumnya desa Lebak Budi dan beberapa desa lainnya seperti desa Negeri Agung dan Ulak Pandan berada di bagian Timur sungai Lematang dan diperkirakan pada awal tahun 1900an mulai berpindah ke lokasi saat ini dan desa lama yang telah ditinggalkan menjadi lokasi berkebun dengan mayoritas menjadi kebun karet, sedikit kebun kopi dan sawah. Tidak mengherankan bila kawasan Bukit Serelo atau Bukit Jempol menjadi bagian dari desa Lebak Budi, Negeri Agung dan Ulak Pandan Kecamatan Merapi Barat walaupun letaknya di seberang sungai Lematang. 

Di kawasan Bukit Serelo setidaknya ada 2 air terjun yang masuk wilayah desa Lebak Budi dan Ulak Pandan kecamatan Merapi Barat. Jadi air terjun juga ditemukan di kecamatan Merapi Barat. Dengan banyaknya temuan peninggalan budaya dan sejarah di desa Lebak Budi maka dapat dijadikan destinasi wisata budaya misalnya dibuat suatu upacara penyucian benda-benda pusaka dengan prosesi budaya lokal yang dikemas sedemikian rupa sehingga bisa mendatangkan wisatawan. Nah selanjutnya terkait adanya aksara ka ga nga atau huruf ulu maka bisa dibuat kegiatan belajar menulis dan membaca huruf ka ga nga tersebut. Selain potensi budaya dan sejarah yang menjadi wisata budaya juga terdapat potensi wisata alam seperti sungai Lematang yang berada di desa ini dapat dibuat paket wisata menyusuri sungai dengan perahu sehingga wisatawan dapat menikmati pengarungan sungai Lematang sekaligus juga bisa menikmati keindahan Bukit Serelo atau Bukit Jempol. Di desa Lebak Budi juga ada jembatan gantung yang ikonik dan jembatan gantung ini juga bisa menjadi destinasi wisata. Dari jembatan gantung dapat menikmati keindahan Bukit Serelo atau Bukit Jempol. 

Dengan pengembangan wisata budaya dan wisata alam yang ada maka dapat menambah pendapatan masyarakat dan desa di samping pendapatan dari sektor pertambangan batubara, pertanian dan perkebunan. Desa Lebak Budi Kecamatan Merapi berada sekitar 13 km dari pusat Kota Lahat, dari arah Kota Lahat melalui jalan lintas Sumatera ke arah Kota Muara Enim sebelum perlintasan kereta api dekat SD Negeri 3 Merapi Barat atau setelah Indomaret belok ke kanan. Sekitar perjalanan 500 meter akan bertemu dengan Kantor Desa dan Bangunan Gedung Serbaguna Desa Lebak Budi. Berbatasan langsung dengan sungai Lematang di bagian Barat dan Utara, desa Tanjung Baru di sebelah Timur dan Desa Negeri Agung di bagian Selatan. (By Mario Andramartik).