Bukit Serelo

Icon dari kota kecil Kabupaten Lahat yang kaya akan Sumber Daya Alam, Budaya dan Bahasa.

Megalith

Peninggalan sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Lahat.

Ayek Lematang

Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lahat.

Air Terjun

Obyek keindahan alam yang terbanyak di Kabupaten Lahat.

Aktivitas Masyarakat Pedesaan

Kota Lahat yang subur kaya akan hasil perkebunan.

Selasa, 18 Oktober 2022

JEMARING DESA PRASEJARAH (Jelajah Negeri Mengenal Budaya)

Koordinator Jupel  sedang meninjau Situs Megalitik Jemaring

Kabupaten Lahat telah dikenal luas sebagai Pemilik Situs Megalitik Terbanyak se Indonesia, predikat tersebut disematkan kepada Kabupaten Lahat pada tahun 2012 oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). Pada kenyataannya memang Kabupaten Lahat memiliki situs megalitik yang tersebar di beberapa desa dan kecamatan sehingga Kabupaten Lahat mendapat julukan “Negeri Seribu Megalitik”. Dari data yang dihimpun oleh Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Panoramic of Lahat saat ini di Kabupaten Lahat tak kurang ada 1.121 peninggalan megalitik yang tersebar di 67 situs megalitik di 54 desa dan 14 kecamatan.

Dari 67 situs megalitik tersebut, masyarakat Kabupaten Lahat hanya mengenal atau lebih mengenal beberapa situs saja seperti Situs Tinggihari, Situs Batu Putri, Situs Batu Macan dan Situs Batu Kerbau. Untuk Situs Tinggihari selain merupakan situs megalitik yang pertama kali ditemukan pada tahun 1849 oleh L.Ullman juga merupakan situs yang paling bagus dan terbaik seperti yang ditulis oleh Lonely Planet yang terbit di Australia pada tahun 2007 menyebut Situs Tinggihari “The Pasemah carving are considered to be the best example of prehistoric stone sculpture in Indonesia. The best examples of this type are  at  a site called Tinggi Hari, 20 km from Lahat, west of the small river town of Pulau Pinang” (Pahatan Pasemah dianggap sebagai contoh terbaik dari arca batu prasejarah di Indonesia. Contoh terbaik dari jenis ini adalah di situs yang disebut Tinggi Hari, 20 km dari Lahat, di sebelah Barat sungai kota kecil Pulau Pinang).

Untuk mengenal lebih dekat situs per situs megalitik perlu adanya beberapa upaya dari berbagai pihak agar keberadaan situs-situs megalitik Kabupaten Lahat lebih dikenal oleh masyarakat Kabupaten Lahat dan Provinsi Sumatera Selatan. Adapun beberapa upaya misalnya dengan memasukan megalitik sebagai pelajaran muatan lokal di sekolah SD hingga SLTA, membuat program siswa-siswa mengunjungi situs megalitik, membuat kegiatan atau event di situs megalitik, membuat festival megalitik dan berbagai kegiatan dengan nuansa megalitik.

Mario dan Ardianto di Situs Megalitik Jemaring

Pada tulisan ini kita akan mengenal satu situs megalitik di Kecamatan Jarai. Di Kecamatan Jarai sendiri saat ini ada beberapa situs megalitik yang tersebar di beberapa desa yaitu Desa Gunung Kaya, Gunung Megang, Pagar Dewa, Muara Tawi, Jemaring dan Bandar Aji. Secara Geografis Kecamatan Jarai terletak pada koordinat 103º16’ Bujur Timur dan 30º59’ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 400-1000 meter di atas permukaan laut. Lokasi penelitian sering disebut sebagai daerah Pasemah, yang dibatasi oleh Gunung Dempo di sebelah Barat Daya dengan ketinggian 3.159 meter dpl dan di sebelah Timur Laut terdapat Pegunungan Gumay yang termasuk gugusan Bukit Barisan yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut pulau Sumatera dengan ketinggian kurang lebih 1.700 meter dari permukaan laut.

Situs Jarai sebagai salah satu bentuk situs permukiman masa lalu, oleh Van Der Hoop telah diketahui sejak tahun 1932 dalam bukunya berjudul Megalithic Remains in South Sumatera. ( Hoop , 1932 : 35-36 ), Selanjutnya Puslitbang Arkenas melakukan penelitian di situs Gunung Kaya dan situs Gunung Megang tahun 2007 dan 2008. Balai Arkeologi Palembang telah melakukan kegiatan penelitian dengan mengadakan  ekskavasi  di situs Gunung Kaya yang terletak sekitar 10 km sebelah baratlaut Kota Pagar Alam, dan berhasil menemukan 1 buah bilik batu dan di lokasi tersebut didapatkan pula tinggalan megalitik berupa, dolmen, lesung batu baik tunggal dan berkelompok, batu datar, lumpang batu dan sebuah arca dalam posisi terguling.(Kristantina, 2008). Pada saat kegiatan penelitian tim mendapat informasi dari pemilik tanah yang bernama Ludyo, bahwa di sekitar pekarangan rumah, ditemukan 8 buah tempayan bahan tanah liat berdiameter sekitar 60 cm.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, keberadaan tinggalan megalitik di situs Jarai menunjukkan bahwa daerah tersebut mengindikasikan pernah digunakan sebagai tempat bermukim pada masa lalu. Menyangkut keberadaan tinggalan tersebut baik dari segi kualitas dan kwantitasnya menimbulkan berbagai permasalahan yang menyangkut tingkat teknologi, ekonomi, pranata sosial   dan adaptasi manusia pendukungnya.

Pada tahun 2011 penelitian lanjutan oleh Balar Arkeologi Palembang, survei peninggalan megalitik di Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan telah  dilakukan di 6 desa, yang mencakup Desa Gunung Kaya, Gunung Megang, Pagar Dewa, Jemaring, Muara Tawi, dan Tanjung Menang.

Di Desa Jemaring sendiri ditemukan beberapa peninggalan megalitik yang disebut dengan  Situs Jemaring yang berada diketinggian 810 meter dpl, lokasi situs di pinggir jalan raya yang menghubungkan jalan lintas Pagar Alam – Muara Payang menuju Desa Jemaring, lokasi situs berada di hamparan persawahan, dan berhasil di data adanya 13 temuan tinggalan megalitik seperti: dolmen, batu datar, lumpang batu, tetralith dan batu temu gelang.

Dr.Alrefi, S.Pd., M.Pd dan Akbari,S.Pd,M.Pd di Situs Megalitik Jemaring

Untuk menuju situs megalitik Jemaring dari Pasar Jarai hanya berjarak sekitar 1 km ke arah Muara Payang, setelah Desa Aromantai terdapat pertigaan ke arah kanan. Dari pertigaan ini kita akan menyusuri jalan aspal yang mulus dan telah dilakukan pelebaran jalan dengan pengecoran di sebelah kanan dan kiri jalan sehingga jalan menuju desa ini terlihat lebar dan nyaman dilalui. Kurang dari 1 km di sebelah kanan jalan terdapat hamparan persawahan dan disinilah temuan megalitik Situs Jemaring berada. Ketika persawahan ini selesai dipanen maka bebatuan yang merupakan peninggalan masa megalitik lebih terlihat jelas dibandingkan ketika persawahan ini ditumbuhi dengan tanaman padi yang telah menutupi keberadaan megalitik. Akan tetapi ada satu peninggalan megalitik berupa lumpang batu yang berada di tepi sawah di antara tanaman terong dan lengkuas sehingga setiap waktu lumpang batu ini dapat dilihat dan lokasinyapun sangat dekat dengan jalan yaitu sekitar 10 meter saja. Lumpang batu dengan satu lubang dengan diameter sekitar 20 cm sedikit berlumut karena air sering mengenang di lubang lumpang batu ini apalagi Situs Jemaring ini belum memiliki juru pelihara seperti situs lainnya di Kecamatan Jarai seperti Situs Gunung Kayang, Situs Gunung Megang dan Situs Baturang. Pada ketiga situs ini terlihat lebih terpelihara, bersih dan tertata juga pada beberapa tinggalan telah di pagar secara permanen sebagai upaya pengaman peninggalan megalitik. Semoga kedepan Situs Jemaring juga mendapat perlakuan sepadan dengan situs-situs lainnya.

Lumpang Batu di Situs Megalitik Jemaring

Pada kunjungan kami terakhir di Situs Jemaring ini kami mendampingi akademisi dari Universitas Sriwijaya putra-putri dari Kabupaten Lahat. Sebanyak 12 orang akademisi Universitas Sriwijaya yang dipimpin oleh Prof.Dr.Ir.H.Ahmad Muslim, M.Agr mengunjungi Kecamatan Jarai dengan titik kunjungan di Desa Gunung Megang dan Pelajaran. Adapun kunjungan ini sebagai upaya dari Pemerintah Kabupaten Lahat melalui Bupati Lahat Cik Ujang,SH untuk mengajak pihak akademisi khususnya dari Universitas Sriwijaya terutama yang merupakan putra-putri Kabupaten Lahat membantu pemikiran dan program-program kerja untuk kemajuan Kabupaten Lahat. Di Kecamatan Jarai sendiri lebih fokus pada sektor pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan, pariwisata dan Kebudayaan. Semoga kegiatan ini akan berlanjut pada kegiatan-kegiatan yang berdampak positif bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat menuju Kabupaten Lahat yang maju, berkembang dan bercahaya. (Oktober, Mario Andramartik).