Minggu, 28 Juli 2019

GELIAT LUBUKLINGGAU (Kota Terbesar Kedua se Sumsel)


Tahun 1929 status Lubuklinggau adalah sebagai Ibu Kota Marga Sindang Kelingi Ilir, pada tahun 1933 pembangunan jalur kereta api Kertapati – Lubuklinggau telah selesai dan Lubuklinggau sebagai pemberhentian terakhir di bangun stasiun kereta api. Lubuklinggau menjelma menjadi sebuah kota maka ibukota Onder Afdeling Musi Ulu yang berada di Muara Beliti dipindahkan ke Lubuklinggau pada tahun 1933. Sejak masa itulah Lubuklinggau terus membangun dan pada tahun 1948 ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Musi Rawas.
Dengan di dukung oleh masyarakat dan perencanaan yang baik pemerintah daerah Lubuklinggau terus membangun dan melesat menjadi kota besar dan akhirnya pada  tahun 2001 Lubuklinggau ditetapkan menjadi Kota Lubuklinggau sebuah kota otonomi dan berdiri sendiri berpisah dari induknya Kabupaten Musi Rawas. Saat ini Lubuklinggau menjadi kota terbesar kedua di Sumatera Selatan.
Setelah menjelma menjadi sebuah kotamadya, pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan bergerak dengan sangat cepatnya. Pembangunan jalan kota dari 3 penjuru jalan masuk ke kota Lubuklinggau dari arah Surolangun (Jambi), dari arah Rejang Lebong (Bengkulu) dan dari arah Empat Lawang dibangun dengan baik. Jalan yang lebar, lurus dan datar sehingga memudahkan pengguna jalan dan tak bisa dihindarkan lagi sepanjang jalan ini tumbuh berbagai kegiatan ekonomi seperti pertokoan, pusat perbelanjaan, perhotelan, kuliner, hiburan, perbankan, dan finance.
Kota Lubuklinggau memiliki beberapa pasar seperti Pasar Satelit Bukit Sulap dan Pasar Muara. Kota Lubuklinggau juga memiliki tempat perbelanjaan modern, yaitu Linggau Lippo Plaza, JM Linggau, SM Swalayan Lubuklinggau, SM Swalayan Garuda Lubuklinggau, SM Swalayan Batu Urip Lubuklinggau, Sinar Baru Toserba Lubuklinggau, Ceria Toserba Lubuklinggau dan beberapa mini market pun sudah banyak di Kota Lubuklinggau seperti AlfamartIndomaret, SM Mart, dll.
Sektor perhotelan berkembang dengan pesat bak jamur di musim hujan, ada hotel bintang satu hingga bintang tiga seperti Hotel Arwana, Hotel Royal, Hotel Transit, Hotel Lintas Sumatera, City Hotel, Hotel Sempurna, Hotel Metta, Smart Hotel, Amazing Riverside Hotel, WE Hotel, Hotel Dewinda, Hotel Hakmaz Taba Syariah, Burza Hotel, Abadi Hotel, Cozy Style Hotel, Airy Yos Sudarso, Dafam Hotel dan total tak kurang dari 26 hotel di Lubuklinggau. Rumah sakit swastapun ikut mewarnai perkembangan Kota Lubuklinggau sebut saja Rumah Sakit Bunda dan Rumah Sakit Siloam.
Event nasional dan internsional juga pernah dilaksanakan seperti Kejuaraan Nasional MTB 2017, Asia Pasific Championship 2017, Kejuaraan Nasional MTB 2019 dan Road Bike Pra PON 2020. Bahkan rencananya Pemerintah Kota Lubuklinggau akan menjadi tuan rumah even 2022 Mountain Bike Marathon World Championship.
Pada tahun 2013, Pemerintah Kota Lubuklinggau membuat program VISIT LUBUKLINGGAU 2015 dalam rangka meningkatkan kepariwisataan Kota Lubuklinggau. Beberapa destinasi wisata yang ada di Kota Lubuk Linggau seperti Bukit Sulap, yang letaknya sekitar 2 km dari pusat kota diresmikan oleh Gubernur Sumatra Selatan pada tahun 2014. Tempat wisata ini sudah dilengkapi lahan parkir yang luas, pertokoan dan  dilengkapi dengan inclinator yang telah selesai dibangun pada tahun 2016. Dengan inclinator ini pengunjung dapat melihat langsung kota Lubuk Linggau dan bukit yang mengelilinginya dari puncak Bukit Sulap. Air Terjun Temam atau disebut juga "Niagara Lubuklinggau", yang letaknya sekitar 8 km dari pusat kota sudah dilengkapi lahan parkir, pertokoan dan waterpark. Pada malam hari, Air Terjun Temam akan terlihat lebih indah karena dilengkapi dengan lampu sorot warna warni. Masjid Agung As-Salam, merupakan masjid terbesar di Kota Lubuklinggau. Masjid ini dilengkapi dengan Taman Kurma (eks Lapangan Merdeka) yang pohon kurmanya didatangkan langsung dari Arab. Masjid ini dilengkapi juga dengan air mancur menari-nari yang akan menari setiap adzan. Hal ini akan menjadi daya tarik wisatawan.  Museum Subkoss Garuda, terletak di dekat Masjid Agung As-Salam, berisi peninggalan-peninggalan alat-alat saat perang kemerdekaan di Lubuklinggau. Watervang sebuah bendungan yang di bangun di masa kolonial yang hingga kini masih berfungsi. Lalu Kampung warna warni di tepi sungai Kelingi yang menambah geliat pariwisata di Kota Lubuk Linggau. Terletak tepat di kawasan pemukiman padat penduduk Daerah Aliran Sungai (DAS), Kelurahan Linggau Ulu, Kecamatan Linggau Barat I, dan di Kelurahan Ulak Surung, Kecamatan Utara II, Kota Lubuk linggau.
Dan yang paling terbaru adalah Taman Wisata Tepian Kelingi Bukit Sulap yang letaknya berseberangan dengan Kampung Warna Warni. Taman dengan berbagai warna warni bunga yang di tata sedemikian rupa dan rumah-rumah kayu menambah indahnya suasana taman di tepi sungai Kelingi ini.
Lapangan terbang Silampari yang selama ini sebagai penerbangan perintis di sulap menjadi bandar udara Silampari yang melayani penerbangan komersial dengan masuknya berbagai maskapai penerbangan nasional seperti Nam Air telah melakukan penerbangan perdana pada 30 Mei 2015 dengan pesawat Boing 737 – 500 dengan kapasitas penumpang 119 orang dan Batik Air  yang melakukan pendaratan pertama pada 21 Juni 2017 dengan pesawat Air Bus 320 dari Jakarta yang lebih mempermudah akses untuk masuk ke Kota Lubuklinggau. Maka dengan adanya maskapai penerbangan ini maka akses masuk ke Lubuklinggau lebih mudah dan cepat sehingga membuat perkembangan Kota Lubuklinggau sangat signifikan.
Semoga Lubuk Linggau makin berkembang menjadi kota metropolis sejajar dengan kota Palembang dan masyarakatnya makin makmur dan sejahtera. (Mario Andramartik,18 Juli 2019).

0 komentar:

Posting Komentar