Peninggalan masa
megalitik yang berada di Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan yang
tersebar hampir di seluruh kecamatan
terus menjadi perhatian khususnya para peneliti. Penelitian sudah dilakukan
sejak tahun 1849 dengan keluarnya jurnal penelitian hingga terbitnya buku-buku
tentang megalitik yang ada di Kabupaten Lahat. Sebut saja jurnal penelitian
atau laporan sejak tahun 1850 oleh
L.Ullmann dalam artikelnya Hindoe belden in de bovenladen van
Palembang, lalu tahun 1872 oleh E.P.Tombrink dalam tulisannya Hindoe Monumenten
in de bovenladen van Palembang, kemudian Van der Hoop dalam bukunya Megalithic
Remains in South Sumatera tahun 1932 selanjutnya tahun 1934 ada H.W.Vonk dengan
tulisannya berjudul Batoe Tatahan bij Air Poear kemudian masih ada lagi
C.W.Schuler, Frederic Martin Schnitger dengan bukunya berjudul The Forgotten Kingdoms in Sumatra, Von Heine Geldern, dan Van
Heekeren.
Selanjutnya
perhatian tentang budaya Pasemah mulai ditangani oleh para peneliti Indonesia,
seperti R.P Soejono, Teguh Asmar dan Haris Sukendar. Peninggalan megalitik Pasemah
menjadi bahan bahasan berbagai ahli baik dalam forum nasional maupun
internasional. Dalam
berbagai papernya R.P.Soejono berkali-kali menyebut adanya budaya leluhur
bangsa di tanah Pasemah. Begitu
juga dengan Teguh Asmar telah memilih bilik batu di Jarai Kabupaten Lahat
sebagai topik makalahnya yang dibacakan dalam sebuah forum seminar yang
diadakan di Kota Praha, Republik Ceko.
Pada
tahun 1973, tim dari Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional bekerjasama
dengan University of Pennsylavania Museum yang dipimpin oleh Dr.Bennet Kempers,
mengadakan penelitian di situs-situs arkeologi di Sumatera Selatan, yaitu di
situs Tanjung Aro telah menemukan sebaran dolmen dan arca manusia dibelit ular.
Di Gunung Megang Kecamatan
Jarai menemukan beberapa tutup kubur
batu yang berkamar yang disebutnya sebagai peti batu, yang telah dibuka oleh penduduk
setempat pada tahun 1972 dan menemukan beberapa alat peruggu dan manik manik.
Pada
tahun 1992 Tim Penelitian Situs Jarai dan Pagar Alam mengadakan penelitian Arkeologi
Ekskavasi dan Survey Situs
Jarai Kabupaten Lahat, tahap II. Tujuan
penelitian untuk memperoleh data lukisan dari masa tradisi megalitik.
Pada
Tahun 1993 penelitian bidang arkeometri juga melakukan kegiatan penelitian di
situs Kota Raya Lembak untuk melihat jenis batuan yang menyusun Budaya Pasemah
dan menyusun data geologi Daerah Kabupaten Lahat. Penelitian
ini dipimpin oleh Fadlan S.Intan.
Balai
Arkerologi Palembang mulai mengembangkan penelitian megalitik Pasemah sejak
tahun 1996, dengan melakukan survey yang
diketuai oleh Drs Budi Wiyana. Pada
tahun 1998 melalui ekskavasi di situs Kunduran dan Muara Betung mulailah
ditemukan adanya penguburan dengan tempayan kubur dan sampai sekarang
penelitian tentang budaya megalitik Pasemah masih terus dilakukan.
Haris
Sukendar telah mengembangkan penelitian megalitik di kawasan Pasemah. Pada
salah satu bukunya Haris Sukendar pada tahun 2003 menyatakan bahwa Situs
Tinggihari telah memiliki sistem organisasi sosial serta memiliki kepercayaan
kepada arwah nenek moyang. Selain itu juga sudah mengenal domestikasi hewan, teknik pembuatan gerabah, teknik pemahatan, dan seni lukis.
Pada
Tahun 2002 dan 2004 Balai Arkeologi Palembang di situs Muara Payang Kabupaten
Lahat dengan melakukan penggalian dan survey dan ditemukan berbagai jenis pola
penguburan dengan tempayan. Bagyo Prasetyo pada tahun 2007-2009 melakukan
penelitian keruangan atas peninggalan megalitik Pasemah. Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten
Lahat maupun Kota Pagar Alam karena wilayah tersebut berada dalam satu kesatuan
budaya. Situs-situs yang teridentifikasi ada 45 situs dengan 362
peninggalan megalitik. Dari
sejumlah temuan tersebut dolmen menempati 30 situs dan arca megalitik terdapat
di 28 situs.
Tahun
2010 penelitian di kawasan situs-situs megalitik di kawasan Kecamatan Pajar
Bulan juga pernah diteliti oleh Balai Arkeologi Palembang, dengan melakukan
survei dan ekskavasi di situs Kota Raya Lembak dan situs Pulau Panggung. Dari hasil
penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 telah ditemukan: Lumpang Batu berhias dan polos sebanyak 12
buah, Lesung Batu sebanyak 23 buah, Dolmen sebanyak 79 buah, Batu Datar
jumlahnya 117 buah, Batu Berelief motif manusia : jumlahnya 1 buah. Arca
megalitik ibu menggendong anak ada 1 buah. Tetralith
jumlahnya 10 buah. Batu
Temu Gelang jumlahnya 1 buah.
![]() |
Tim di Situs Batu Tiang Desa Geramat |
Tahun 2011 Balai Arkeologi Palembang melanjutkan penelitian pemukiman tradisi megalitik di situs Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat yang dipimpin oleh Kristantina Indriastuti,SS. Situs-situs yang menjadi target penelitian adalah Tanjung Menang, Jemaring, Gunung Kaya, Gunung Megang, Muara Tawi dan Pagar Dewa.
Menyikapi
hasil-hasil penelitian dan laporan yang sudah ada beberapa aspek yang perlu
digarisbawahi, bahwa secara umum penelitian tentang megalitik di situs-situs
megalitik Pasemah lebih bersifat mikro dan cenderung menitikberatkan megalitik
sebagai satu entitas bukan kepada sebaran dari benda-benda dan situs arkeologi
serta hubungan antara benda dengan benda dan antara situs dengan situs.
Selanjutnya
dilakukan penelitian tahun 2013 dengan melakukan survey di Dempo Utara. Tahun 2017, melakukan penggalian bilik
batu di situs Tegurwangi. Tahun
2018 Penelitian yang membahas tentang tata ruang pemukiman megalitik di kawasan
budaya Pasemah telah dilakukan di situs Tanjung Aro Kota Pagaralam. Hasil
penelitian serupa ini selanjutnya diterapkan untuk tahun 2019 dengan jangkauan
lokasi yang lebih luas yaitu dengan mengadakan penelitian di situs-situs
wilayah kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat.
Di tahun 2019 Balai
Arkeologi Sumatera Selatan melakukan penelitian tata ruang
pemukiman megalitikdi situs-situs arkeologi
Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat yang
dipimpin oleh Kristantina Indriastuti,SS. Adapun desa-desa yang menjadi obyek penelitian
adalah desa Kota Raya Lembak, Pajar Bulan, Sumur, Talang Pagar Agung, Benua
Raja, Talang Padang Tinggi dan Pulau Panggung. Dari hasil penelitian ini memperoleh
data tentang adanya sebaran megalitik serta tempat upacaranya sekitar halaman
yang berderet memanjang yang terletak di bagian tengah dan di deretan belakang
hunian permukiman mereka. Di halaman terdiri dari berbagai sarana seperti arca megalitik,
dolmen, batu datar, batu tetralith, bilik batu, batu gelang, batu berelief,
sedangkan batu lesung dan batu lumpang terletak agak di sisi luar dari sebaran
megalitik yang lainnya.
Tahun
2021 tepatnya di awal bulan Oktober juga dilakukan penelitian oleh tim dari
Pusat Arkeologi Nasional yang dipimpin oleh Harry Octavianus Sofian,S.S,M.Sc
seorang arkeolog lulusan S2 di Museum National d'Histoire Naturelle (MNHN)
Paris tahun 2015 dan sekarang sedang menjadi mahasiswa candidat Doktor di Paris Nanterre
University. Fokus penelitian saat ini di peninggalan megalitik yang ada di
Kabupaten Lahat adalah focus pada logam kuno
dan perdagangan. Dengan lokasi yang di kunjungi yaitu Situs Tinggi Hari
IV di Desa Tinggi Hari, Situs Muara Dua dan Situs Batu Tigas di Kecamatan Gumay Ulu, Situs
Batu Tatahan di Desa Air Puar, Situs Batu Kerbau dan Batu Tiang di Desa Geramat
Kecamatan Mulak Ulu. Juga 2 situs megalitik di Kota Pagaralam yaitu Situs
Belumai dan Tegur Wangi.
![]() |
Tim di Situs Batu Kerbau Desa Geramat |
Kedatangan tim yang dipimpin oleh Harry Octavianus Sofian,S.S,M.Sc lebih focus pada aksesori berbahan logam yang dipakai oleh tokoh pada arca-arca megalitik Pasemah. Penelitian ini juga didampingi oleh Wahyu Rizky Andhifani,S.S,M.M, Riri Fahlen S.Sos, Bambang Aprianto, SH,M.M, Mario Andramartik dan Taufik Hidayat.
Semoga
kelak hasil penelitian akan bermanfaat untuk pengembangan daya tarik wisata
budaya menjadi destinasi wisata budaya yang akan memberikan manfaat kepada
masyarakat, pemerintah dan semua komponen di Kabupaten Lahat menuju Kabupaten
Lahat Bercahaya. (Mario Andramartik, 02 Oktober 2021).
0 komentar:
Posting Komentar