Dalam perjalanan menuju
Batu Langgar selain harus menyeberangi jembatan gantung juga menyusuri kebun
kopi sebelum akhirnya tiba di kebun sayur dimana Batu Langgar berada. Jalan
setapak sejak dari jembatan gantung hingga kebun sayur dimana Batu Langgar
berada jalanan menanjak berupa jalan tanah dan hanya sebagian kecil yang telah di cor beton.
Jarak tempuh dari jalan lintas Pagar Alam – Pendopo menuju Batu Langgar sekitar
1,3 km atau perjalanan dengan sepeda motor sekitar 10 menit. Akan tetapi
walaupun jaraknya cukup dekat dari desa Batu Langgar yang merupakan sebuah
situs budaya peninggalan masa megalitik belum banyak dikenal luas baik oleh
masyarakat Kabupaten Lahat maupun masyarakat Sumatera Selatan.
Bupati Lahat Cik
Ujang,SH melalui Tim Bupati Untuk Percepatan Pembangunan Bidang Kebudayaan,
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mario Andramartik langsung menindaklanjuti
dengan berkunjung langsung ke lokasi setelah menerima laporan masyarakat
terkait adanya situs budaya peninggalan masa megalitik yang berada di Kecamatan
Muara Payang. Kunjungan pertama ke Situs Megalitik Batu Langgar. Di situs ini
terdapat sebuah bilik batu yang berada di bagian timur kebun sayur milik
Harpensyah, terlihat bagian dinding bagian kiri, kanan dan belakang juga bagian
depan bilik yang menghadap ke arah barat. Semua batu berupa lempengan batu slab
stone. Akan tetapi atap bagian depan bilik batu terlihat terjadi patahan.
Saat ini di Kawasan
Megalitik Pasemah (Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang , Muara Enim) ditemukan
banyak bilik batu yang letaknya di bawah permukaan tanah seperti yang ditemukan
di situs megalitik Kota Raya Lembak, Talang Pagar Agung, Gunung Megang, Gunung
Kaya, Tegur Wangi, Talang Kecepol dan Tanjung Aro akan tetapi bilik batu yang
ditemukan di situs megalitik Batu Langgar bilik batu berada di permukaan tanah.
Selain bilik batu yang
disebut masyarakat sebagai Batu Langgar di situs ini juga terdapat tetralith
(tetra = 4, lith = batu) atau batu susun empat. Tetralith berada sekitar 20
meter dari Batu Langgar ke tenggara juga terlihat slab stone dan monolith di
kebun cabe. Lokasi situs berada di ketinggian 669 mdpl.
Dari Batu Langgar kami
bertiga dengan sepeda motor kembali ke Desa Lawang Agung Lama dan melanjutkan
perjalanan ke Desa Talang Tinggi yang hanya berjarak sekitar 1 km. Dari Desa
Talang Tinggi kami melanjutkan perjalanan ke situs megalitik yang baru kami
terima laporannya dari Harpensyah pemilik Situs Batu Langgar. Untuk menuju
lokasi situs dari desa sekitar 2 km dengan menyusuri jalan desa yang sudah di
aspal 1,8 km dengan sisanya yang masih dalam pengerjaan pengecoran. Lokasi
situs berada di ketinggian 821 mdpl tepat di bagian barat laut di kaki Gunung
Dempo.

Kebun sayur yang tepat berada di sisi kiri jalan merupakan kebun milik Harhendi dengan luas sekitar 1 ha dengan tanaman sayur berupa terong, tomat, kacang panjang, jahe dan kates. Saat kami berada di sana tanaman terong dan tomat sedang di panen sedangkan tanaman lainnya baru saja ditanam. Setelah kami bertemu dengan dengan Harhendi selanjutnya dengan keramahannya kami diantar untuk melihat satu per satu peninggalan megalitik yang berada di kebun sayur Harhendi ini.
“Kite ke situ kudai”
ajak Harhendi sambil menunjuk ke arah timur, dan kamipun berjalan di sela-sela
tanaman terong dan tomat mengikuti Harhendi. Benda pertama yang kami lihat
berupa lesung batu tetapi sudah patah, di sebelah timur lesung batu terdapat 1
tetralit, jarak 1 meter terdapat momolith dan 2 meter dari monolith terdapat
lesung batu lagi. Lesung batu dalam kondisi tidak terawat dengan bagian lubang
berisi tanah dan tepi lupang berlumut hijau. Lalu kami bersihkan lubang lesung
sehingga terlihat dengan jelas bentung dari lesung batu. Kemudian kami berjalan
ke arah utara, disini terdapat 2 buah lesung batu dengan ukuran lebih kecil
dari lesung batu kedua yang kami lihat. Dua lesung berada berdekatan tetapi
pada awalnya satu lesung berada sekitar 3 meter dari lokasi sekarang.
Dari sini kami berjalan
lagi ke arah utara sekitar 5 meter dan di antara pohon terong terdapat satu
lumpang batu dengan diameter sekitar 10 cm. Kondisi lumpang batu seperti
tinggalan yang lain kurang terawat. Hal ini disebabkan karena pemilik lahan
tidak mengetahui bahwa batu-batu ini merupakan tinggalan masa megalitik mereka
mendapat cerita bahwa lokasi kebun mereka merupakan bekas tempat tinggal puyang
rejang.
Berjalan sekitar 10
meter masih di kebun terong dan tomat
terdapat 1 lagi tetralit dengan ukuran lebih besar dari tetralith pertama yang
kami lihat. Jarak antar ke-4 batu tetralith ini sekitar 2 meter dengan tinggi
batu rata-rata sekitar 90 cm. Dari Tetralith kami berjalan ke arah barat dan
kami diperlihatkan sebuah lesung dengan ukuran seperti lesung pertama yang kami
lihat. Harhendi masih terus mengajak kami berjalan untuk melihat tinggalan
lainnya dan ternyata memang masih ada tinggalan lain berupa lesung batu dan
lumpang batu.

Dari temuan yang ada di Talang Kemang Ilir Desa Talang Tinggi Kecamatan Muara Payang ini kami dapat katakan bahwa situs ini merupakan satu pemukiman dengan dominasi tinggalan berupa lesung batu dan timbul sebuah pertanyaan apakah ada temuan jenis lainnya seperti arca, menhir, bilik batu, dolmen dan lainnya, hal ini perlu penelitian lebih mendetail. Akan tetapi dengan temuan yang ada maka menambah jumlah situs yang ada di Kecamatan Muara Payang menjadi 3 situs megalitik. Situs pertama ditemukan di Desa Muara Payang pada survey pertama tahun 1999. Dari hasil pengamatan dan dilakukan test pit di 2 kotak ditemukan tempayan kubur dan benteng tanah. Lalu dilakukan penelitian tahap II pada tahun 2000 dengan temuan terdapat 2 lokasi hunian yang dikelilingi oleh benteng tanah, tempayan kubur, tetralith dan umpak bangunan. Pada tahun 2001 dilakukan penelitian tahap III dan selanjutnya penelitian tahap IV yang dilakukan pada tahun 2002 oleh Balai Arkeologi Palembang yang dipimpin oleh Kristantina Indriastuti,SS dengan anggota tim Drs.Siswanto, Drs.Budi Wiyana dan Supeno. Di penelitian tahap IV ini ditemukan beberapa tempayan kubur, menhir, dolmen, dan batu datar. Situs kedua adalah Batu Langgar dan situs ketiga Situs Talang Kemang Ilir.
Dengan temuan Situs
Talang Kemang Ilir maka jumlah situs yang ada di Kabupaten Lahat menjadi 67
situs megalitik dan semakin mengukuhkan Kabupaten Lahat sebagai Pemilik Situs
Megalitik Terbanyak se Indonesia dan semakin populer Kabupaten Lahat sebagai
Negeri 1000 Megalitik.
Semoga dalam waktu
dekat beberapa situs megalitik dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya Kabupaten
Lahat dan selanjutnya dapat dilakukan pemeringkatan menjadi Cagar Budaya
Provinsi, Nasional hingga menjadi Warisan Dunia Unesco. Tentu hal ini bukan
pekerjaan mudah tetapi bila digarap dengan serius dengan melibatkan semua
komponen yang ada tentu akan dapat tercapai apalagi hingga saat ini Warisan
Dunia Unesco yang berasal dari Indonesia baru 5 yaitu Candi Borobudur, Candi
Prambanan, Manusia Purba Sangiran, Subak Bali dan Sawahlunto Ombilin. Bila
Situs Megalitik Kabupaten Lahat dapat ditetapkan menjadi Warisan Dunia Unesco
bukan saja akan memboomingkan nama Kabupaten Lahat di kancah internasional akan
tetapi juga banyak memberikan manfaat kepada masyarakat Kabupaten Lahat seperti
bergeraknya berbagai sektor ekonomi
bukan saja sektor budaya dan pariwisata juga perbaikan infrastruktur dan
peningkatan pendapatan asli daerah. (Mario Andramartik, September 2022).
0 komentar:
Posting Komentar