![]() |
Situs megalitik dengan latar belakang Gunung Dempo |
Sesampai di Desa Air
Puar kami sempat bertemu dengan Kepala Desa Air Puar Gun Hariansyah dan
berbincang sebentar lalu kami langsung menuju rumah sahabat kami Anudi yang
tepat berada di sebelah kiri jalan lintas Mulak Ulu – Semendo. Pada saat kami
tiba di rumah Anudi kami langsung menuju ke belakang rumahnya karena Anudi
sedang membajak sawah yang berada tepat di belakang rumahnya. Setelah melihat
kedatangan kami Anudi segera menghentikan mesin traktor dan menghampiri kami.
Anudi mengajak kami
untuk minum kopi, ya memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Kabupaten Lahat
ketika menerima tamu dan menawari untuk minum kopi, karena memang hampir setiap
desa di Kabupaten Lahat terdapat perkebunan kopi khususnya yang berada di
sekitar Pegunungan Gumay dan Bukit Barisan seperti desa-desa di Kecamatan Mulak
Ulu dengan mayoritas berkebun kopi. Kami mengajak Anudi untuk langsung melihat
peninggalan megalitik yang berada di persawahan tepat di belakang rumahnya baru
nanti selesainya menikmati kopi khas Air Puar.
Anudi berjalan paling
depan dan kami mengikutinya, kali tim Panoramic of Lahat yang melakukan survey
terdiri dari Mario Andramartik, Fabio Renato dan Fariyan. Kami berjalan di atas
saluran air yang telah ditata dengan baik dan tepat di ujung saluran air sawah
di sebelah kiri kami berhenti untuk melihat satu lumpang batu berlubang satu
dengan diameter lubang 62 cm dan kedalaman lubang 9 cm, tetapi sayang beberapa
bagian sisi lumpang sudah gompel. Sekitar 5 meter ada seonggok batu dengan
ukuran sekitar 1 m dan setelah kami dekati ternyata sebuah lumpang batu yang
mempunyai 2 lubang. “Nah ini lumpang batu, ini juga megalitik” kataku dan Anudi
menyahut dengan “woiiii….. aku dek tau kalo itu megalitik pule, aku apat duduk
di pucuknye sambil mancing” (oh saya tidak tahu kalau itu juga megalitik, saya
sering duduk diatasnya sambil memancing). Posisi lumpang batu dalam posisi
miring dengan kedua lubang di bagian samping. Kedua lubang lumpang batu mempunyai
ukuran yang sama yaitu 17 cm akan tetapi kedalaman lubang berbeda yaitu 12 dan
14 cm. Lumpang batu masih terlihat baik walaupun tanpa pemeliharaan. Posisi
lumpang diketinggian 593 mdpl yang berhawa cukup sejuk.
![]() |
Warga desa bersama lumpang batu |
Selesai dari melihat
lumpang batu kami masuk ke dalam sawah yang digenangi air dengan kedalaman
hingga betis kaki, kami berjalan ke arah tengah sawah dimana banyak onggokan
bebatuan. Dari kejauhan onggokan bebatuan tersebut terlihat ada membentuk pola
memanjang dan ada juga yang berdiri sendiri. Kami sempat berhenti di sebuah
batu sepertinya sebuah batu datar kemudian melihat barisan 6 batu yang
membentuk memanjang, kami terus mendekat dan ternyata bebatuan ini berupa 6
dolmen yang membentuk memanjang, terlihat satu dolmen dengan 2 batu penyanggah dan
bagian atas telah bergeser. Tepat di bagian timur 6 dolmen ada satu batu dengan tinggi 65 cm, panjang 85 cm dan lebar
36 cm. Pada awalnya kami melihat dari arah utara dan belum bisa menyebut bentuk
dari batu ini begitu juga kalau dilihat dari bagian timur dan barat tetapi
setelah melihat dari bagian selatan batu, baru kami bisa mengidentifikasi batu
ini. Ternyata seonggok batu ini merupakan arca manusia terlihat dari pundak,
lengan dan tangan manusia tetapi bagian kepala telah hilang. Anudi sang pemilik
tanah selama ini belum mengetahui bahwa batu tersebut adalah arca megalitik,
setahu dia hanya lumpang batu berlubang 3 saja yang merupakan peninggalan
megalitik. “aku dide keruan kalo batu ini arca megalit, anye pernah jeme sandi
Jambi nyicek kalo nak nginak jeme dek bepalak dan kate aku ai ngape nak nginak
jeme dek bepalak” (Saya tidak tahu kalau batu ini arca megalitik, tetapi pernah
orang dari Jambi berkata kalau mau melihat orang tak berkepala dan kata saya ai
mengapa mau melihat orang tak berkepala).
![]() |
Tim Panoramic of Lahat di lokasi lumpang batu |
Dari desa kami berjalan
menuju timur desa ke arah Semendo, setelah berjalan sekitar 500 meter kami
berbelok ke kanan dan masuk perkebunan kopi dan berjalan di antara pohon-pohon
kopi sejauh 150 meter. Sebelum masuk kebun kopi kami bertemu dengan sekelompok
anak-anak SD yang ternyata juga mempunyai tujuan yang sama dengan kami. Yach
kami akan menuju ke Batu Bergores atau yang lebih dikenal masyarakat Desa Air
Puar sebagai Batu Tatah. Setelah menyusuri pepohonan kopi kami menyeberangi
sungai puar dan berjalan sekitar 20 meter dan tiba di batu tatah. Dalam
kesempatan ini anak-anak SD yang berasal dari SD di Desa Air Puar didampingi
guru kelas dan Kepala Sekolah yaitu Robinson, SPd dan memberi kesempatan kepada
kami untuk menjelaskan batu tatah kepada anak-anak.
Batu Tatah di Desa Air
Puar telah diketahui oleh H.W.Vonk berkebangsaan Belanda pada tahun 1934 yang
dituangkan dalam tulisannya berjudul De Batoe Tatahan Bij Air Poear kemudian
tim dari BPCB Jambi melakukan pendataan pada tahun 2016 selanjut dari
Puslitarkenas kesini pada tahun 2017 dan mahasiswa S3 Perancis mengunjungi batu
tatah pada tahun 2021. Dari kedua situs megalitik yang ada di Desa Air Puar
kondisinya hingga saat ini masih belum mendapat perhatian serius dari
pemerintah terutama terkait pemeliharaan misalnya pemerintah mengangkat juru pelihara situs megalitik untuk
perawatan dan pemeliharaan kedua situs lebih baik dan maksimal seperti yang
sudah dilakukan di situs lainnya.
Potensi Desa Air Puar
selain potensi budaya berupa situs megalitik dan ghumah baghi juga mempunyai
potensi pariwisata berupa air terjun/cughup, terdata ada 6 cughup di Desa Air
Puar, belum lagi potensi pertanian,
perkebunan, perikanan dan peternakan. Bila saja ke-6 sektor tersebut dapat
dikembangkan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan misalnya dijadikan
Integrated Farming, perpaduan sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, kebudayaan dan pariwisata, dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan peningkatan perekonomian masyarakat desa, bisa dibentuk
Bumdes dengan unit usaha ke-6 sektor tersebut. Semoga suatu saat Desa Air Puar
dan Kecamatan Mulak Ulu dapat berkembang dengan baik, maju dan sukses
menjadikan Kabupaten Lahat Bercahaya. (Mario Andramartik, Juni 2023).
0 komentar:
Posting Komentar