Selasa, 23 Oktober 2012

Lahat, Negeri Bertabur Megalit


Julukan ‘negeri bertabur megalit’ barangkali cocok disematkan kepada Kabupaten Lahat. Ratusan megalit sudah ditemukan di sini, baik tercatat maupun belum. Tinggal upaya pemerintah untuk menyelamatkan dan melestarikannya.
BANYAKNYA  penemuan  megalit yang bertebaran di beberapa kecamatan di Lahat, sungguh merupakan karunia yang sangat penting. Usaha pemerintah pusat maupun daerah sangat diperlukan untuk menjaga dan melestarikannya. Ada sekitar delapan kecamatan dari 21 kecamatan di Bumi Seganti Setungguan ini yang dipenuhi berbagai peninggalan purbakala.
Dari beberapa kali BeritaPagi mengikuti penelitian, seperti di salah satu kampung megalit dengan sebutan Negeri Celeng, tepatnya di Dusun Talang Gardu, Desa Tanjung Menang, Kecamatan Tanjung Tebat, Kabupaten Lahat, ditemukan tiga arca, tiga lumpang, dan satu batu datar berelief. Sayangnya, kepala salah satu arca yang berbentuk tubuh seorang perempuan itu, telah terpisah dari tubuhnya, hingga belasan meter.
Penelusuran atas lokasi Kampung Megalit yang berjarak  sekitar 28 kilometer dari Kota Lahat, dan sekitar 1 kilometer dari jalan lintas Lahat-Pagar Alam ini, termasuk penemuan terbesar dan yang terbaru.
Keberadaan megalit  yang diduga berasal dari zaman prasejarah ini terungkap di areal perkebunan kopi warga dengan luas sekitar dua hektar. Kondisi megalit yang ditemukan terlihat belum mengalami pemugaran dari pihak terkait sebagai bentuk penyelamatan. Bahkan bebatuan yang ada juga berbentuk korosif. Beruntung lokasi sekitar Negeri Celeng masih terpelihara oleh aktivitas warga yang mempunyai lahan.
Hasmini (56),  pemilik kebun mengatakan, lokasi kebun yang dimilikinya hampir sebagian besar permukaannya ditemukan bebatuan serupa. Bebatuan itu berupa megalit dan arca, baik berupa arca berbentuk manusia, tempat pemujaan, dolmen, batu datar, lumpang batu,  maupun megalit dengan berbagai bentuk lainnya.
Sayangnya, belum ada upaya pembebasan lahan dari pemerintah, termasuk pelestarian untuk megalit yang ada. Sementara masyarakat sendiri, karena minimnya pengetahuan, mereka menganggap batu yang ada tidak istimewa. “Sekitar sepuluh tahun lalu suami saya yang menjaga Negeri Celeng, tapi sejak beliau meninggal tidak ada lagi yang membersihkan,” ujar Hasmini yang menceritakan kondisi megalit yang ada.
Menurut Hasmini, sebelum lahannya dibuka untuk dijadikan kebun kopi, kondisi Negeri Celeng sangat tidak terawat pada waktu itu. Kemudian, lahan yang semula semak belukar dibersihkan kembali serta ditumbuhi kopi, hingga terawat sampai saat ini. Namun saat dibersihkan, salah satu kepala arca telah terpisah jauh dari tubuhnya.
“Dulu memang ada orang luar negeri datang yang aku dak tau dari mano dan untuk apo jugo, tapi cuma memeriksa dan jingok-jingok bae,” beber Harmini.
Sementara itu salah satu petugas Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3 Jambi) wilayah kerja Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Babel Akhmad Rivai mengakui banyak menemukan megalit di wilayah Kabupaten Lahat. Bahkan, diperkirakan masih banyak peninggalan zaman purba itu yang belum ditemukan. “Memang belum diketahui banyak orang keberadaan kampung megalit satu ini. Dan kemungkinan banyak juga di tempat lainnya,” ujarnya.
Pemerhati Pariwisata Kabupaten Lahat Mario menuturkan, di Lahat banyak perkampungan megalit yang telah diteliti sejak tahun 1850. Saat ini temuannya mencapai lebih dari 500 megalit. Dalam buku sebuah buku yang diterbitkan Lonely Planet disebutkan, megalit di Lahat antara lain di Tinggi Hari merupakan megalit terbaik di Indonesia.
“Bisa saja masih banyak megalit-megalit lain yang belum diketahui keberadaannya. Kita masyarakat Lahat harus bangga dengan hasil peninggalan nenek moyang kita, tanggung jawab kita menjaga kelestariannya,” kata Mario.
Pemerintah daerah Lahat harus segera menyikapi beberapa penemuan megalit yang semakin banyak ditemukan warga. Jangan sampai kekayaan sejarah seni budaya adiluhung menjadi sia-sia. “Akan sangat menyesal apabila nantinya kesia-siaan ini tidak memiliki makna. Sebaiknya pemerintah daerah melalui instansi terkait tidak hanya menunggu uluran tangan dari Balar Nasional saja. Ini aset daerah yang amat berharga, bagi generasi penerus,” demikian ditegaskan oleh Jajang R Kawentar, seniman Lahat dan pendidik, yang juga banyak melihat aset megalith di Lahat.
Jajang berharap, Pemkab Lahat segera mengambil alih tugas Balai Arkeologi atau BP3 Jambi  yang ada, apabila belum ada tindaklanjutnya. Karena aset ini hanya dimiliki Lahat dan menjadi aset nasional bahkan dunia, dari perjalanan peradaban yang ada. “Kita harus mengklaimnya sebagai megalit terbanyak dan terbaik di dunia. Untuk membuktikannya memang harus banyak penelitian dilakukan tentunya,” jelas Jajang.  /soufie retorika

0 komentar:

Posting Komentar