Senin, 18 Oktober 2021

MAHASISWA S3 PERANCIS PENELITIAN DI LAHAT

                       Tim Peneliti di Batu Tatahan Desa Air Puar

Peninggalan masa megalitik yang berada di Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan yang tersebar  hampir di seluruh kecamatan terus menjadi perhatian khususnya para peneliti. Penelitian sudah dilakukan sejak tahun 1849 dengan keluarnya jurnal penelitian hingga terbitnya buku-buku tentang megalitik yang ada di Kabupaten Lahat. Sebut saja jurnal penelitian atau laporan sejak tahun 1850 oleh L.Ullmann dalam artikelnya Hindoe belden in de bovenladen van Palembang, lalu tahun 1872 oleh E.P.Tombrink dalam tulisannya Hindoe Monumenten in de bovenladen van Palembang, kemudian Van der Hoop dalam bukunya Megalithic Remains in South Sumatera tahun 1932 selanjutnya tahun 1934 ada H.W.Vonk dengan tulisannya berjudul Batoe Tatahan bij Air Poear kemudian masih ada lagi C.W.Schuler, Frederic Martin Schnitger dengan bukunya berjudul The Forgotten Kingdoms in Sumatra, Von Heine Geldern, dan Van Heekeren.

Selanjutnya perhatian tentang budaya Pasemah mulai ditangani oleh para peneliti Indonesia, seperti R.P Soejono, Teguh Asmar dan Haris Sukendar. Peninggalan megalitik Pasemah menjadi bahan bahasan berbagai ahli baik dalam forum nasional maupun internasional. Dalam berbagai papernya R.P.Soejono berkali-kali menyebut adanya budaya leluhur bangsa di tanah Pasemah. Begitu juga dengan Teguh Asmar telah memilih bilik batu di Jarai Kabupaten Lahat sebagai topik makalahnya yang dibacakan dalam sebuah forum seminar yang diadakan di Kota Praha, Republik Ceko.

Pada tahun 1973, tim dari Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional bekerjasama dengan University of Pennsylavania Museum yang dipimpin oleh Dr.Bennet Kempers, mengadakan penelitian di situs-situs arkeologi di Sumatera Selatan, yaitu di situs Tanjung Aro telah menemukan sebaran dolmen dan arca manusia dibelit ular. Di Gunung Megang Kecamatan Jarai  menemukan beberapa tutup kubur batu yang berkamar yang disebutnya sebagai peti batu, yang telah dibuka oleh penduduk setempat pada tahun 1972 dan menemukan beberapa alat peruggu dan manik manik.

Pada tahun 1992 Tim Penelitian Situs Jarai dan Pagar Alam mengadakan penelitian Arkeologi Ekskavasi dan Survey Situs Jarai Kabupaten Lahat, tahap II. Tujuan penelitian untuk memperoleh data lukisan dari masa tradisi megalitik.

Pada Tahun 1993 penelitian bidang arkeometri juga melakukan kegiatan penelitian di situs Kota Raya Lembak untuk melihat jenis batuan yang menyusun Budaya Pasemah dan menyusun data geologi Daerah Kabupaten Lahat. Penelitian ini dipimpin oleh Fadlan S.Intan.

Balai Arkerologi Palembang mulai mengembangkan penelitian megalitik Pasemah sejak tahun 1996, dengan melakukan survey yang diketuai oleh Drs Budi Wiyana. Pada tahun 1998 melalui ekskavasi di situs Kunduran dan Muara Betung mulailah ditemukan adanya penguburan dengan tempayan kubur dan sampai sekarang penelitian tentang budaya megalitik Pasemah masih terus dilakukan.

Haris Sukendar telah mengembangkan penelitian megalitik di kawasan Pasemah. Pada salah satu bukunya Haris Sukendar pada tahun 2003 menyatakan bahwa Situs Tinggihari telah memiliki sistem organisasi sosial serta memiliki kepercayaan kepada arwah nenek moyang. Selain itu juga sudah mengenal domestikasi hewan, teknik pembuatan gerabah, teknik pemahatan, dan seni lukis.

Pada Tahun 2002 dan 2004 Balai Arkeologi Palembang di situs Muara Payang Kabupaten Lahat dengan melakukan penggalian dan survey dan ditemukan berbagai jenis pola penguburan dengan tempayan. Bagyo Prasetyo pada tahun 2007-2009 melakukan penelitian keruangan atas peninggalan megalitik Pasemah. Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Lahat maupun Kota Pagar Alam karena wilayah tersebut berada dalam satu kesatuan budaya. Situs-situs yang teridentifikasi ada 45 situs dengan 362 peninggalan megalitik. Dari sejumlah temuan tersebut dolmen menempati 30 situs dan arca megalitik terdapat di 28 situs.

Tahun 2010 penelitian di kawasan situs-situs megalitik di kawasan Kecamatan Pajar Bulan juga pernah diteliti oleh Balai Arkeologi Palembang, dengan melakukan survei dan ekskavasi di situs Kota Raya Lembak dan situs Pulau Panggung. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 telah ditemukan: Lumpang Batu berhias dan polos sebanyak 12 buah, Lesung Batu sebanyak 23 buah, Dolmen sebanyak 79 buah, Batu Datar jumlahnya 117 buah, Batu Berelief motif manusia : jumlahnya 1 buah. Arca megalitik ibu menggendong anak ada 1 buah. Tetralith jumlahnya 10 buah. Batu Temu Gelang jumlahnya 1 buah.

Tim di Situs Batu Tiang Desa Geramat

Tahun 2011 Balai Arkeologi Palembang
melanjutkan penelitian pemukiman tradisi megalitik di situs Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat yang dipimpin oleh Kristantina Indriastuti,SS. Situs-situs yang menjadi target penelitian adalah Tanjung Menang, Jemaring, Gunung Kaya, Gunung Megang, Muara Tawi dan Pagar Dewa.

Menyikapi hasil-hasil penelitian dan laporan yang sudah ada beberapa aspek yang perlu digarisbawahi, bahwa secara umum penelitian tentang megalitik di situs-situs megalitik Pasemah lebih bersifat mikro dan cenderung menitikberatkan megalitik sebagai satu entitas bukan kepada sebaran dari benda-benda dan situs arkeologi serta hubungan antara benda dengan benda dan antara situs dengan situs.

Selanjutnya dilakukan penelitian tahun 2013 dengan melakukan survey di Dempo Utara. Tahun 2017, melakukan penggalian bilik batu di situs Tegurwangi. Tahun 2018 Penelitian yang membahas tentang tata ruang pemukiman megalitik di kawasan budaya Pasemah telah dilakukan di situs Tanjung Aro Kota Pagaralam. Hasil penelitian serupa ini selanjutnya diterapkan untuk tahun 2019 dengan jangkauan lokasi yang lebih luas yaitu dengan mengadakan penelitian di situs-situs wilayah kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat.

 

Di tahun 2019 Balai Arkeologi Sumatera Selatan melakukan penelitian tata ruang pemukiman megalitikdi situs-situs arkeologi Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat yang dipimpin oleh Kristantina Indriastuti,SS. Adapun desa-desa yang menjadi obyek penelitian adalah desa Kota Raya Lembak, Pajar Bulan, Sumur, Talang Pagar Agung, Benua Raja, Talang Padang Tinggi dan Pulau Panggung. Dari hasil penelitian ini memperoleh data tentang adanya sebaran megalitik serta tempat upacaranya sekitar halaman yang berderet memanjang yang terletak di bagian tengah dan di deretan belakang hunian permukiman mereka. Di halaman terdiri dari  berbagai sarana seperti arca megalitik, dolmen, batu datar, batu tetralith, bilik batu, batu gelang, batu berelief, sedangkan batu lesung dan batu lumpang terletak agak di sisi luar dari sebaran megalitik yang lainnya.

 

Tahun 2021 tepatnya di awal bulan Oktober juga dilakukan penelitian oleh tim dari Pusat Arkeologi Nasional yang dipimpin oleh Harry Octavianus Sofian,S.S,M.Sc seorang arkeolog lulusan S2 di Museum National d'Histoire Naturelle (MNHN) Paris tahun 2015 dan sekarang sedang menjadi  mahasiswa candidat Doktor di Paris Nanterre University. Fokus penelitian saat ini di peninggalan megalitik yang ada di Kabupaten Lahat adalah focus pada logam kuno  dan perdagangan. Dengan lokasi yang di kunjungi yaitu Situs Tinggi Hari IV di Desa Tinggi Hari, Situs Muara Dua dan  Situs Batu Tigas di Kecamatan Gumay Ulu, Situs Batu Tatahan di Desa Air Puar, Situs Batu Kerbau dan Batu Tiang di Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu. Juga 2 situs megalitik di Kota Pagaralam yaitu Situs Belumai dan Tegur Wangi.

 

Tim di Situs Batu Kerbau Desa Geramat

Seperti yang telah diketahui bahwa pada arca-arca megalitik Pasemah yang berada di Kabupaten Lahat dan Kota Pagarlam merupakan hasil pahatan dalam bentuk tokoh manusia atau binatang atau keduanya. Arca megalitik di Pasemah mempunyai ciri khas yang tidak ditemukan pada arca megalitik yang lain di Indonesia bahkan di dunia. Arca megalitik terdiri dari arca manusia dalam bentuk utuh, yaitu dipahatkan dengan susunan anatomi lengkap yang terdiri dari kepala, leher, badan, tangan, kaki dan bagian lainnya serta perhiasan seperti kalung, gelang, topi, nekara dan pedang. Ada arca yang menggambarkan binatang seperti harimau, kerbau, babi dan gajah. Juga ada arca yang menggambarkan bentuk manusia bersama binatang seperti arca manusia menggapit kerbau, arca manusia menunggang gajah dan arca manusia di cengkeram harimau. Manusia prasejarah yang berkembang di Kabupaten Lahat telah mengenal peradaban seperti aksesori anting, kalung, gelang tangan, gelang kaki, topi, baju, jubah, pedang, nekara dan alat pertanian.


Kedatangan tim yang dipimpin oleh
Harry Octavianus Sofian,S.S,M.Sc lebih focus pada aksesori berbahan logam yang dipakai oleh tokoh pada arca-arca megalitik Pasemah. Penelitian ini juga didampingi oleh Wahyu Rizky Andhifani,S.S,M.M, Riri Fahlen S.Sos, Bambang Aprianto, SH,M.M, Mario Andramartik dan Taufik Hidayat.

Semoga kelak hasil penelitian akan bermanfaat untuk pengembangan daya tarik wisata budaya menjadi destinasi wisata budaya yang akan memberikan manfaat kepada masyarakat, pemerintah dan semua komponen di Kabupaten Lahat menuju Kabupaten Lahat Bercahaya. (Mario Andramartik, 02 Oktober 2021).

0 komentar:

Posting Komentar