Sabtu, 23 Juli 2016

"SRIWIJAYAKU DULU & SEKARANG" Jelajah Negeri Mengenal Budaya


Kerajaan Sriwijaya terletak di jalur yang strategis, jalur perdagangan antara India dan Cina. Selain itu, kerajaan ini juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur pusat perdagangan di Asia Tenggara. Dengan menguasai selat tersebut menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan yang mengatur perdagangan nasional dan internasional.
Dalam bidang kebudayaan khususnya keagamaan, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha di Asia tenggara dan Asia timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokoh yang terkenal ialah Dharmakirti.
Kerajaan Sriwijaya berada dalam masa kejayaan pada abad ke 9-10 masehi. Saat itu, Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim yang ada di Asia Tenggara. Dominasi Sriwijaya atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan kerajaan ini sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal.
Bahkan, Kerajaan Sriwijaya juga mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang melewati dua selat tersebut. Sriwijaya mengumpulkan kekayaan dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan, khususnya pasar Tiongkok dan India.
Berdirinya Kerajaan Sriwijaya masih menjadi misteri, tidak banyak bukti sejarah yang menerangkan kapan berdirinya kerajaan ini. Bukti tertua adalah sebuah berita dari Cina, yaitu pada tahun 682 M ada seorang pendeta Tiongkok bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India. Pendeta tersebut singgah terlebih dahulu di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Dalam sebuah literatur juga menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh Dapunta Hyang.
Selain berita dari luar, ada juga prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, diantaranya adalah prasasti Kedukan Bukit (683 M) yang ditemukan di Palembang. Isi prasasti tersebut adalah Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara dan berhasil menaklukkan beberapa daerah.
Nah, dari dua bukti yang sudah disebutkan , maka dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertamanya adalah Dapunta Hyang.
Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta berupa "Sri" yang artinya bercahaya dan "Wijaya" berarti kemenangan sehingga dapat diartikan dengan kemenangan yang bercahaya atau gemilang.
Nama Sriwijaya begitu dekat dan melekat  pada masyarakat Indonesia  khususnya masyarakat Sumatera Selatan. Di Kota  Palembang ada Pupuk Sriwijaya (Pusri), Universitas Sriwijaya (Unsri), klub sepak bola Sriwijaya FC, maskapai penerbangan Sriwijaya Air, Festival Sriwijaya, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya dan Propinsi Sumatera Selatan juga berjuluk Bumi Sriwijaya. Jadi banyak hal yang berbau nama atau menggunakan nama Sriwijaya. Semua nama tersebut untuk mengingatkan kita nama besar Sriwijaya dan harapan agar dengan menggunakan nama Sriwijaya maka usaha atau kegiatan akan menjadi besar seperti kebesaran Kerajaan Sriwijaya dimasanya.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sumatera Selatan khususnya masyarakat Kota Palembang dimana telah berdiri suatu kerajaan besar pertama di Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya yang menguasai perdagangan Asia Tenggara.
Beberapa bukti yang diyakini sebagai peninggalan Sriwijaya antara lain : Bukit Seguntang yang merupakan bukit paling tinggi di dataran Palembang sekitar 30 mdpl telah dianggap sebagai tempat penting sejak masa Kerajaan Sriwijaya, beberapa temuan artefak yang bersifat Buddhisme menunjukkan tempat ini adalah salah satu kawasan pemujaan dan keagamaan kerajaan. Pada tahun 1920-an di lereng selatan bukit ini ditemukan arca Buddha bergaya Amarawati. Arca berukuran cukup besar ini ditemukan dalam beberapa pecahan. Arca setinggi 277 cm ini dibuat dari batu granit.
Di daerah Bukit Seguntang juga ditemukan fragmen arca Bodhisattwa. Kepala arca digambarkan dengan rambut yang tersisir rapi dengan ikatan seutas pita yang berhiaskan kuntum bunga. Di bukit ini juga ditemukan reruntuhan stupa dari bahan batu pasir dan bata, fragmen prasasti, arca Bodhisattwa batu, arca Kuwera, dan arca Buddha Wairocana dalam posisi duduk lengkap dengan prabha dan chattra. Di daerah Bukit Seguntang ditemukan pula fragmen prasasti batu yang ditulis dalam aksara Pallawa dan Bahasa Melayu Kuno. Prasasti yang terdiri dari 21 baris ini menceritakan tentang hebatnya sebuah peperangan yang mengakibatkan banyaknya darah tertumpah, disamping itu juga menyebutkan kutukan bagi mereka yang berbuat salah.
Pada bagian puncak bukit terdapat beberapa makam yang dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja, Sriwijaya. Terdapat tujuh makam di bukit ini yang merupakan Makam Raja-raja Sriwijaya, yaitu makam:
  • Raja Sigentar Alam
  • Pangeran Raja Batu Api
  • Putri Kembang Dadar
  • Putri Rambut Selako
  • Panglima Tuan Junjungan
  • Panglima Bagus Kuning
  • Panglima Bagus Karang
Bukit Seguntang diibaratkan sebagai potongan Gunung Mahameru dalam kepercayaan Hindu-Buddha, dan dianggap suci karena merupakan cikal bakal orang-orang Melayu. Bukit Seguntang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Palembang sebagai Obyek Wisata Situs Arkeologi Bukit Seguntang.
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya atau TPKS terletak di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus. Situs itu terletak sekitar lima kilometer sebelah barat pusat Kota Palembang. Situs Karanganyar merupakan bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang masih bisa disaksikan. Situs dikelilingi kanal-kanal. Diduga kanal-kanal tersebut dibuat pada masa Sriwijaya untuk jalur transportasi, mengatur banjir, atau sebagai benteng.
Di dalam taman purbakala ini terdapat Museum Sriwijaya, yaitu pusat informasi mengenai situs dan temuan Sriwijaya di Palembang. Pada bagian tengah situs ini terdapat pendopo berarsitektur rumah limas khas Palembang yang ditengahnya disimpan replika Prasasti Kedukan Bukit dalam kotak kaca. Prasasti ini menceritakan mengenai perjalanan Siddhayatra Dapunta Hyang yang dianggap sebagai tonggak sejarah berdirinya kemaharajaan Sriwijaya.
Namun kedua tempat yang sangat bersejarah dan menjadi salah satu bukti kebesaran sebuah kerajaan besar Sriwijaya kondisinya cukup memprihatikan. Fungsi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya dan Obyek Wisata Situs Arkeologi Bukit Seguntanng sebagai Pusat Informasi Sriwijaya dan sebagai daya tarik wisata budaya di Palembang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar masyarakat Palembang sekarang masih belum mengetahui keberadaan kedua peninggalan ini sebagai peninggalan masa Sriwijaya, apalagi sebagai pusat informasi tentang Sriwijaya. Selama ini peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Sayang sekali kini kedua kompleks ini terbengkalai dan kurang terawat. Jalan di dalam komplek yang tidak baik, sampah berserakan di mana-mana, hampir setiap sudut dijadikan tempat membakar sampah, berbagai bangunan dibiarkan tidak terurus dan fasilitas yang masih terkesan apa adanya.
Maka kesan kebesaran kerajaan besar Kerajaan Sriwijaya akan hilang dengan melihat kondisi kedua komplek peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang sangat tidak terurus dan tidak tertata secara professional. Apalagi pada tahun 2018 Palembang akan menjadi tuan rumah Asian Games sebuah perhelatan olahraga besar se benua Asia. Kalau kondisi ini tidak diperbaiki maka akan mencoreng nama Kota Palembang dan nama besar Kerajaan Sriwijaya.(Mario Andramartik).

0 komentar:

Posting Komentar